Penyunting : Miranda Harlan
Penyunting
Bahasa Papua : GI Dobonoye
ISBN : 978-602-8597-60-5
Halaman : 400
Halaman : 400
Penerbit : Qanita
Keydo
Gadis manis kidal, jahil, ulet, keras hati dan teramat sangat mandiri. Selalu berjuang untuk mendapatkan cita-citanya. Selalu memegang teguh ajaran agama. Piatu sejak kecil walau berlimpah kasih sayang dari sekitarnya. Cita-citanya sungguh mulia ingin membuka taman bacaan.
Kinang
Si kribo gondrong bertubuh atletis dengan motto hidup Ridendo Dicere Verum, yang berjuang tanpa lelah demi memperjuangkan cinta sejatinya, Keydo.CInta yang telah mengubah cara pandang lamanya yang linear, taat alur, mekanistik, dan homogen. Jelajah maha berat atas lompatan tak terhingga membuatnya mengenal cinta yang lain, cinta yang memerdekakannya dari perangkap birahi duniawi dan sekat ragawi.
Kisah dalam buku ini menitikberatkan pada sosok Keydo. Dimulai sejak Keydo kecil hingga akhirnya ia menjalani fitrahnya sebagai seorang wanita, menikah. Keydo adalah sosok perempuan abad 21yang moderen namun tetap memegang teguh ajaran agamanya. Penulis seakan ingin menitik beratkan pada sosok Keydo, seorang aktifis perempuan yang tak akan pernah lupa akan kodratnya sebagai wanita.Namun kisah lain justru dimulai sejak Keydo tiada. Kisah mengenai sosok Kinang, yang sayangnya tidak atau belum digali secara luas oleh sang penulis. Nyaris seluruh isi buku berkisah mengenai sosok Keydo
Awalnya kisah yang ada berjalan dengan datar, cenderung hambar bagi saya. Penulis seakan berupa keras memperkenalkan sosok Keydo yang nyaris sempurna. Bukan dari sisi fisik tapi dari kepandaian, semangat hidup serta terpenting akhlag. Pembaca seakan dipaksakan untuk menelan bulat-bulat sosok Keydo yang tanpa cela. baru belakangan kisahnya lebih menarik
Membaca kisah kenakalan Keydo saat kecil sungguh menghibur! Misalnya cerita ia ketikaTerawih dengan jahilnya ia merebahkan badan ke kawan di samping kiri bawah… bisa dibayangkan apa yang terjadi! Robohlah satu staf. Tidak berhenti sampai disitu, ternyata staf itu cukup panjang karena disatukan dengan mereka yang sholat di luar. Barisan sholat tercerai-berai! Ada yang tetap meneruskan sholat, ada yang menyumpah dengan kalimat yang tak layak diucapkan disana, ada juga yang memilih berhenti.
Kenakalan Keydo tidak hanya berhenti sampai disana walau ia sendiri setelah itu takut membayangkan hukuman yang bakalan ia jalani. Keydo dengan aksi nekatnya pernah membubarkan satu sekolah hanya gara-gara tidak mau mengikuti ulangan. Kenakalannya harus diganjar dengan serudukan kerbau.
Kisah mengenai para pahlawan di jalan sunyi seperti yang disebutkan di kover, justru menurut saya hanya sedikit dibahas. Yang banyak memang kisah mengenai aktifitas Keydo. Bahkan kisah kasihnya dengan Kinang bisa dibilang juga hanya sedikit. Padahal mengutip uraian sang penulis sendiri, “Pahlawan akan selalu hadir di sekitar kita. Sangat dekat dengan kita”maka wajarlah jika saya menganggap kisah para pahlawan masih sangat sedikit dan dangkal mengingat buku ini juga mengisahkan banyak tokoh yang hebat.
Banyak hal yang masih bisa dieksplor dari kisah Keydo. Banyak pertanyaan dalam diri saya yang masih perlu dicarikan jawabannya. Seperti bagaimana nasib Pak Djoko setelah kakinya nyaris putus, lalu bagaimana nasib para peserta kegiatan Zamrud Khatulistiwa yang lain. Bagaimana bisa Keydo yang sudahberulang kali gagal mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri mendadak bisa lolos dengan mudah, bagaimana juga nasih hubungan Keydo dengan keluaga Widi ?
