Penderita autis dan riwayat mitologi yunani/romawi kuno adalah obyek yang diusung Deasylawati Prasetyaningtyas untuk menciptakan karya berjudul "Hades, Sebuah Novel Sang Autis". Hades adalah saudara dari Zeus dan Poseidon, sosok dewa yang menguasai underworld, dunia bawah tanah yang sekaligus menguasai dunia kematian. Narendra, seorang remaja mengidap autisme atipikal yang memiliki tingkat IQ 189 meresapkan dirinya menjadi seorang Hades. Kegemarannya dengan buku-buku tentang mitologi yunani/romawi menggiringnya untuk menjadi sosok penguasa dunia bawah tanah.
Lewat tokoh Rendra, pembaca akan mendapatkan pandangan tentang bagaimana kehidupan seorang autis dalam menjalani kesehariannya. Sedangkan pengertian dari Autisme adalah kombinasi dari beberapa gangguan perkembangan saraf, otak dan perilaku pada anak yang secara tipikal muncul pada tiga tahun pertama usia anak. Kata ‘autisme’ itu sendiri, berasal dari bahasa Yunani "autos", yang berarti diri sendiri. Sehingga biasanya anak-anak penyandang Autisme itu seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri, meski di tengah keramaian sekalipun.* Dunia pikiran yang dimiliki para pengidap autis ini tercipta karena ketakutan mereka dengan perubahan-perubahan di sekitar yang terlalu cepat. Seperti halnya ketika menghadapi manusia yang memiliki kecenderungan sikap dan sifat yang labil. Ketakutan itu juga yang membuat mereka memiliki kesulitan untuk melakukan komunikasi verbal dan bersosialisasi. Jika ketakutan mereka muncul, salah satu penyalurannya adalah lewat amukan, seperti Rendra yang memiliki alur kehidupan yang harus serba statis, sering kali mengamuk jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan "aturan", bahkan untuk urusan yang sepele.
Autisme bisa ditangani dengan melakukan terapi yang membutuhkan kesabaran, dan didukung dengan kestatisan dari lingkungan sekitarnya, karena mereka memiliki kecenderungan untuk melakukan segalanya dengan rutinitas yang sama dari hari ke hari. Perilaku Rendra sempat membaik, hingga kemudian perceraian orang tuanya membuat segalanya berubah dan Rendra kembali ke kondisi di titik nol, menjadi sosok pemurung dengan emosi yang labil. Perceraian antara Panji Sastranegara, sang ayah dengan wanita cantik mantan artis bernama Dewi, tidak hanya berimbas pada kondisi Rendra, tetapi juga berlaku kepada anak-anaknya yang lain. Rahadian, yang biasa dipanggil Ian, kakak kedua Rendra, diusir sang ayah akibat sikapnya yang selalu memberontak, sedangkan Erlangga, kakak pertama, yang bertanggungjawab atas diri Rendra semakin pusing antara menghadapi perilaku adiknya dan kepatuhan kepada sang ayah.
Kegemarannya membaca buku tentang mitologi Yunani/Romawi, yang selalu diberikan kakaknya, Ian, mengenalkannya dengan Janus dan Thanatos, kematian. Janus sebagai dewa pintu yang juga dianggap sebagai awal dan akhir dari segala sesuatu "mempertemukan" Rendra dengan takdirnya, yaitu Thanatos, sang kematian. Dan pikiran itu semakin tertanam saat serangkaian kematian terus menyergapnya. Namun, dengan kekuasaan sang ayah dan kelihaian kakaknya, Erlangga, Rendra masih bisa berkelip dari sel tahanan, walaupun dia masih berstatus tersangka. Demi manjaga reputasi sang ayah yang seorang pejabat tinggi, Rendra ke sebuah sekolah di Bandung. Perubahan ini malah semakin memperburuk keadaan, hingga membuat Erlangga dan Awidya, sang terapis semakin kesulitan menangani Rendra.
"Namanya Thanatos. Dia adalah takdirmu" [h.24]
Ternyata sekolah baru tidak membuatnya terbebas dari cengkraman kematian. Lagi-lagi salah satu temannya menjadi korban, dan tersangka utama kasus penganiayaan ini adalah Rendra. Pipit, teman di sekolah barunya melihat ada yang salah dengan sikap Rendra dan penasaran untuk mengetahui lebih dalam tentang sosoknya. Percakapannya dengan Rendra lewat sarana tulisan memperlihatkan sisi lain dari remaja autis ini. Tuduhan atas penganiayaan ini semakin diperparah dengan pembunuhan atas Mbok Nah, perempuan paruh baya yang telah lama mengabdi para keluarga Sastranegara.
Dengan sampul berbau thriller, buku ini memang memberikan ketegangan yang cukup terjaga. Cerita pun ditulis dengan bahasa yang cukup mudah, dengan keterkaitan tokoh yang terjaga rapi oleh penulis yang pernah menyabet gelar juara 1 lomba penulisan novel remaja islam tiga serangkai tahun 2006. Analogi Hades sesosok mitologi yang selalu hidup dengan kesendirian, terasa sangat tepat untuk disandingkan dengan autisme yang memang kerap menyendiri dengan dunianya.
