Membaca judul buku ini pasti akan membuat kita teringat buku dari Robert Kiyosaki, Rich Dad Poor Dad. Pada buku yang ditulis oleh pria yang pernah masuk korps militer sebagai pilot pesawat tempur ini, akan mengajak kita untuk memiliki passive income berupa investasi dengan menggenggam prinsip, "kita ini bekerja bukan untuk uang, namun uanglah yang berkerja untuk kita". Dengan demikian, kita akan meraih kekayaan tanpa harus peras-otot-banting-otak. Seperti halnya R. Kiyosaki yang memiliki teknik passive income andalan, Syasya Azisya juga mempunyai 'passive income' sendiri untuk mendapatkan sebuah kekayaan.
"...pengertian passive income di sini berbeda dengan pengertian passive income dari Robert Kiyosaki. Kalau passive income menurutnya adalah sebuah usaha atau investasi yang mampu menghasilkan tanpa kita bekerja, maka "passive income" yang saya maksud adalah berupa amalan yang mampu menghasilkan pahala meski kita sudah tiada." [kata pengantar]
Terlihat dari cuplikan kata pengantar yang diuraikan penulis, 'passive income' lebih ditujukan untuk meraih kekayaan dunia-akhirat. Ya, berbeda dengan Kiyosaki yang “mendewakan” uang, Syasya Azisya lebih mengajak para Bunda untuk memahami kekayaan yang tidak sekadar masalah duit.
Perspektif setiap orang tentang Ibu Kaya Ibu Miskin berbeda, begitu juga dengan anak-anak, seperti yang dituturkan Fadli, remaja berusia 16 tahun, "Bagi saya ibu kaya adalah yang memiliki kesabaran, tidak galak dan nggak pernah memaki anaknya sendiri serta mampu menjadi teman atau sahabat bagi anak-anaknya. Sedangkan ibu miskin adalah seorang ibu yang tidak sabar, galak, dan kasar pada anaknya sendiri." Kasus ibu yang kasar kepada anaknya sangat mudah dijumpai. Tidak jarang terlihat ibu yang suka memutus keingin-tahuan anaknya, dengan cara memarahi saat si anak berkali-kali menanyakan sesuatu. Atau kasus tentang ibu yang kerap menyumpah-serapahi anaknya setiap kali marah, padahal semua pasti tahu bagaimana bertuahnya ucapan seorang ibu. Ngeri? Sangat! Seperti melihat masa depan yang suram, setiap muncul kejadian seperti itu. Disini tidak hanya anak yang diminta untuk patuh, tetapi ibu juga dituntut memiliki pengendalian emosi yang bijak.
“Al Ummu madrasatul 'ula”, sebaik-baik madrasah adalah ibu. Melihat peran penting seorang ibu di dalam keluarga, maka sangat dibutuhkan sosok teladan yang memiliki kekayaan sejati. Tidak sekadar uang, tetapi juga hati. Seperti yang dikutip buku ini, yang kemudian diuraikan oleh penulis, menurut Dr. John F. Demartini [h.62] setiap manusia memiliki tujuh anugerah rahasia untuk mewujudkan kebahagiaan. Salah satu poinnya yang dirasa sangat penting untuk dioptimalkan oleh para ibu, yaitu anugerah mental. Melihat perjuangan seorang ibu yang pastinya begitu berat, akan sangat membutuhkan mental yang tahan banting dengan berbagai kondisi yang bisa terjadi di lingkungan diri maupun keluarga. Salah satu hal yang membutuhkan mental kuat, adalah sifat pantang menyerah seorang ibu untuk terus belajar kreatif dalam membimbing putranya menggali potensi.
"Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).
Tak dipungkiri bahwa anak adalah salah satu 'passive income' orang tua [ibu] untuk bekal di akhirat. Maka dari hadist inilah, seharusnya memicu para ibu untuk berlomba-lomba menuntun putra-putrinya dengan ikhlas mencapai akhlak yang mulia, bukan sekadar menyeret-nyeret putra-putrinya untuk menjadi sosok idola atau artis, sehingga kelak akan mengalirlah doa yang tak pernah putus dari anak soleh/ solehah, saat kita berada di alam kubur. Amin Ya Robbal'alamin.
Dalam menekuni sosok ibu kaya dan ibu miskin, penulis yang memiliki nama asli Syafaatus Syarifah juga memberikan kisah-kisah hidup para ibu dengan suka-duka, keseharian, bahkan kesuksesannya. Selain itu juga dituturkan tentang realita-realita seorang ibu ketika berhadapan dengan anaknya, seperti ketika menghadapi pertanyaan anak-anak yang sering di luar batas nalar orang dewasa. Hanya saja, dari sekian banyak 'studi lapangan', penulis lebih banyak mengambil contoh interaksi ibu dan anak kecil, padahal kasus-kasus antara ibu dan anak yang telah menginjak masa remaja, sangat perlu juga dikemukakan, karena masa-masa tersebut sangat rawan terjadi konflik yang lebih kompleks. Juga yang dirasa perlu untuk ditambahkan adalah kisah-kisah kehidupan seorang ibu yang diambil dari sudut pandang anak-anak, sehingga para ibu bisa mengetahui bagaimana sebenarnya sosok ibu yang didambakan oleh mereka.
