Pelajaran tidak hanya kita peroleh dari lembaga pendidikan dan dari orang yang lebih tua atau yang lebih berpengalaman saja. Seringkali pelajaran, terutama pelajaran tentang hidup, justru kita dapat dari makhluk kecil yang sederhana dan tak pernah kita perhatikan seperti seekor katak. Begitu jugalah buku ini ditulis, menggunakan seekor katak sebagai tokohnya, namun di dalamnya terkandung filosofi hidup yang mengagumkan. Seperti sub titel buku Firebelly ini: Novel Perjalanan Menuju Inti Pemikiran.
Firebelly adalah katak yang berasal dari daratan Asia. Ciri khasnya, punggungnya berwarna hijau bertotol-totol hitam, namun bagian perutnya berwarna merah menyala. Ketika katak jenis ini terancam bahaya, ia akan menelentangkan diri dan menggelembungkan perut merahnya sedemikian rupa sehingga tampak seperti bola api kecil yang menyala. Karena itulah katak jenis ini disebut Firebelly.
Tapi pada buku ini, kita berikan nama Firebelly khusus pada katak "perut-api" yang kaki depan dan kaki belakangnya tidak tumbuh sempurna. Bisa dibilang kaki katak itu buntung, karena alih-alih berjari dan berselaput, ujung kakinya hanya berupa puntung kecil. Firebelly adalah katak unik, bukan hanya karena kecacatannya, namun lebih pada pemikirannya.
Firebelly mengingatkan kita pada diri kita sendiri yang pastilah memiliki sebuah kelemahan. Seperti Firebelly, banyak di antara kita yang biasa merenungi kelemahan kita sambil berharap kita adalah orang lain yang lebih baik, cantik, tampan, tinggi, langsing, dsb. Kita lantas menjalani saja kehidupan kita biasa-biasa saja, kita berkubang dalam rasa nyaman karena toh kita memiliki kelemahan. Firebelly pun dulunya merasa hidup itu indah tatkala ia bisa menemukan tempat persembunyian yang nyaman di akuarium di toko hewan peliharaan, dengan suplai jangkrik (oh ya, Firebelly doyan sekali makan jangkrik!) yang berkelimpahan, dan sinar matahari yang menghangatkan punggungnya. Semuanya itu membuatnya puas, karena bagaimana pun ia sadar bahwa jangkrik terbesar dan tergurih adalah milik katak-katak lain yang bisa melompat lebih gesit daripada dirinya yang buntung.
Namun seekor katak tua membuka matanya dan menyadarkannya tentang keinginan dan harapan. Apa sih beda keinginan dan harapan? Bukannya sama saja? Ayo kita simak kutipan nasihat sang katak tua yang berharga itu untuk Firebelly, dan untuk kita semua tentunya...
..Berharap itu berbeda dengan berkeinginan. Kalau kamu tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan, hal itu tidak terlalu menjadi masalah. Keinginan hanyalah pikiran kosong--tidak penting, seperti melemparkan uang logam ke kolam air mancur atau mengucapkan keinginan pada bintang-bintang. Tapi jika kamu tidak pernah mendapatkan apa yang kamu harapkan, itu akan mempengaruhi pilihan-pilihan yang kamu ambil, dan dapat mengubah dirimu nantinya di masa depan. Kalau kamu menghabiskan terlalu banyak waktu dengan berharap tanpa sebab, mungkin akhirnya kamu akan tergelincir ke dalam ketiadaan harapan, ke dalam kehampaan...
...Berharap adalah keputusan yang kita buat untuk diri kita sendiri; tak seorang pun bisa mengabulkannya. Berharaplah akan hal-hal yang dapat kamu capai dengan usahamu sendiri...
Setelah mendapatkan banyak pemcerahan dari si katak tua, pada suatu hari Firebelly dibeli oleh seorang gadis kecil untuk dijadikan katak peliharaannya. Maka kini Firebelly harus mengarungi hidup seorang diri dan harus mengambil keputusan sendiri. Sudah menjadi kodrat seekor katak untuk hidup bebas di alam liar, dan hal itulah yang diimpikan Firebelly selama ini. Namun, beberapa kali kesempatan untuk meloloskan diri itu tiba, Firebelly tak jua menemukan keberanian atau tekad yang cukup kuat untuk mengambil satu lompatan panjang menuju alam kebebasan. Hingga akhirnya takdir mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Claire yang, seperti dirinya, tengah mencari jati diri. Akhirnya, bersama mereka berdua, meski tak direncanakan, tiba pada pemahaman akan siapa dirinya, dan untuk apa ia hidup.
Novel Firebelly ini adalah novel filosofis yang dibungkus dalam kisah fabel yang kadang lucu, polos namun juga bisa serius. Firebelly si katak buntung mengingatkan pada kita untuk melihat diri sendiri dan kemampuan kita sebelum kita berharap. Ingat, menghabiskan terlalu banyak waktu dengan berharap tanpa sebab, mungkin akhirnya kamu akan tergelincir ke dalam ketiadaan harapan, ke dalam kehampaan, dan berharaplah akan hal-hal yang dapat kamu capai dengan usahamu sendiri...
