Kutu busuk!...
Maaf, aku tak hendak memaki-maki anda... Hanya ingin mengingatkan anda pada sebuah sosok istimewa yang tak gampang dilupakan dalam sebuah serial cerita bergambar. Anda sudah ingat sekarang? Ya, dialah Kapten Haddock dalam serial Petualangan Tintin, kisah ciptaan dan hasil goresan tangan Herge.
Dalam banyak kisah heroik, di samping sosok sang pahlawan yang nyaris sempurna (dan seringkali menjadi kurang natural, kurang manusiawi), tampil pula tokoh pendamping yang keahliannya di bawah sang pahlawan, namun kepribadiannya lebih mirip manusia kebanyakan seperti kita. Tokoh pendamping ini akan mengimbangi kesempurnaan sang pahlawan. Ingat Dr. Watson dan Sherlock Holmes? Seperti itulah peran Kapten Haddock dalam sebagian besar petualangan Tintin.
Dalam Petualangan Tintin, sang wartawan muda ini memang serasa bagaikan tokoh khayalan. Tintin terlalu sempurna. Selalu cerdik, jarang membuat kesalahan, hampir tak pernah dikuasai emosi, selalu berpikiran jernih. Sebaliknya, Kapten Haddock adalah orang yang berangasan, emosional dan punya kelemahan yaitu ketergantungan pada minuman keras, meskipun sejatinya Haddock adalah pribadi yang setia kawan, memegang teguh prinsip keadilan dan kebenaran, serta berani berkorban demi sahabatnya.
Character Book yang disusun Michael Farr ini membawa kita lebih mengenal dari dekat sosok Kapten Haddock (juga karakter-karakter lainnya dalam serial Tintin di banyak Character Book yang lain). Kita juga dibawa mengikuti proses penciptaan tokoh ini oleh Herge, sekaligus makna tokoh itu baginya. Kapten Haddock ternyata adalah perwujudan karakter Herge sendiri yang di masa tuanya tenggelam dalam minuman keras, sama seperti Kapten Haddock. Sedangkan Tintin adalah cerminan sosok yang diimpikan Herge di masa mudanya, reporter yang banyak berkeliling dunia. Yang lebih menarik lagi adalah proses peciptaan tokoh ini. Nama Haddock ternyata berasal dari sejenis ikan yang sedang dimasak istrinya suatu hari untuk makan malam!
Hal yang menarik tentang nama Haddock ini, si Kapten yang diceritakan sebagai pensiunan kapten kapal dan pelaut, ternyata memang memiliki 'kembaran' di dunia nyata. Ada beberapa perwira angkatan laut di Inggris yang bernama Haddock. Maka makin sreg-lah Herge dengan tokoh ciptaannya yang akan menemani Tintin dalam banyak petualangannya.
Masih ingatkah anda peran Kapten Haddock dalam beberapa petualangan Tintin? Dia bisa dibilang sosok paling flamboyan di antara rekan-rekan Tintin lainnya seperti Profesor Calculus (Lakmus), Thompson & Thomson (Dupont & Dupond). Kita ingat kembali penampilan-penampilan Kapten Haddock dalam banyak kisah, yang bervariasi dan berbeda, tergantung kondisi dalam kisah itu. Di Tujuh Bola Kristal misalnya, Haddock muncul dalam setelan resmi saat menonton acara sulap, lengkap dengan kacamata berlensa satu. Anggun dan elegan. Padahal saat berpetualang ke luar negeri, ia biasa mengenakan sweater ala pelaut warna biru dengan gambar jangkar di dada, topi pelaut dan celana hitam. Gambaran Kapten Haddock yang fashionable adalah cerminan diri Herge yang juga sangat memperhatikan penampilannya di luar rumah.
