Buku ini bukanlah otobiografi Enzo Ferrari, sang pendiri perusahaan mobil mewah yang memiliki tim balap Formula One: Ferrari itu. Meski ada kesamaan nama, itu karena yang memilih dan memberikan nama itu adalah tokoh seorang pembalap di buku ini, dan karenanya tak heran bila nama orang yang di sekitar dunia balaplah yang dipilihnya. Ngomong-ngomong…siapa sih Enzo itu? Enzo adalah seekor anjing. Anjing Labrador milik seorang pembalap bernama Denny Swift. Bukan sembarang anjing, Enzo adalah seekor filsuf. Ya! Seperti tertera di sampul buku ini, ini adalah novel tentang seekor filsuf. Dan yang menjadi dasar pemikiran seorang.., eh salah..seekor Enzo adalah: the art of racing in the rain (seni balapan dalam hujan).
Sejak lahir si Labrador kecil ini sudah mengetahui bahwa dirinya unik. Tubuhnya memang seekor anjing, tapi jiwa dan pikirannya adalah milik seorang manusia. Bisa dibilang Enzo adalah manusia yang terperangkap dalam tubuh seekor anjing. Seringkali ia ingin mengemukakan pendapatnya pada manusia, namun ia terpaksa menyimpannya saja karena ia tak dapat berbicara.
Denny sendiri adalah seorang pria yang dianugerahi talenta untuk membalap mobil. Ia boleh dibilang seorang pembalap natural, yang tanpa dipoles pun memiliki insting membalap yang hebat. Namun karena keterbatasan dana, ia pun hanya sesekali mendapat kesempatan mempertontonkan kebolehannya di sirkuit, di sela-sela pekerjaannya sebagai karyawan di toko onderdil mobil. Ya, itulah wajah dunia balap mobil, mulai dari Formula One yang canggih dan prestisius hingga balap ketahanan (enduro) yang mengutamakan keberanian dan skill, di mana Denny sangat berbakat. Uang dan keberuntungan, bukannya bakat, yang seringkali menentukan apakah seorang pembalap dapat bersinar atau tidak.
Enzo sendiri ternyata peminat balap mobil juga. Ia sering ditinggal Denny seorang diri di apartemen, dan cukup Denny menyetelkan video balapan atau acara balapan di TV, maka Enzo akan duduk manis di depan televisi seharian hingga Denny pulang kerja. Di sinilah salah satu keunikan buku ini yang membuatnya sangat menghibur terutama bagi penyuka (acara) balapan, karena Denny sering menjelaskan strategi dan tips/trik menggeber mobil balap pada Enzo. Ya, Denny memperlakukan Enzo lebih sebagai sahabat daripada hewan peliharaan.
Selain balapan, Enzo juga penyuka filsafat. Discovery Channel dan National Geography adalah beberapa channel kesukaannya di televisi. Enzo belajar tentang banyak hal dari acara-acara itu, termasuk bahwa orang Mongolia percaya bahwa arwah seekor anjing yang meninggal kelak akan berinkarnasi ke dalam tubuh seorang manusia….
Namun ketenangan yang dirasakan Enzo sedikit terusik ketika Denny menikahi Eve. Enzo merasa tersaingi dalam mendapatkan kasih dan perhatian Denny. Maka wajarlah kalau Enzo agak tak suka pada Eve, dan begitu juga sebaliknya. Lalu hadirlah Zoe, putri Denny-Eve. Meski perhatian Denny akan makin terbagi lagi, namun Enzo sangat menyayangi si kecil Zoe. Ia bertekad akan melindungi Zoe meski harus mempertaruhkan nyawanya. Saat itu sebenarnya lengkaplah kebahagiaan keluarga Swift. Namun takdir berkata lain. Pada suatu hari Enzo mencium bau busuk dari hidung Eve yang membuatnya tahu bahwa ada sesuatu yang buruk tengah terjadi, sayang ia tak dapat mengatakannya pada siapapun. Akhirnya terbukti bahwa memang ada sesuatu yang sedang tumbuh di dalam batok kepala Eve, yaitu sebuah tumor....
