Penerjemah : Dhanang Ernawati
Ambhita Dhyaningrum
Penyunting : Jia Effendi
Penulis : Grimm Bersaudara
ISBN : 978-979-024-461-0
Halaman : 184
Penerbit : Atria
Apakah kau mengharapkan dongeng manis yang akan membawamu melayang ke alam mimpi? Kau boleh mencari ke tempat lain.
SANGAT SETUJU!
Buku ini bukan tentang kisah romantis seorang putri atau seorang anak yang berbakti. Bukan juga pemuda miskin yang ternyata adalah seorang pangeran. Ini bukan buku tentang kisah menye-menye.
Kisah yang ada justru beragam. Ada yang mengisahkan tentang seorang anak, tentang binatang bahkan ada yang bertema fantasi. Misalnya seorang anak dengan tubuh seukuran jari namun memiliki orang tua yang bertubuh normal. Buku ini merupakan buku yang berisi kumpulan dongeng-dongeng yang dikumpulkan oleh Grimm bersaudara.
Ada sembilan belas dongeng dalam buku ini. Dongeng-dongeng itu adalah; Musisi dari Bremen, Teka-teki, Tom Ibu Jari, Briar Rose, Dua Belas Putri yang Menari, Pengantin Perampok, Ratu Lebih, Raja Janggut-mengerikan, Peri Pembuat Sepatu, Aschenputtel, Hansel dan Gretel, Serigala dan Tujuh Kambing Kecil, Pangeran Katak, Frau Holle, Rumpelstiltskin, Tiga Pemintal, Gadis Angsa, Rapunzel, Snow-White, Beberapa dongeng mungkin sudah sering kita dengar dan sering diadabtasi dalam berbagai bentuk seperti drama, film dan serial televisi.
Kisah Musisi dari Bremen malah dijadikan ikon dari Kota Bremen di Jerman. Disana dibuat sebuah patung yang terinspirasi dari kisah ini. Tepatnya pada saat keledai berdiri di dekat jendela, lalu anjing berada di atas punggungya, kucing merangkak naik ke bahu anjing, terakhir ayam jantan terbang ke kepala kucing dan mereka bersama-sama mengeluarkan suara guna menakut-nakuti para perampok.
Kisah mengenai dua putri yang setiap malan menari telah dikembangkan oleh penulis lain dan diterbitkan oleh penerbit kita tercinta dengan judul Princess of the Midnight Ball. Kisahnya mengenai Putri Rose, sulung dari dua belas putri dari Kerajaan Westfalin, yang dikutuk untuk berdansa setiap malam oleh Raja Under Stone di istananya, jauh di bawah permukaan bumi. Kutukan itu telah menghantui Putri Rose dan adik-adiknya sejak mereka lahir—dan hanya kematian yang mampu membebaskan mereka. Rose bertemu Galen, seorang mantan prajurit yang menjadi asisten tukang kebun istana, berjiwa petualang, dan penuh tekad. Galen menawarkan diri untuk menyelamatkan Putri Rose dan adik-adiknya.
Dewasa ini beberapa kisah yang dikumpulkan Grimm bersaudara memiliki perbedaan yang mencolok pada beberapa bagian. Misalnya pada kisah Briar Rose. Dalam kisah ini sang pangeran bisa dengan mudahnya masuk ke dalam istana lalu mencium sang putri. Jren......g! Semuanya kembali normal. Dalam sebuah versi lainnya, sang pangeran harus berhadapan dengan naga dan penyihir yang kejam untuk bisa masuk ke istana itu.
Lalu kisah seputar Snow-White dikenal juga dengan Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, tokoh sang ibu tiri yang kejam diceritakan dihukum penjara di istana. Padahal pada vesi aslinya, sang ibu tiri dipaksa menggunakan sepatu besi yang panas dan harus menari hingga meninggal.
Beberapa kisah memang memberikan ajaran moral yang patut dikenang. Namun beberapa kok seakan digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak. Pada saat 1800-, situasi masyarakat berubah dengan cepat. Kadang malah terjadi kekejaman dimana-mana. Banyak terjadi pembakaran bagi wanita yang dituduh sebagai penyihir, banyak anak yang disia-siakan seperti kisah Hansel dan Gretel.
Satu yang sedikit mengganjal dalam dirinya saya, kenapa yah ibu tiri dalam setiap ksiah yang ada dalm buku ini selalu digambarkan kejam? Akibatnya banyak anak yang membenci ibu tiri, padahal ada juga loh ibu tiri yang baik dan tidak hanya sayang pada ayahnya he he he.
Grimm Bersaudara adalah kakak-adik Jakob (1785-1863) dan Wilhelm Carl Grimm (1786-1859). Saat kecil, ibu mereka., Dorathea suka sekali mendongeng. Sang ayah Philip Wilhelm Grimm adalah seorang pengacara. Sayangnay dongeng-dongeng yang mereka dengar hanya disampaikan secara turun menurun secara lisan.
Pada tahun 1810 mereka sepakat untuk mengumpulkan cerita-cerita tersebut dari para petani dan penduduk kampung. Butuh dua tahun untuk akhirnya mereka menerbitkan Kinder-und Hausmarchen. Tahun 1814 mereka menerbitkan volume kedua yang terdiri dari 70 dongeng, Kumpulan dongeng itu terus direvisi hingga menjadi tujuh volume pada tahun 1875 dengan total cerita sebanyak 210. Kinder-und Hausmarchen. Bukan kisah fantasi! Melainkan penggambaran keadaan sesungguhnya pada masa itu.
Banyak yang memberikan kritik pedas karena judul yang mereka berikan adalah dongeng anak, sementara isinya banyak yang tidak cocok untuk anak. Sebagian besar guru dan orangtua di abad sembilan belas menyesalkan isi dongeng yang dikumpulkan karena mentah dan tidak beradab. Memang tujuan utama mereka mngumpulkan dongeng adalah sebagai rekaman sejarah. Catatan mereka kadang malah melebihi panjang dongen itu sendiri. Mereka ingin menjadi patriot folklor, alih-alih pendongeng cerita anak.
folklor adalah bentuk kesenian yang lahir dan menyebar di kalangan rakyat banyak. Ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan pengalaman dan penghayatan manusia yang khas ialah dalam bentuknya yang estetis-artistis. Karena di dalam melaksanakan hubungan-hubungan yang komunikatif, seni mengungkapkannya melalui bentuk-bentuk estetis yang dipilihnya.( http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=71)
Buat yang tertarik ingin membaca cerita yang lain, monggo diintip di http://www.grimmstories.com/
0 komentar:
Posting Komentar