Namun keistimewaan yang paling menonjol dari sosok kapten Haddock mungkin adalah...makiannya! "Sejuta topan badai" dan "kutu busuk" telah menemani masa kecil kita dalam cergam-cergam Tintin. Membuat kita selalu paling tidak tersenyum tiap kali mengingat dan membayangkan Kapten Haddock. Darimana Herge mendapat inspirasinya? Ternyata dari pertengkaran seorang penjaga toko dengan pelanggannya yang sempat terdengar oleh Herge. Makin panjang dan variatif isi makian si penjaga toko, makin efektif pula dampaknya pada si pelanggan. Dari situ, Herge lalu menciptakan berbagai variasi makian yang jumlahnya bisa mencapai ratusan di seluruh kisah yang menyertakan Kapten Haddock!
Hal lain yang menarik dari sosok Kapten Haddock adalah minuman keras, terutama wiski. Kenalkah anda dengan merk wiski Loch Lomond? Mungkin anda sering mendengarnya, tapi tahukah anda darimana merk Loch Lomond itu berasal? Eh, whisky Loch Lomond itu benar-benar ada loh! Apakah Herge mencomot brand ini ke dalam cergamnya? Bukan! Justru awal mula brand Loch Lomond adalah brand fiktif untuk wiski yang diciptakan Herge di cergam Tintin. Di kemudian hari, akhirnya brand fiktif itu benar-benar dijadikan sebuah brand untuk Scotch wiski. Menarik bukan?
Ngomong-ngomong tentang Loch Lomond wiski, jadi teringat Snowy (atau Milou dalam terjemahan Gramedia), si anjing mungil milik Tintin. Gara-gara Kapten Haddock, Snowy jadi ketagihan wiski Loch Lomond juga…
Begitulah kisah Tintin ini. Seluruh cergamnya benar-benar merasuk ke dalam ingatan dan hati penggemarnya, sehingga bahkan bertahun-tahun setelah kita membacanya, selalu ada potongan-potongan adegan atau kisah yang akan kita ingat saat ada momen serupa yang kita alami. Membaca atau menonton acara tentang Tibet? Pasti aku akan teringat pada Tintin, Chang (Zhang) dan Yetty. Membaca tentang peluncuran roket luar angkasa, pasti terbayang roket kotak-kotak merah-putih karya Profesor Calculus yang sempat amnesia menjelang keberangkatan roket, dsb dsb. Kisah petualangan Tintin ternyata adalah salah satu sahabat yang menemani aku selama aku tumbuh menjadi manusia sekarang ini…
Judul: Kapten Haddock
Pengarang: Michael Farr
Penerbit: Gramedia
Dalam banyak kisah heroik, di samping sosok sang pahlawan yang nyaris sempurna (dan seringkali menjadi kurang natural, kurang manusiawi), tampil pula tokoh pendamping yang keahliannya di bawah sang pahlawan, namun kepribadiannya lebih mirip manusia kebanyakan seperti kita. Tokoh pendamping ini akan mengimbangi kesempurnaan sang pahlawan. Ingat Dr. Watson dan Sherlock Holmes? Seperti itulah peran Kapten Haddock dalam sebagian besar petualangan Tintin.
Dalam Petualangan Tintin, sang wartawan muda ini memang serasa bagaikan tokoh khayalan. Tintin terlalu sempurna. Selalu cerdik, jarang membuat kesalahan, hampir tak pernah dikuasai emosi, selalu berpikiran jernih. Sebaliknya, Kapten Haddock adalah orang yang berangasan, emosional dan punya kelemahan yaitu ketergantungan pada minuman keras, meskipun sejatinya Haddock adalah pribadi yang setia kawan, memegang teguh prinsip keadilan dan kebenaran, serta berani berkorban demi sahabatnya.
Character Book yang disusun Michael Farr ini membawa kita lebih mengenal dari dekat sosok Kapten Haddock (juga karakter-karakter lainnya dalam serial Tintin di banyak Character Book yang lain). Kita juga dibawa mengikuti proses penciptaan tokoh ini oleh Herge, sekaligus makna tokoh itu baginya. Kapten Haddock ternyata adalah perwujudan karakter Herge sendiri yang di masa tuanya tenggelam dalam minuman keras, sama seperti Kapten Haddock. Sedangkan Tintin adalah cerminan sosok yang diimpikan Herge di masa mudanya, reporter yang banyak berkeliling dunia. Yang lebih menarik lagi adalah proses peciptaan tokoh ini. Nama Haddock ternyata berasal dari sejenis ikan yang sedang dimasak istrinya suatu hari untuk makan malam!
