Setelah sekian lama menunggu buku kedua dari serial Old Surehand ini terbit, aku semakin bersemangat ketika pertama kali membuka buku ini. Meski agak lupa-lupa ingat garis besar cerita di Old Surehand 1, tapi aku tetap ingat kisah terakhir yang terpotong dan (aku harapkan) menyambung di bagian 2, yaitu pencarian atas Old Surehand yang tiba-tiba menghilang setelah petualangan selesai. Tapi, setelah melewati beberapa halaman buku ini, kok aku tak menemukan satupun tanda-tanda munculnya Old Surehand yah?
Tapi, berhubung Karl May adalah seorang yang mahir bercerita, maka dengan nikmatnya kuikuti saja kisah demi kisah, halaman demi halaman meski nampaknya tak ada hubungan sama sekali dengan cerita selanjutnya, hingga akhirnya aku menyadari beberapa hal:
1. Cerita ini adalah cerita berbingkai. Tokoh utama tetaplah Old Shatterhand, yang sedang mengunjungi sebuah kedai minum di kota Jefferson City, di mana ia harus menyelesaikan sebuah urusan dan hendak mencari kabar mengenai keberadaan Old Surehand. Di bagian pertama, kedua tokoh sahabat baik Winnetou ini berjanji akan bertemu lagi di suatu tempat di Jefferson City. Dan di kedai ini, Old Shatterhand mendengarkan seseorang yang tengah menceritakan pengalamannya di padang prairie kepada para pengunjung lainnya. Nah, setelah ia bercerita, maka pengunjung lain akan menimpali cerita itu dengan kisah versi pengalamannya sendiri. Dan hal itu berlangsung terus menerus di sepanjang buku ini. Bahkan ada seseorang yang menceritakan kisah yang didengarnya dari orang lain, hingga cerita itu berbingkai dalam cerita lain dan berbingkai dalam cerita lain lagi hingga 3 tingkat.
2. Hal kedua yang aku sadari belakangan adalah, bahwa meski setting cerita itu berpindah-pindah dari padang prairie satu ke hutan lainnya, hingga sampai ke lautan, namun sebenarnya keseluruhan kisah itu hanya berlokasi di kedai Ibu Thick ketika Old Shatterhand minum-minum dan mendengarkan seluruh cerita itu.
Di halaman akhir buku ini (aku mengintip sebentar ke catatan mengenai kisah ini), aku menemukan fakta menarik bahwa ternyata buku kedua Old Surehand ini memang bukan sambungan langsung dari buku pertamanya. Sejatinya, setelah Karl May meninggal dunia, buku Old Surehand ini dijadikan hanya dua seri. Sedang kisah-kisah lainnya dipenggal dan dijadikan judul lain. Namun, bertahun-tahun kemudian, mereka yang peduli terhadap karya Karl May, termasuk Paguyuban Karl May di Indonesia berinisiatif untuk mengumpulkan banyak kisah-kisah Karl may yang tercecer dan merangkumnya menjadi buku sisipan Old Surehand Di Jefferson City ini. Buku kedua ini dimaksudkan sebagai penyambung antara buku 1 dan buku 3 yang akan terbit setelah ini.
Jadi, kalau anda sudah membaca buku pertama dan mengharapkan reuni serta petualangan bersama Old Shatterhand, Winnetou dan Old Surehand di buku ini, tunda dulu keinginan anda. Namun, jangan juga kecewa dan menganggap buku ini tak layak dibaca. Justru sebaliknya, buku ini berisi banyak kisah-kisah petualangan yang menarik dan menegangkan khas dunia Wild West dan tokoh-tokoh nyentriknya. Ada perburuan dan usaha perampokan emas milik kulit merah oleh orang kulit putih yang serakah, pembalasan dendam terhadap penjahat dan penipu ulung yang beraksi dengan kedok permainan kartu, juga drama pertempuran ala bajak laut di tengah lautan yang menegangkan (baru kali ini Karl May memasukkan drama-non-prairie di buku yang pernah aku baca). Kisah bajak laut ini menurutku adalah kisah paling keren dan menegangkan di buku ini.