Firebelly adalah katak yang berasal dari daratan Asia. Ciri khasnya, punggungnya berwarna hijau bertotol-totol hitam, namun bagian perutnya berwarna merah menyala. Ketika katak jenis ini terancam bahaya, ia akan menelentangkan diri dan menggelembungkan perut merahnya sedemikian rupa sehingga tampak seperti bola api kecil yang menyala. Karena itulah katak jenis ini disebut Firebelly.
Tapi pada buku ini, kita berikan nama Firebelly khusus pada katak "perut-api" yang kaki depan dan kaki belakangnya tidak tumbuh sempurna. Bisa dibilang kaki katak itu buntung, karena alih-alih berjari dan berselaput, ujung kakinya hanya berupa puntung kecil. Firebelly adalah katak unik, bukan hanya karena kecacatannya, namun lebih pada pemikirannya.
Firebelly mengingatkan kita pada diri kita sendiri yang pastilah memiliki sebuah kelemahan. Seperti Firebelly, banyak di antara kita yang biasa merenungi kelemahan kita sambil berharap kita adalah orang lain yang lebih baik, cantik, tampan, tinggi, langsing, dsb. Kita lantas menjalani saja kehidupan kita biasa-biasa saja, kita berkubang dalam rasa nyaman karena toh kita memiliki kelemahan. Firebelly pun dulunya merasa hidup itu indah tatkala ia bisa menemukan tempat persembunyian yang nyaman di akuarium di toko hewan peliharaan, dengan suplai jangkrik (oh ya, Firebelly doyan sekali makan jangkrik!) yang berkelimpahan, dan sinar matahari yang menghangatkan punggungnya. Semuanya itu membuatnya puas, karena bagaimana pun ia sadar bahwa jangkrik terbesar dan tergurih adalah milik katak-katak lain yang bisa melompat lebih gesit daripada dirinya yang buntung.
Namun seekor katak tua membuka matanya dan menyadarkannya tentang keinginan dan harapan. Apa sih beda keinginan dan harapan? Bukannya sama saja? Ayo kita simak kutipan nasihat sang katak tua yang berharga itu untuk Firebelly, dan untuk kita semua tentunya...
..Berharap itu berbeda dengan berkeinginan. Kalau kamu tidak mendapatkan apa yang kamu inginkan, hal itu tidak terlalu menjadi masalah. Keinginan hanyalah pikiran kosong--tidak penting, seperti melemparkan uang logam ke kolam air mancur atau mengucapkan keinginan pada bintang-bintang. Tapi jika kamu tidak pernah mendapatkan apa yang kamu harapkan, itu akan mempengaruhi pilihan-pilihan yang kamu ambil, dan dapat mengubah dirimu nantinya di masa depan. Kalau kamu menghabiskan terlalu banyak waktu dengan berharap tanpa sebab, mungkin akhirnya kamu akan tergelincir ke dalam ketiadaan harapan, ke dalam kehampaan...
...Berharap adalah keputusan yang kita buat untuk diri kita sendiri; tak seorang pun bisa mengabulkannya. Berharaplah akan hal-hal yang dapat kamu capai dengan usahamu sendiri...
Setelah mendapatkan banyak pemcerahan dari si katak tua, pada suatu hari Firebelly dibeli oleh seorang gadis kecil untuk dijadikan katak peliharaannya. Maka kini Firebelly harus mengarungi hidup seorang diri dan harus mengambil keputusan sendiri. Sudah menjadi kodrat seekor katak untuk hidup bebas di alam liar, dan hal itulah yang diimpikan Firebelly selama ini. Namun, beberapa kali kesempatan untuk meloloskan diri itu tiba, Firebelly tak jua menemukan keberanian atau tekad yang cukup kuat untuk mengambil satu lompatan panjang menuju alam kebebasan. Hingga akhirnya takdir mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Claire yang, seperti dirinya, tengah mencari jati diri. Akhirnya, bersama mereka berdua, meski tak direncanakan, tiba pada pemahaman akan siapa dirinya, dan untuk apa ia hidup.
Novel Firebelly ini adalah novel filosofis yang dibungkus dalam kisah fabel yang kadang lucu, polos namun juga bisa serius. Firebelly si katak buntung mengingatkan pada kita untuk melihat diri sendiri dan kemampuan kita sebelum kita berharap. Ingat, menghabiskan terlalu banyak waktu dengan berharap tanpa sebab, mungkin akhirnya kamu akan tergelincir ke dalam ketiadaan harapan, ke dalam kehampaan, dan berharaplah akan hal-hal yang dapat kamu capai dengan usahamu sendiri...
0 komentar:
Posting Komentar