Walaupun seorang ibu dituntut untuk kaya hati, tetapi bukan tidak boleh jika seorang ibu memiliki kekayaan finansial dari pendapatan sendiri. Masih ingat dengan rumus kaya dari Ustadz Yusuf Mansyur, dimana 10-1 = 19, 10-5= 55, 10-10=100, .... rumus ini didapat dari keyakinannya terhadap surat al-An’am 160 yang berbunyi, "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. Memberi lebih baik dari meminta, pepatah yang satu ini juga sangat tepat, karena dengan memberi sebenarnya kita semakin kaya lahir-batin, dengan memberi kita memiliki 'passive income' yang nantinya akan menjadi kekayaan, baik di dunia atau di akhirat. Selain, rumus Ustadz Yusuf Mansyur, penulis juga mengadaptasi sekaligus memaparkan konsep GIGIH+H yang diterapkan Aa' Gym dalam bukunya yang berjudul 'Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya', dimana seorang ibu insyaALLAH bisa menjadi kaya harta jika memiliki kaya ghirah [semangat], ilmu, gagasan, ibadah dan hati.
Seperti yang dipaparkan dalam bab Faktor Penyebab Gagalnya Menjadi Rich Mom, bahwa menjadi ibu juga tidak luput dari kesalahan dan kegagalan. Oleh karena itu, penulis yang baru-baru ini menelorkan buku berjudul ‘The Power of Reading’ ini, menyampaikan poin-poin yang juga perlu diantisipasi. Dengan demikian, sosok ibu kaya memang tidaklah mudah, tetapi juga bukan berarti hal itu mustahil untuk meraih.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian ~ Khalil Gibran
Judul : Rich Mom Poor Mom
Penulis : Syasya Azisya
Penyunting : Wijdan Al-Jufry
Penerbit : Etera
Tahun : Januari 2010
Genre : Motivasi
Tebal : 308 halaman
Harga : Rp. 52.000,-
ISBN : 978-979-19622-4-7
NB: Menulis review ini sedikit keder, karena ngerasa blom jadi ibu udah koar-koar tentang ibu yang baik... fyuh, maap klao saya terkesan sok tau. Semoga bisa diambil manfaatnya. Salam salut untuk para ibu ^^
"...pengertian passive income di sini berbeda dengan pengertian passive income dari Robert Kiyosaki. Kalau passive income menurutnya adalah sebuah usaha atau investasi yang mampu menghasilkan tanpa kita bekerja, maka "passive income" yang saya maksud adalah berupa amalan yang mampu menghasilkan pahala meski kita sudah tiada." [kata pengantar]
Terlihat dari cuplikan kata pengantar yang diuraikan penulis, 'passive income' lebih ditujukan untuk meraih kekayaan dunia-akhirat. Ya, berbeda dengan Kiyosaki yang “mendewakan” uang, Syasya Azisya lebih mengajak para Bunda untuk memahami kekayaan yang tidak sekadar masalah duit.
Perspektif setiap orang tentang Ibu Kaya Ibu Miskin berbeda, begitu juga dengan anak-anak, seperti yang dituturkan Fadli, remaja berusia 16 tahun, "Bagi saya ibu kaya adalah yang memiliki kesabaran, tidak galak dan nggak pernah memaki anaknya sendiri serta mampu menjadi teman atau sahabat bagi anak-anaknya. Sedangkan ibu miskin adalah seorang ibu yang tidak sabar, galak, dan kasar pada anaknya sendiri." Kasus ibu yang kasar kepada anaknya sangat mudah dijumpai. Tidak jarang terlihat ibu yang suka memutus keingin-tahuan anaknya, dengan cara memarahi saat si anak berkali-kali menanyakan sesuatu. Atau kasus tentang ibu yang kerap menyumpah-serapahi anaknya setiap kali marah, padahal semua pasti tahu bagaimana bertuahnya ucapan seorang ibu. Ngeri? Sangat! Seperti melihat masa depan yang suram, setiap muncul kejadian seperti itu. Disini tidak hanya anak yang diminta untuk patuh, tetapi ibu juga dituntut memiliki pengendalian emosi yang bijak.
