In A Strange Room: Perjalanan Tiga Benua
Damon Galgut @ 2010
Yuliany C & Shandy T (Terj.)
Elexmedia Komputindo – 2010
265 Hal.
Buku ini sangat muram. Kesan itu yang gue tangkap sejak halaman pertama. Buku yang sempat membuat gue penasaran setengah mati karena membaca di blog ini. Untungnya mbak Riana berbaik hati meminjamkan buku ini ke gue.
Terdiri dari tiga bagian, di mana si tokoh utama, bernama Damon, asal Afrika Selatan, berkelana keliling dunia. Di bagian pertama, ia bertemu dengan seorang pemuda asal Jerman, bagian kedua, bertemu dengan sekelompok backpacker dan yang ketiga, ia harus menjaga seorang sahabat wanitanya ke India.
Dari ketiga perjalanan itu, tak satu pun yang menggambarkan perjalanan yang menyenangkan, malah gue menangkap, si Damon ini orang yang pemurung, penyendiri. Ini juga tertangkap dari penuturannya tentang ‘rumah’. Ia pulang ke Afrika Selatan, tapi tak merasakan bahwa inilah kampung halamannya, rumahnya.
Berada di sekitar teman perjalanannya pun, tak membuat ia merasa nyaman. Ia selalu merasa ada di luar kelompok itu. Tapi, setiap diajak ikut serta, Damon nyaris selalu ‘hayo’ aja. Meskipun awalnya, ragu-ragu, menolak, end up-nya, ia akan kembali berada dalam kelompok itu.
Bagian yang memberi ‘sedikit’ kesan buat gue, mungkin bagian ketiga. Mungkin di sini, gue mulai lebih sabar membacanya. Ya, jujur sih, dengan karakter orang yang ‘depresi’, membuat gue jadi gak sabar. Di bagian ketiga, ia harus bertahan sebagai pelindung teman wanitanya yang punya kecenderungan ingin bunuh diri. Bersusah payah ia mencari berbagai cara, agar Anna, teman wanitanya itu, tetap berpikir positif, dan makin susah karena Anna tidak mau diajak kompromi atau bekerja sama.
Buku ini mengingatkan gue sama The Alchemist – Paulo Coelho. Mencoba mencari filosofi di dalam berbagai kejadian yang ada. Mungkin sih, kalo gue mau lebih mendalami buku ini, bakal banyak pengalaman hidup yang bisa gue dapet – yang katanya merubah hidup si penulis. Tapi.. ya, bener kata mbak Riana, ini bukan buku ‘gue’ banget. Gelap, penuh tekanan, bikin ikutan jadi depresi…
Damon Galgut @ 2010
Yuliany C & Shandy T (Terj.)
Elexmedia Komputindo – 2010
265 Hal.
Buku ini sangat muram. Kesan itu yang gue tangkap sejak halaman pertama. Buku yang sempat membuat gue penasaran setengah mati karena membaca di blog ini. Untungnya mbak Riana berbaik hati meminjamkan buku ini ke gue.
Terdiri dari tiga bagian, di mana si tokoh utama, bernama Damon, asal Afrika Selatan, berkelana keliling dunia. Di bagian pertama, ia bertemu dengan seorang pemuda asal Jerman, bagian kedua, bertemu dengan sekelompok backpacker dan yang ketiga, ia harus menjaga seorang sahabat wanitanya ke India.
Dari ketiga perjalanan itu, tak satu pun yang menggambarkan perjalanan yang menyenangkan, malah gue menangkap, si Damon ini orang yang pemurung, penyendiri. Ini juga tertangkap dari penuturannya tentang ‘rumah’. Ia pulang ke Afrika Selatan, tapi tak merasakan bahwa inilah kampung halamannya, rumahnya.
Berada di sekitar teman perjalanannya pun, tak membuat ia merasa nyaman. Ia selalu merasa ada di luar kelompok itu. Tapi, setiap diajak ikut serta, Damon nyaris selalu ‘hayo’ aja. Meskipun awalnya, ragu-ragu, menolak, end up-nya, ia akan kembali berada dalam kelompok itu.
Bagian yang memberi ‘sedikit’ kesan buat gue, mungkin bagian ketiga. Mungkin di sini, gue mulai lebih sabar membacanya. Ya, jujur sih, dengan karakter orang yang ‘depresi’, membuat gue jadi gak sabar. Di bagian ketiga, ia harus bertahan sebagai pelindung teman wanitanya yang punya kecenderungan ingin bunuh diri. Bersusah payah ia mencari berbagai cara, agar Anna, teman wanitanya itu, tetap berpikir positif, dan makin susah karena Anna tidak mau diajak kompromi atau bekerja sama.
Buku ini mengingatkan gue sama The Alchemist – Paulo Coelho. Mencoba mencari filosofi di dalam berbagai kejadian yang ada. Mungkin sih, kalo gue mau lebih mendalami buku ini, bakal banyak pengalaman hidup yang bisa gue dapet – yang katanya merubah hidup si penulis. Tapi.. ya, bener kata mbak Riana, ini bukan buku ‘gue’ banget. Gelap, penuh tekanan, bikin ikutan jadi depresi…
0 komentar:
Posting Komentar