Paperback, 184 pages
Published 2005 by Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9792214798
Buku ini adalah cerita Calon Arang versi Femmy Syahrani. Versi yang lain adalah karangan Pramoedya Ananta Toer, Cok Sawitri, dan Toeti Heraty. Apa yang menarik dari kisah Calon Arang ini? Bagi sebagian besar orang, kisah ini bercerita cukup simpel, yaitu peperangan yang diakhiri dengan kematian Calon Arang akibat perbuatannya membuat penyakit di Dusun Girah dan rakyat Kerajaan Kahuripan.
Saya mencoba membuat analisis sederhana tokoh-tokoh cerita Calon Arang ini berdasarkan buku Femmy.
1. Calon Arang: Seorang perempuan yang memiliki ilmu tinggi di Desa Girah, ia ibu Raja Airlangga dan Ratna Manggali. Ia pindah ke Bali karena perang, dan kembali ke Kahuripan dan tinggal bersama pengikutnya.
2. Ratna Manggali: Anak perempuan Calon Arang, usianya 25 tahun, cantik, mendambakan seorang laki-laki untuk menjadi suaminya. Ia dituduh memiliki ilmu teluh seperti ibunya, Calon Arang.
3. Empu Bharadah: Pemuka Agama kerajaan Kahuripan, Ia diminta Prabu Airlangga untuk menumpas Calon Arang.
4. Empu Bahula: Putra Empu Bharadah, ia ditugaskan untuk mengawini Ratna Manggali agar mendapatkan rahasia kekuatan Calon Arang.
5. Raja Airlangga: Raja yang memerintah Kerajaan Kahuripan, ia berambisi untuk membangun Kerajaan Kahuripan kembali setelah diserang oleh Kerajaan Sriwijaya. Ia memanfaatkan momen untuk membangun kerajaan Kahuripan kembali karena Kerajaan Sriwijaya baru saja dikalahkan oleh kerajaan Srilanka.
--start--
Cerita ini bermula di Dusun Girah, sebuah desa kecil di Kerajaan Kahuripan. Tinggallah Calon Arang bersama putrinya, Ratna Manggali. Calon Arang resah, karena hingga anak gadisnya dewasa, tidak ada pemuda yang melamarnya. Padahal, Ratna Manggali adalah gadis yang cantik, lagi baik.
Suatu hari, Ratna Manggali digoda oleh seorang laki-laki yang diketahui telah beristri. Laki-laki itu bahkan ingin melamar Ratna Manggali. Manggali menolak dengan halus, sebab ia tidak suka sifat dan karakternya yang tidak baik. Tidak disangka, seketika itu juga ia menyaksikan tubuh laki-laki itu terbakar oleh api yang besar dan membunuhnya.
Calon Arang sangat menyayangi putrinya. Karena itu, ia sangat marah bila ada orang-orang atau pemuda yang merendahkan putrinya. Ia membuat teluh pada penduduk setempat yang berakibat kematian. Hal itu meresahkan penduduk, dan akhirnya tersiar ke Raja Airlangga. Airlangga mengutus prajurit terbaiknya untuk menumpas Calon Arang yang adalah ibunya sendiri. Prajuritnya tidak mampu menandingi kesaktian Calon Arang. Calon Arang semakin marah karena Airlangga hendak membunuhnya. Ia semakin gencar mengirimkan teluh kepada seluruh penduduk negeri. Hal itu membuat Airlangga resah, ia berdiskusi dengan Mpu Baradah, dan diputuskan untuk mengirimkan Bahula untuk menikahi Ratna Manggali, namun tujuan utamanya adalah mengambil kitab ilmu Calon Arang, sebab untuk menaklukkan ilmu Calon Arang, Mpu Baradah perlu mempelajari kitab itu.
Singkat cerita, kitab ini berhasil dibawa ke Mpu Baradah. Mpu Baradah bersama anak buahnya bertempur melawan Calon Arang. Mpu Baradah berhasil membunuh Calon Arang, dan Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua kerajaan. Bagian Utara itu wilayah Daha, bagian Selatan itu wilayah Kediri.
--end of story--
Kekuatan sekaligus Kelemahan
Saya mencoba melihat dari sudut pandang Calon Arang. Ia adalah seorang ibu. Ibu yang mengayomi dan melindungi. Tentunya tidak mudah hidup sebagai seorang janda dengan seorang anak perempuan.
Sebagai seorang ibu, ia memastikan bahwa calon suami anaknya kelak adalah orang yang baik. Pada dasarnya ia juga ingin meneruskan keturunan keluarganya dari Ratna Manggali. Apakah ada pembedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan? Dalam hal ini Calon Arang membela anak perempuannya. Ia tidak menginginkan Ratna Manggali menjadi perawan tua, tapi tidak ingin juga orang/pemuda lain menghina Ratna Manggali. Inilah kekuatan Calon Arang.