Tokoh Old Shatterhand sendiri juga hadir di beberapa kisah bersama dengan sahabat abadinya Kepala Suku Apache yang agung dan termashyur: Winnetou. Selain itu silakan anda terpingkal-pingkal atau paling tidak tersenyum dengan karakter-karakter nyentrik seperti Sam Fire-Gun, Dick Hammerdull dan sobat kentalnya Pitt Holbers (yang dijuluki Roti Panggang Berpunggungan karena saat bertempur mereka selalu mengambil posisi berpunggungan agar tak ada musuh yang menyerang dari belakang masing-masing). Juga Peter Polter si jurumudi yang paling benci saat harus bertualang di padang prairie dengan mengendarai kuda! Belum lagi tokoh kejutan: Abraham Lincoln! Ya, Abraham Lincoln yang pernah menjadi Presiden AS. Kok bisa? Nah, anda harus membaca sendiri kisahnya, karena kisah-kisah Karl May memang tak mudah untuk diceritakan kembali dengan cara yang sama seperti kisah aslinya. Anda harus membaca dan mengalaminya sendiri.
Seperti biasa, Karl May mampu menyihir para pembacanya sehingga merasa dekat dengan tokoh-tokohnya yang berkarakter unik, juga bagai mengalami sendiri adegan-adegan menegangkan saat pengintaian, pengejaran, penyerbuan atau melawan musuh. Satu hal yang amat aku kagumi adalah bagaimana Karl May menciptakan tokoh Winnetou. Winnetou adalah tokoh yang paling jarang dialognya, paling jarang juga diceritakan dibandingkan tokoh besar lainnya, namun entah bagaimana tetap terasa sebagai tokoh utama dari setiap kisah.
Tak mampu rasanya kita mendeskripsikan seperti apa sebenarnya karakter Winnetou itu, karena anda hanya akan dapat mengenalnya lewat semua tindakannya di semua kisah-kisahnya. Ia tak terasa bagai superhero yang dominan (superman, spiderman dkk) berkat kerendahan hatinya, tapi toh tetap kita sulit untuk mencari kelemahannya sebagai manusia.
Yang agak patut disayangkan dari buku ini adalah ketidak-konsistenan penerjemahan nama beberapa orang suku kulit merah: Dahi Bison, misalnya, di bagian lain buku ini sempat disebut Dahi Banteng (yang membuatku awalnya bingung: apakah ini tokoh baru?). Sedang Jantung Beruang pernah juga disebut Hati Beruang (memang sih jantung sama dengan hati, tapi kalau perubahan itu dalam masalah nama bisa jadi membingungkan)
Dan di akhir review ini, aku ingin mengutip sebuah quote yang bagus:
"Roh Agung telah menciptakan manusia bukan dengan tujuan agar ia kaya, melainkan agar ia menjadi manusia yang baik" --Winnetou
Saya sudah berbicara. Howgh!
Tapi, berhubung Karl May adalah seorang yang mahir bercerita, maka dengan nikmatnya kuikuti saja kisah demi kisah, halaman demi halaman meski nampaknya tak ada hubungan sama sekali dengan cerita selanjutnya, hingga akhirnya aku menyadari beberapa hal:
1. Cerita ini adalah cerita berbingkai. Tokoh utama tetaplah Old Shatterhand, yang sedang mengunjungi sebuah kedai minum di kota Jefferson City, di mana ia harus menyelesaikan sebuah urusan dan hendak mencari kabar mengenai keberadaan Old Surehand. Di bagian pertama, kedua tokoh sahabat baik Winnetou ini berjanji akan bertemu lagi di suatu tempat di Jefferson City. Dan di kedai ini, Old Shatterhand mendengarkan seseorang yang tengah menceritakan pengalamannya di padang prairie kepada para pengunjung lainnya. Nah, setelah ia bercerita, maka pengunjung lain akan menimpali cerita itu dengan kisah versi pengalamannya sendiri. Dan hal itu berlangsung terus menerus di sepanjang buku ini. Bahkan ada seseorang yang menceritakan kisah yang didengarnya dari orang lain, hingga cerita itu berbingkai dalam cerita lain dan berbingkai dalam cerita lain lagi hingga 3 tingkat.
2. Hal kedua yang aku sadari belakangan adalah, bahwa meski setting cerita itu berpindah-pindah dari padang prairie satu ke hutan lainnya, hingga sampai ke lautan, namun sebenarnya keseluruhan kisah itu hanya berlokasi di kedai Ibu Thick ketika Old Shatterhand minum-minum dan mendengarkan seluruh cerita itu.