Gara-gara penyakit Eve ini sempat terjadi beberapa prahara di keluarga kecil Swift. Suatu hari Denny mengikuti balapan hingga 4 hari, dan justru pada saat itu tumor yang mengendon di kepala Eve mulai memberinya rasa sakit. Eve mengungsi bersama Zoe ke rumah orang tuanya tanpa ingat untuk mengurusi Enzo. Enzo yang malang memang dapat bertahan hidup selama 3 hari, namun ketika Denny pulang, ia marah besar. Lalu keadaan menjadi makin rumit ketika Eve harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu. Masa-masa itu adalah masa yang berat bagi Denny, dan juga Enzo. Namun dalam setiap kejadian, Enzo membuktikan bahwa ia bukan hanya anjing penjaga rumah. Ia adalah sahabat. Sahabat yang mau mendengarkan, yang mau berempati, bahkan mau menghibur kala majikannya tertimpa musibah. Enzo yang baik, selalu dapat menguasai diri karena mampu berpikiran dan membuat pertimbangan layaknya seperti manusia.
Segala kisah dan liku-liku perjalanan hidup Enzo selama bersama dengan keluarga Swift tersaji dengan indah namun natural di buku ini. Dan seperti biasanya semua kisah tentang anjing atau hewan peliharaan lainnya, endingnya sudah dapat diduga. Ada orang yang berpikiran skeptis: “Percuma membaca buku tuntang anjing, pasti akhirnya sedih waktu si anjing mati”. Menurutku, membaca bukanlah mencapai sebuah tujuan (endingnya), namun lebih pada prosesnya. Jangan membaca karena ending sebuah cerita, namun pada apa yang ada di antara prolog dan epilog buku itu. Bukankah saat kita menangisi kematian sosok anjing, seperti juga pada buku Enzo ini, yang kita tangisi bukanlah kematian itu sendiri, melainkan apa yang si anjing telah tunjukkan semasa hidupnya: kesetiaan, keberanian, dan cinta tanpa pamrih. Semua nilai-nilai itulah yang membuat kita menangisi si anjing sekaligus mengagumi kepribadiannya (yang seringkali bahkan lebih luhur daripada manusia…)
Akhirnya, buku ini benar-benar nikmat dan menghibur untuk dibaca siapa saja. Dan jangan khawatir bahwa endingnya sudah terduga, karena Garth Stein – penulisnya, telah menyiapkan sebuah kejutan pada endingnya!
Penerbit: Serambi
Sejak lahir si Labrador kecil ini sudah mengetahui bahwa dirinya unik. Tubuhnya memang seekor anjing, tapi jiwa dan pikirannya adalah milik seorang manusia. Bisa dibilang Enzo adalah manusia yang terperangkap dalam tubuh seekor anjing. Seringkali ia ingin mengemukakan pendapatnya pada manusia, namun ia terpaksa menyimpannya saja karena ia tak dapat berbicara.
Denny sendiri adalah seorang pria yang dianugerahi talenta untuk membalap mobil. Ia boleh dibilang seorang pembalap natural, yang tanpa dipoles pun memiliki insting membalap yang hebat. Namun karena keterbatasan dana, ia pun hanya sesekali mendapat kesempatan mempertontonkan kebolehannya di sirkuit, di sela-sela pekerjaannya sebagai karyawan di toko onderdil mobil. Ya, itulah wajah dunia balap mobil, mulai dari Formula One yang canggih dan prestisius hingga balap ketahanan (enduro) yang mengutamakan keberanian dan skill, di mana Denny sangat berbakat. Uang dan keberuntungan, bukannya bakat, yang seringkali menentukan apakah seorang pembalap dapat bersinar atau tidak.
Enzo sendiri ternyata peminat balap mobil juga. Ia sering ditinggal Denny seorang diri di apartemen, dan cukup Denny menyetelkan video balapan atau acara balapan di TV, maka Enzo akan duduk manis di depan televisi seharian hingga Denny pulang kerja. Di sinilah salah satu keunikan buku ini yang membuatnya sangat menghibur terutama bagi penyuka (acara) balapan, karena Denny sering menjelaskan strategi dan tips/trik menggeber mobil balap pada Enzo. Ya, Denny memperlakukan Enzo lebih sebagai sahabat daripada hewan peliharaan.
