David A. Haym, sutradara film horor terkenal, berniat membuat film horor paling menakutkan yang pernah ada. Ia menjanjikan monster-monster canggih yang belum pernah ada, yang dijamin bisa membuat penonton terpaku ketakutan di kursinya. Dervish direkrut sebagai penasihat film berjudul Slawter itu. Karena tidak mau ambil risiko, ia mengajak Grubbs dan Bill-E bersamanya ke lokasi syuting.
Siapa sangka tempat itu berubah menjadi ladang pembantaian yang berdarah-darah ketika pintu neraka terbuka dan iblis-iblis sungguhan bermunculan---melempar, meremukkan, dan mencabut nyawa semua manusia yang mereka jumpai tanpa pandang bulu.
Satu hal yang pasti: jangan pernah melakukan perjanjian dengan iblis! - pic and synopsis from Goodreads.com
Sejauh ini, pengalaman membaca buku horor yang aku punya ada pada buku-buku goosebumps milik R.L. Stine yang legendaris itu. Meskipun jauh dari pocong, setan, kuntilanak, genderuwo, tapi dulu Goosebumps pernah mampu membuatku takut tidur sendirian (tapi tetep aja dibaca lagi..hihihi).
Pengalaman yang (hampir) aku alamin lainnya tentang buku horor adalah Stephen King. God, bahkan aku ngga mampu baca lebih dari 50 halaman. Waktu itu aku baca Bag of Bones. Mencekam, ngeri, kelam, bikin merinding lah pokoknya. Sayangnya, karena terlalu kelam dan gelap, aku memutuskan untuk ngga menyelesaikannya. Daripada nanti ngga berani ke kamar mandi sendirian. :)
Nah, makanya, setelah membaca sepertiga dari buku Darren Shan yang dari covernya saja sudah menyeramkan ini, mau ngga mau aku membandingkan dengan pengalaman membaca Stephen King. Dan aku terkejut menemukan bahwa ternyata ada jurang yang sangat dalam antara kedua tipe buku horor ini. Entah kenapa, aku ngga bisa nge-blend ke dalam alur cerita. Unsur ketegangan dan kengerian yang susah payah dibangun oleh Darren Shan rasanya sia-sia saja di tanganku.
Memang, membayangkan disiksa Iblis dengan lubang menganga di perut (isinya ular-ular dan belatung menjijikkan), memiliki empat tangan, serta lendir-lendir berbau dan seringai menyeramkan, membuat begidik juga sih. But not that much. Ngga tahu ya, mungkin karena aku kurang cocok dengan diksi yang digunakan pengarang, ngga sesuai S-P-O-K gitu lho. Hahaha.
Di luar itu semua, sebenarnya buku ini bisa memberi pencerahan di tengah kepungan buku klasik, roman, dan fantasi yang akhir-akhir ini menjamur. Konflik yang ditawarkan pun menarik, apalagi endingnya. Sangat khas buku horor: tak ada endingnya. Samapi halaman terakhir tertutup pun, aku cuma bisa melongo dan menebak-nebak sendiri bagaimana kelanjutannya.
Yang pasti, aku sangat berterima kasih pada Aleetha yang sudah memberiku buku ini jauh-jauh dari Manado. I really appreciate it :) Selain itu, sepertinya aku malah berniat untuk membaca serial demonata atau buku-buku Darren Shan yang lainnya, seperti Cirqu de Freak. Banyak yang bilang bagus.
Judul: Slawter (Pembantaian) Demonata #3
Penulis: Darren Shan
Penerjemah: Poppy D Chusfani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Details: 328 halaman, Cetakan pertama, Mei 2010
ISBN: 978-979-22-5769-4
0 komentar:
Posting Komentar