Di halaman akhir buku ini (aku mengintip sebentar ke catatan mengenai kisah ini), aku menemukan fakta menarik bahwa ternyata buku kedua Old Surehand ini memang bukan sambungan langsung dari buku pertamanya. Sejatinya, setelah Karl May meninggal dunia, buku Old Surehand ini dijadikan hanya dua seri. Sedang kisah-kisah lainnya dipenggal dan dijadikan judul lain. Namun, bertahun-tahun kemudian, mereka yang peduli terhadap karya Karl May, termasuk Paguyuban Karl May di Indonesia berinisiatif untuk mengumpulkan banyak kisah-kisah Karl may yang tercecer dan merangkumnya menjadi buku sisipan Old Surehand Di Jefferson City ini. Buku kedua ini dimaksudkan sebagai penyambung antara buku 1 dan buku 3 yang akan terbit setelah ini.
Jadi, kalau anda sudah membaca buku pertama dan mengharapkan reuni serta petualangan bersama Old Shatterhand, Winnetou dan Old Surehand di buku ini, tunda dulu keinginan anda. Namun, jangan juga kecewa dan menganggap buku ini tak layak dibaca. Justru sebaliknya, buku ini berisi banyak kisah-kisah petualangan yang menarik dan menegangkan khas dunia Wild West dan tokoh-tokoh nyentriknya. Ada perburuan dan usaha perampokan emas milik kulit merah oleh orang kulit putih yang serakah, pembalasan dendam terhadap penjahat dan penipu ulung yang beraksi dengan kedok permainan kartu, juga drama pertempuran ala bajak laut di tengah lautan yang menegangkan (baru kali ini Karl May memasukkan drama-non-prairie di buku yang pernah aku baca). Kisah bajak laut ini menurutku adalah kisah paling keren dan menegangkan di buku ini.
Tokoh Old Shatterhand sendiri juga hadir di beberapa kisah bersama dengan sahabat abadinya Kepala Suku Apache yang agung dan termashyur: Winnetou. Selain itu silakan anda terpingkal-pingkal atau paling tidak tersenyum dengan karakter-karakter nyentrik seperti Sam Fire-Gun, Dick Hammerdull dan sobat kentalnya Pitt Holbers (yang dijuluki Roti Panggang Berpunggungan karena saat bertempur mereka selalu mengambil posisi berpunggungan agar tak ada musuh yang menyerang dari belakang masing-masing). Juga Peter Polter si jurumudi yang paling benci saat harus bertualang di padang prairie dengan mengendarai kuda! Belum lagi tokoh kejutan: Abraham Lincoln! Ya, Abraham Lincoln yang pernah menjadi Presiden AS. Kok bisa? Nah, anda harus membaca sendiri kisahnya, karena kisah-kisah Karl May memang tak mudah untuk diceritakan kembali dengan cara yang sama seperti kisah aslinya. Anda harus membaca dan mengalaminya sendiri.
Seperti biasa, Karl May mampu menyihir para pembacanya sehingga merasa dekat dengan tokoh-tokohnya yang berkarakter unik, juga bagai mengalami sendiri adegan-adegan menegangkan saat pengintaian, pengejaran, penyerbuan atau melawan musuh. Satu hal yang amat aku kagumi adalah bagaimana Karl May menciptakan tokoh Winnetou. Winnetou adalah tokoh yang paling jarang dialognya, paling jarang juga diceritakan dibandingkan tokoh besar lainnya, namun entah bagaimana tetap terasa sebagai tokoh utama dari setiap kisah.
Tak mampu rasanya kita mendeskripsikan seperti apa sebenarnya karakter Winnetou itu, karena anda hanya akan dapat mengenalnya lewat semua tindakannya di semua kisah-kisahnya. Ia tak terasa bagai superhero yang dominan (superman, spiderman dkk) berkat kerendahan hatinya, tapi toh tetap kita sulit untuk mencari kelemahannya sebagai manusia.
Yang agak patut disayangkan dari buku ini adalah ketidak-konsistenan penerjemahan nama beberapa orang suku kulit merah: Dahi Bison, misalnya, di bagian lain buku ini sempat disebut Dahi Banteng (yang membuatku awalnya bingung: apakah ini tokoh baru?). Sedang Jantung Beruang pernah juga disebut Hati Beruang (memang sih jantung sama dengan hati, tapi kalau perubahan itu dalam masalah nama bisa jadi membingungkan)
Dan di akhir review ini, aku ingin mengutip sebuah quote yang bagus:
"Roh Agung telah menciptakan manusia bukan dengan tujuan agar ia kaya, melainkan agar ia menjadi manusia yang baik" --Winnetou
Saya sudah berbicara. Howgh!
0 komentar:
Posting Komentar