Latar belakang yang digunakan dalam buku ini sering membuat saya meringis. Waduh kampus saya masih disebut dengan nama lama. Situasi yang digambarkan kadang sepertinya terjadi di tahun sekian namun belakangan ada kejadian lain yang terjadi di tahun yang lebih muda, tentunya hal ini sangat kontras.
Buku ini juga mengisahkan bagaimana politik bisa berwujud aneka ragam. Dari pengajaran ilmu poltik ke para aktivis muda hingga kelakuan kejam seorang reporter asing yang menyaru sebagai korban pesawat jatuh. Ia rela menjadi istri kepala suku hanya untuk memicu permusuhan dan mendapat gambar ekslusif saat kerusuhan.
Di sisi lain, Keydo memberikan banyak pengetahuan mengenai adat istiadat beberapa suku, bagaimana kehidupan bermasyarakat disana. Kita jadi tahu bahwa walau agama sama, namun bagi penduduk kampungnya menikahi orang lain suku dianggap pendurhaka adat dan agama. Kecenderungan Keydo menggunakan tangan kiri juga sering membuatnya mendapat masalah. Orang kidal sering dianggap kutukan, sehingga apapun yang dikerjakan Keydo selalu dianggap membawa sial.
Pengunaan penyunting Bahasa Papua, bahasa yang banyak digunakan juga dalam buku ini menandakan seriusnya penggarapan novel yang dilakukan oleh sang penulis. Diharapkan dengan adanya peyunting Bahasa Papua maka tidak ada kesalahan yang dapat menyinggung pihak-pihak tertentu, walau dilakukan tanpa sengaja. Kesan lebih akrab dan santai juga diharapkan bisa dibangun dengan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pergaulan sehari-hari antar tokoh.
Adegan yang paling menyentuh buat saya adalah saat Kinang berhasil meraih mimpinya, menjadi suami Keydo. Keteguhan hati Kinang untuk menikah hanya sekali seumur sesuai janjinya saat menikahi Keydo dibuktikan dengan tetap menyendiri hingga belasan tahun Keydo tiada. Tabah, sabar dan tawakal. Kalimat singkat namun terasa berat dilaksanakan sering didengar Kinang dan disikapi dengan bijak.
Penulis merupakan ibu dari lima orang anak dua orang menantu. Sungguh semangatnya patut ditiru. Karyanya kerap menghiasai layar kaca kita. Semoga kita bisa membaca karyanya di lain waktu.
Diakhir repiu, seperti goresan iseng ini cocok untuk menutup kisah Keydo.
Cinta memang aneh
Walau selalu dikumandangkan cinta tak harus memiliki
Faktanya berapa banyak orang yang cukup puas dengan hanya memandang cintanya dari jauh
Cinta membuat seseorang menjadi egois
Cinta juga membuat seseorang menjadi rapuh dan kuat secara bersamaan
Seseorang bisa tertawa sementara hatinya terluka gara-gara cinta
Ada juga yang tak mampu melakukan apa-apa gara-gara hatinya berbahagia karena cinta
Kadang cinta melahirkan penindasan dan penzaliman baru atas nama cinta itu sendiri.
Cintaku padanya & cintanya padaku
Sudah sampai pada ranah pengertian tertinggi
Terpenting hatiku dan hatinya berada dalam visi yang sama
Sisanya biarlah semua berjalan apa adanya
Saat ia berbahagia, maka aku juga akan berbahagia
Saat aku menangis, ia juga akan menangis
Apapun kebodohan yang ku kerjakan tak bisa menyakitinya
Segala hal yang diberikannya tak akan mengubah rasa yang ada
Karena cinta sudah menemukan dimana ia harus berada
Rumit? Tentunya tidak untukku dan dirinya
Semuanya berasal dari CINTA
Sebuah kalimat singkat yang bermakna dalam
0 komentar:
Posting Komentar