“Al Ummu madrasatul 'ula”, sebaik-baik madrasah adalah ibu. Melihat peran penting seorang ibu di dalam keluarga, maka sangat dibutuhkan sosok teladan yang memiliki kekayaan sejati. Tidak sekadar uang, tetapi juga hati. Seperti yang dikutip buku ini, yang kemudian diuraikan oleh penulis, menurut Dr. John F. Demartini [h.62] setiap manusia memiliki tujuh anugerah rahasia untuk mewujudkan kebahagiaan. Salah satu poinnya yang dirasa sangat penting untuk dioptimalkan oleh para ibu, yaitu anugerah mental. Melihat perjuangan seorang ibu yang pastinya begitu berat, akan sangat membutuhkan mental yang tahan banting dengan berbagai kondisi yang bisa terjadi di lingkungan diri maupun keluarga. Salah satu hal yang membutuhkan mental kuat, adalah sifat pantang menyerah seorang ibu untuk terus belajar kreatif dalam membimbing putranya menggali potensi.
"Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).
Tak dipungkiri bahwa anak adalah salah satu 'passive income' orang tua [ibu] untuk bekal di akhirat. Maka dari hadist inilah, seharusnya memicu para ibu untuk berlomba-lomba menuntun putra-putrinya dengan ikhlas mencapai akhlak yang mulia, bukan sekadar menyeret-nyeret putra-putrinya untuk menjadi sosok idola atau artis, sehingga kelak akan mengalirlah doa yang tak pernah putus dari anak soleh/ solehah, saat kita berada di alam kubur. Amin Ya Robbal'alamin.
Dalam menekuni sosok ibu kaya dan ibu miskin, penulis yang memiliki nama asli Syafaatus Syarifah juga memberikan kisah-kisah hidup para ibu dengan suka-duka, keseharian, bahkan kesuksesannya. Selain itu juga dituturkan tentang realita-realita seorang ibu ketika berhadapan dengan anaknya, seperti ketika menghadapi pertanyaan anak-anak yang sering di luar batas nalar orang dewasa. Hanya saja, dari sekian banyak 'studi lapangan', penulis lebih banyak mengambil contoh interaksi ibu dan anak kecil, padahal kasus-kasus antara ibu dan anak yang telah menginjak masa remaja, sangat perlu juga dikemukakan, karena masa-masa tersebut sangat rawan terjadi konflik yang lebih kompleks. Juga yang dirasa perlu untuk ditambahkan adalah kisah-kisah kehidupan seorang ibu yang diambil dari sudut pandang anak-anak, sehingga para ibu bisa mengetahui bagaimana sebenarnya sosok ibu yang didambakan oleh mereka.
Walaupun seorang ibu dituntut untuk kaya hati, tetapi bukan tidak boleh jika seorang ibu memiliki kekayaan finansial dari pendapatan sendiri. Masih ingat dengan rumus kaya dari Ustadz Yusuf Mansyur, dimana 10-1 = 19, 10-5= 55, 10-10=100, .... rumus ini didapat dari keyakinannya terhadap surat al-An’am 160 yang berbunyi, "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. Memberi lebih baik dari meminta, pepatah yang satu ini juga sangat tepat, karena dengan memberi sebenarnya kita semakin kaya lahir-batin, dengan memberi kita memiliki 'passive income' yang nantinya akan menjadi kekayaan, baik di dunia atau di akhirat. Selain, rumus Ustadz Yusuf Mansyur, penulis juga mengadaptasi sekaligus memaparkan konsep GIGIH+H yang diterapkan Aa' Gym dalam bukunya yang berjudul 'Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya', dimana seorang ibu insyaALLAH bisa menjadi kaya harta jika memiliki kaya ghirah [semangat], ilmu, gagasan, ibadah dan hati.
Seperti yang dipaparkan dalam bab Faktor Penyebab Gagalnya Menjadi Rich Mom, bahwa menjadi ibu juga tidak luput dari kesalahan dan kegagalan. Oleh karena itu, penulis yang baru-baru ini menelorkan buku berjudul ‘The Power of Reading’ ini, menyampaikan poin-poin yang juga perlu diantisipasi. Dengan demikian, sosok ibu kaya memang tidaklah mudah, tetapi juga bukan berarti hal itu mustahil untuk meraih.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian ~ Khalil Gibran
Judul : Rich Mom Poor Mom
Penulis : Syasya Azisya
Penyunting : Wijdan Al-Jufry
Penerbit : Etera
Tahun : Januari 2010
Genre : Motivasi
Tebal : 308 halaman
Harga : Rp. 52.000,-
ISBN : 978-979-19622-4-7
NB: Menulis review ini sedikit keder, karena ngerasa blom jadi ibu udah koar-koar tentang ibu yang baik... fyuh, maap klao saya terkesan sok tau. Semoga bisa diambil manfaatnya. Salam salut untuk para ibu ^^
0 komentar:
Posting Komentar