Janda dan Perawan Tua. Peristilahan ini diwakili oleh Calon Arang dan Ratna Manggali. Sebuah ketakutan sekaligus sekaligus menjadi alat
Etis tidak etis
Walau dalam cerita ini, Calon Arang adalah seorang musuh Raja, namun ia masih menunjukkan sikap dewasa. Sebagai contoh, ketika ia menerima Bahula menjadi calon menantunya. Ia tahu dalam hatinya bahwa Bahula ada utusan Raja Airlangga yang mencoba membunuhnya. Ia juga tahu bahwa motivasi Bahula datang ke Dusun Girah adalah semata-mata karena perintah Mpu Bharada, bukan atas nama cinta.
Setiap tindakan orang untuk meraih tujuan, didasarkan pada motivasi atau alasan. Tinggal masing-masing kita menilai, etiskah tindakan saya? Baik Raja Airlangga dan Calon Arang adalah orang-orang yang berambisi mencapai tujuan. Calon Arang berambisi menghabisi orang-orang yang menghina ia dan anaknya, sementara Airlangga berambisi untuk menangkap Calon Arang demi mewujudkan Kerajaan Kahuripan yang damai sentosa. Namun beberapa tindakan yang bisa kita nilai tidak etis adalah sebagai berikut.
Pertama, tindakan Airlangga yang mengirimkan pasukan khusus untuk menumpas Calon Arang. Mengapa ia tidak menyelidiki desas desus dulu sebelum mengambil keputusan menyerang? Bukankah ia tahu bahwa Calon Arang adalah ibunya? Apakah tidak lebih baik melakukan pendekatan secara kekeluargaan alih-alih kekerasan?
Kedua, keputusan untuk mengirim Bahula menjadi menantu Calon Arang. Jelas-jelas motivasi perkawinan itu untuk mendapatkan rahasia kekuatan Calon Arang. Sepertinya Airlangga dan penasihatnya telah kehabisan akal. Menurut taktik perang, strategi ini cukup jitu, sebab lewat jalur fisik (baca: perang) tidak mungkin memeroleh kemenangan selain mengetahui dari dalam apa rahasia kekuatan musuh. Toh di cerita selanjutnya, diceritakan kalau si Bahula akhirnya mengasihi sepenuhnya Ratna Manggali.
Ketiga, Bahula mengkhianati Calon Arang. Landasan utama perkawinan Bahula dengan Ratna Manggali adalah kitab ilmu Calon Arang. Ia sendiri membujuk Ratna Manggali untuk mengambil kitab ibunya, dengan alasan agar orang-orang tidak bertambah banyak mati karena teluh Calon Arang. Seandainya cerita terus berlanjut, bagaimana kelak ketika anak mereka menanyakan, "dimana nenekku?" Apa jawab Bahula?
Keempat, mengapa tidak Raja Airlangga sendiri yang datang ke Calon Arang, seraya memohon agar ibunya tidak lagi mengirimkan teluh. Seharusnya, jika ia mengetahui apa yang menjadi awal kemarahan Calon Arang, ia akan menghukum orang yang menghina ibu dan saudara perempuannya. Teluh yang dilakukan Calon Arang seperti hukum aksi-reaksi. Tidak akan ada teluh jika tidak ada pemicunya. Boleh jadi, teluh yang dikirimkan adalah bentuk pembelaan diri.
Apakah tujuan "Demi Keutuhan Bangsa dan Negara" masih relevan dengan penghilangan nyawa seseorang? Entahlah pada masa cerita ini hal itu cukup wajar jika raja saking berkuasanya, baginya biasa untuk melenyapkan orang-orang yang dianggap mengganggu. Bukankah masih terjadi hal demikian di negeri kita ini? ketika masa pemerintahan Orde Baru, tanpa pendekatan persuasif, adalah sebuah kejadian wajar jika orang-orang yang dianggap menyebabkan disintegrasi menghilang tanpa jejak dan lenyap.
Warisan
Bagaimanapun, cerita Calon Arang meninggalkan warisan budaya bagi bangsa kita, terutama bagi Orang Bali. Calon Arang menjadi sosok yang kental untuk sebuah pertunjukan tari, teater dan upacara. Ilmu yang dimiliki Calon Arang diduga sekarang adalah yang dinamakan
Penelusuran saya di situs ini, banyak lukisan yang bertema Calon Arang. Diantaranya adalah:
The Old Woman Dilemma
Hmmm...sepertinya saya harus baca karangan Pram dan Cok Sawitri, menarik kalau satu kisah diulas dari berbagai penulis, kita sebagai pembaca diperkaya dengan beragam cara pandang.
@hws03052011
Lanjut Baca