goodreads.com
“Where would we be now baby.. if we found each other first..
Where would you do know darling, if I said these simple words,
I’ll wait, I’ll wait, as long as you want..
Where would we be now baby…”
Where Would we be Now – Good Charlotte
Bayangkan ketika kamu memejamkan mata, dan saat bangun kamu menemukan bahwa kamu telah melewati dan melupakan segala hal yang pengen kamu lupakan. Wow, semua orang pasti pengen ya? Apalagi kalau saat bangun kamu udah bisa dapet rumah mewah, suami ganteng dan superkaya, dengan berbagai mobil mewah dan berlian yang bisa dibeli setiap saat?
Nah, ternyata semua itu ngga seindah Cinderella pergi ke pesta, seperti yang dialami Alexia Smart. Setelah mengalami kecelakaan mobil, dirinya mengalami amnesia sehingga ia kehilangan ingatan 3 tahun ke belakang. Tiga tahun yang seperti neraka, yang telah mengubah seluruh hidupnya. Ia menyangka menjadi seorang direktur dan bos itu enak, bisa melakukan apa saja, Tapi dia salah. Dia malah mendapat julukan si Kobra dan Withces from Hell. Seakan itu tidak cukup, suaminya yang romantis dan superganteng plus milyuner, ternyata orang yang tak pernah punya perasaan, polisi makanan yang superdisiplin dan sangat perhitungan terhadap uang.
Buku ini adalah karya Sophie Kinsella pertamaku. Kata sebagian orang, buku ini lucu. Hanya aku malah belum tahu dimana letak lucunya, karena sepanjang buku ini aku malah merasa miris, sedih, tersentuh, dan segala macam emosi campur aduk lainnya. Ya, Sophie Kinsella berhasil membuat seorang tokoh utama yang lovable sekaligus helpless dalam menghadapi hidupnya. Sebagai seorang amnesia, Lexi membuat pembaca menjadi bersimpati pada hidupnya yang tiba-tiba berantakan. Karakter tokoh yang kuat serta penggambaran emosi yang cukup jelas membuat Lexi semakin mendapat tempat di hati pembaca, ikut sedih dan marah ketika ia marah, ikut emosi karena nasibnya tak kunjung membaik.
Kelemahan sastra chicklit adalah endingnya yang mudah ditebak: happy ending (meskipun ada beberapa yang tidak), in many ways. Tentu saja kisah romantis tak dapat dipisahkan dari sastra chicklit (apakah ada yang protes ketika aku menyebutnya sastra?). Si tokoh utama kita ini mengaku sepanjang hidupnya tak pernah selingkuh, namun di bagian hidupnya yang hilang ternyata tak dapat di sangka dia berselingkuh dengan Jon, plus dengan segala detail-detail yang menurutku lumayan vulgar.
Ending buku inilah yang paling mengena buatku. Meskipun terkesan tergesa-gesa, namun cukup menyentuh untuk melihat bagaimana Lexi kemudian mantap melangkah pada jalur karier dan pria pilihannya. Dan Lagu Where Would We be Now nya Good charlotte mengalun pelan,
“Dimana kita sekarang, andai dulu kita bertemu terlebih dahulu?
Apa yang akan kamu lakukan, saying, jika aku mengatakan satu kata untukmu,
Aku akan menunggu, selama yang kamu inginkan…”
0 komentar:
Posting Komentar