Judul : Hades, Sebuah Novel Sang Autis
Penulis : Deasylawati Prasetyaningtyas
Editor: Elis Widayanti
Penerbit : Diva Press
Tahun : Desember 2008
Genre : Thriller
Tebal : 260 halaman
ISBN : 979-963-567-5
*diambil dari http://www.rumahautis.org/v2/aboutisme/297-autisme-adalah-.html
Lewat tokoh Rendra, pembaca akan mendapatkan pandangan tentang bagaimana kehidupan seorang autis dalam menjalani kesehariannya. Sedangkan pengertian dari Autisme adalah kombinasi dari beberapa gangguan perkembangan saraf, otak dan perilaku pada anak yang secara tipikal muncul pada tiga tahun pertama usia anak. Kata ‘autisme’ itu sendiri, berasal dari bahasa Yunani "autos", yang berarti diri sendiri. Sehingga biasanya anak-anak penyandang Autisme itu seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri, meski di tengah keramaian sekalipun.* Dunia pikiran yang dimiliki para pengidap autis ini tercipta karena ketakutan mereka dengan perubahan-perubahan di sekitar yang terlalu cepat. Seperti halnya ketika menghadapi manusia yang memiliki kecenderungan sikap dan sifat yang labil. Ketakutan itu juga yang membuat mereka memiliki kesulitan untuk melakukan komunikasi verbal dan bersosialisasi. Jika ketakutan mereka muncul, salah satu penyalurannya adalah lewat amukan, seperti Rendra yang memiliki alur kehidupan yang harus serba statis, sering kali mengamuk jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan "aturan", bahkan untuk urusan yang sepele.
Autisme bisa ditangani dengan melakukan terapi yang membutuhkan kesabaran, dan didukung dengan kestatisan dari lingkungan sekitarnya, karena mereka memiliki kecenderungan untuk melakukan segalanya dengan rutinitas yang sama dari hari ke hari. Perilaku Rendra sempat membaik, hingga kemudian perceraian orang tuanya membuat segalanya berubah dan Rendra kembali ke kondisi di titik nol, menjadi sosok pemurung dengan emosi yang labil. Perceraian antara Panji Sastranegara, sang ayah dengan wanita cantik mantan artis bernama Dewi, tidak hanya berimbas pada kondisi Rendra, tetapi juga berlaku kepada anak-anaknya yang lain. Rahadian, yang biasa dipanggil Ian, kakak kedua Rendra, diusir sang ayah akibat sikapnya yang selalu memberontak, sedangkan Erlangga, kakak pertama, yang bertanggungjawab atas diri Rendra semakin pusing antara menghadapi perilaku adiknya dan kepatuhan kepada sang ayah.
Kegemarannya membaca buku tentang mitologi Yunani/Romawi, yang selalu diberikan kakaknya, Ian, mengenalkannya dengan Janus dan Thanatos, kematian. Janus sebagai dewa pintu yang juga dianggap sebagai awal dan akhir dari segala sesuatu "mempertemukan" Rendra dengan takdirnya, yaitu Thanatos, sang kematian. Dan pikiran itu semakin tertanam saat serangkaian kematian terus menyergapnya. Namun, dengan kekuasaan sang ayah dan kelihaian kakaknya, Erlangga, Rendra masih bisa berkelip dari sel tahanan, walaupun dia masih berstatus tersangka. Demi manjaga reputasi sang ayah yang seorang pejabat tinggi, Rendra ke sebuah sekolah di Bandung. Perubahan ini malah semakin memperburuk keadaan, hingga membuat Erlangga dan Awidya, sang terapis semakin kesulitan menangani Rendra.
"Namanya Thanatos. Dia adalah takdirmu" [h.24]
Ternyata sekolah baru tidak membuatnya terbebas dari cengkraman kematian. Lagi-lagi salah satu temannya menjadi korban, dan tersangka utama kasus penganiayaan ini adalah Rendra. Pipit, teman di sekolah barunya melihat ada yang salah dengan sikap Rendra dan penasaran untuk mengetahui lebih dalam tentang sosoknya. Percakapannya dengan Rendra lewat sarana tulisan memperlihatkan sisi lain dari remaja autis ini. Tuduhan atas penganiayaan ini semakin diperparah dengan pembunuhan atas Mbok Nah, perempuan paruh baya yang telah lama mengabdi para keluarga Sastranegara.
Dengan sampul berbau thriller, buku ini memang memberikan ketegangan yang cukup terjaga. Cerita pun ditulis dengan bahasa yang cukup mudah, dengan keterkaitan tokoh yang terjaga rapi oleh penulis yang pernah menyabet gelar juara 1 lomba penulisan novel remaja islam tiga serangkai tahun 2006. Analogi Hades sesosok mitologi yang selalu hidup dengan kesendirian, terasa sangat tepat untuk disandingkan dengan autisme yang memang kerap menyendiri dengan dunianya.
Judul : Hades, Sebuah Novel Sang Autis
Penulis : Deasylawati Prasetyaningtyas
Editor: Elis Widayanti
Penerbit : Diva Press
Tahun : Desember 2008
Genre : Thriller
Tebal : 260 halaman
ISBN : 979-963-567-5
*diambil dari http://www.rumahautis.org/v2/aboutisme/297-autisme-adalah-.html
0 komentar:
Posting Komentar