Selain balapan, Enzo juga penyuka filsafat. Discovery Channel dan National Geography adalah beberapa channel kesukaannya di televisi. Enzo belajar tentang banyak hal dari acara-acara itu, termasuk bahwa orang Mongolia percaya bahwa arwah seekor anjing yang meninggal kelak akan berinkarnasi ke dalam tubuh seorang manusia….
Namun ketenangan yang dirasakan Enzo sedikit terusik ketika Denny menikahi Eve. Enzo merasa tersaingi dalam mendapatkan kasih dan perhatian Denny. Maka wajarlah kalau Enzo agak tak suka pada Eve, dan begitu juga sebaliknya. Lalu hadirlah Zoe, putri Denny-Eve. Meski perhatian Denny akan makin terbagi lagi, namun Enzo sangat menyayangi si kecil Zoe. Ia bertekad akan melindungi Zoe meski harus mempertaruhkan nyawanya. Saat itu sebenarnya lengkaplah kebahagiaan keluarga Swift. Namun takdir berkata lain. Pada suatu hari Enzo mencium bau busuk dari hidung Eve yang membuatnya tahu bahwa ada sesuatu yang buruk tengah terjadi, sayang ia tak dapat mengatakannya pada siapapun. Akhirnya terbukti bahwa memang ada sesuatu yang sedang tumbuh di dalam batok kepala Eve, yaitu sebuah tumor....
Gara-gara penyakit Eve ini sempat terjadi beberapa prahara di keluarga kecil Swift. Suatu hari Denny mengikuti balapan hingga 4 hari, dan justru pada saat itu tumor yang mengendon di kepala Eve mulai memberinya rasa sakit. Eve mengungsi bersama Zoe ke rumah orang tuanya tanpa ingat untuk mengurusi Enzo. Enzo yang malang memang dapat bertahan hidup selama 3 hari, namun ketika Denny pulang, ia marah besar. Lalu keadaan menjadi makin rumit ketika Eve harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu. Masa-masa itu adalah masa yang berat bagi Denny, dan juga Enzo. Namun dalam setiap kejadian, Enzo membuktikan bahwa ia bukan hanya anjing penjaga rumah. Ia adalah sahabat. Sahabat yang mau mendengarkan, yang mau berempati, bahkan mau menghibur kala majikannya tertimpa musibah. Enzo yang baik, selalu dapat menguasai diri karena mampu berpikiran dan membuat pertimbangan layaknya seperti manusia.
Segala kisah dan liku-liku perjalanan hidup Enzo selama bersama dengan keluarga Swift tersaji dengan indah namun natural di buku ini. Dan seperti biasanya semua kisah tentang anjing atau hewan peliharaan lainnya, endingnya sudah dapat diduga. Ada orang yang berpikiran skeptis: “Percuma membaca buku tuntang anjing, pasti akhirnya sedih waktu si anjing mati”. Menurutku, membaca bukanlah mencapai sebuah tujuan (endingnya), namun lebih pada prosesnya. Jangan membaca karena ending sebuah cerita, namun pada apa yang ada di antara prolog dan epilog buku itu. Bukankah saat kita menangisi kematian sosok anjing, seperti juga pada buku Enzo ini, yang kita tangisi bukanlah kematian itu sendiri, melainkan apa yang si anjing telah tunjukkan semasa hidupnya: kesetiaan, keberanian, dan cinta tanpa pamrih. Semua nilai-nilai itulah yang membuat kita menangisi si anjing sekaligus mengagumi kepribadiannya (yang seringkali bahkan lebih luhur daripada manusia…)
Akhirnya, buku ini benar-benar nikmat dan menghibur untuk dibaca siapa saja. Dan jangan khawatir bahwa endingnya sudah terduga, karena Garth Stein – penulisnya, telah menyiapkan sebuah kejutan pada endingnya!
Penerbit: Serambi
0 komentar:
Posting Komentar