Hal yang menarik tentang nama Haddock ini, si Kapten yang diceritakan sebagai pensiunan kapten kapal dan pelaut, ternyata memang memiliki 'kembaran' di dunia nyata. Ada beberapa perwira angkatan laut di Inggris yang bernama Haddock. Maka makin sreg-lah Herge dengan tokoh ciptaannya yang akan menemani Tintin dalam banyak petualangannya.
Masih ingatkah anda peran Kapten Haddock dalam beberapa petualangan Tintin? Dia bisa dibilang sosok paling flamboyan di antara rekan-rekan Tintin lainnya seperti Profesor Calculus (Lakmus), Thompson & Thomson (Dupont & Dupond). Kita ingat kembali penampilan-penampilan Kapten Haddock dalam banyak kisah, yang bervariasi dan berbeda, tergantung kondisi dalam kisah itu. Di Tujuh Bola Kristal misalnya, Haddock muncul dalam setelan resmi saat menonton acara sulap, lengkap dengan kacamata berlensa satu. Anggun dan elegan. Padahal saat berpetualang ke luar negeri, ia biasa mengenakan sweater ala pelaut warna biru dengan gambar jangkar di dada, topi pelaut dan celana hitam. Gambaran Kapten Haddock yang fashionable adalah cerminan diri Herge yang juga sangat memperhatikan penampilannya di luar rumah.
Namun keistimewaan yang paling menonjol dari sosok kapten Haddock mungkin adalah...makiannya! "Sejuta topan badai" dan "kutu busuk" telah menemani masa kecil kita dalam cergam-cergam Tintin. Membuat kita selalu paling tidak tersenyum tiap kali mengingat dan membayangkan Kapten Haddock. Darimana Herge mendapat inspirasinya? Ternyata dari pertengkaran seorang penjaga toko dengan pelanggannya yang sempat terdengar oleh Herge. Makin panjang dan variatif isi makian si penjaga toko, makin efektif pula dampaknya pada si pelanggan. Dari situ, Herge lalu menciptakan berbagai variasi makian yang jumlahnya bisa mencapai ratusan di seluruh kisah yang menyertakan Kapten Haddock!
Hal lain yang menarik dari sosok Kapten Haddock adalah minuman keras, terutama wiski. Kenalkah anda dengan merk wiski Loch Lomond? Mungkin anda sering mendengarnya, tapi tahukah anda darimana merk Loch Lomond itu berasal? Eh, whisky Loch Lomond itu benar-benar ada loh! Apakah Herge mencomot brand ini ke dalam cergamnya? Bukan! Justru awal mula brand Loch Lomond adalah brand fiktif untuk wiski yang diciptakan Herge di cergam Tintin. Di kemudian hari, akhirnya brand fiktif itu benar-benar dijadikan sebuah brand untuk Scotch wiski. Menarik bukan?
Ngomong-ngomong tentang Loch Lomond wiski, jadi teringat Snowy (atau Milou dalam terjemahan Gramedia), si anjing mungil milik Tintin. Gara-gara Kapten Haddock, Snowy jadi ketagihan wiski Loch Lomond juga…
Begitulah kisah Tintin ini. Seluruh cergamnya benar-benar merasuk ke dalam ingatan dan hati penggemarnya, sehingga bahkan bertahun-tahun setelah kita membacanya, selalu ada potongan-potongan adegan atau kisah yang akan kita ingat saat ada momen serupa yang kita alami. Membaca atau menonton acara tentang Tibet? Pasti aku akan teringat pada Tintin, Chang (Zhang) dan Yetty. Membaca tentang peluncuran roket luar angkasa, pasti terbayang roket kotak-kotak merah-putih karya Profesor Calculus yang sempat amnesia menjelang keberangkatan roket, dsb dsb. Kisah petualangan Tintin ternyata adalah salah satu sahabat yang menemani aku selama aku tumbuh menjadi manusia sekarang ini…
Judul: Kapten Haddock
Pengarang: Michael Farr
Penerbit: Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar