Cinta Dalam Sujudku
Hidayah memang berada di luar kendali manusia. Jika Allah berkehendak, maka siapapun pasti akan tercerahkan. Jika sebaliknya, maka apapun upaya yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil. Namun bukan berarti seorang hamba hanya bisa duduk diam menunggu hidayah, karena Allah akan mengubah suatu kaum, jika mereka mau berusaha.
Ibarat sinar matahari, hidayah Allah swt selalu menyinari alam semesta ini, tinggal bagaimana kita saja. Terbukanya hati dan kejernihannya akan sangat memudahkan seorang hamba untuk menerima cahaya, sedangkan jika hati cenderung tertutup dan dikotori oleh penyakit hati, maka hidayah pun tidak akan pernah singgah.
Buku berjudul Cinta Dalam Sujudku, yang merupakan penyatuan dari trilogi Kalbu-Nurani-Cahaya yang diterbitkan oleh DAR! Mizan ini, membuktikan bahwa hidayah adalah cahaya yang memberikan rahmat dalam kehidupan penerimanya. Hampir sebagian besar tokoh dalam buku ini mendapatkan cahaya-Nya yang indah tersebut. Saking banyaknya yang mendapat hidayah, fokus cerita dalam buku ini menjadi tidak jelas.
Awalnya saat membaca sinopsis dan melihat desain sampul, saya menyangka cerita akan berisi tentang perjuangan dan upaya para tokoh yang bejibun ini dalam menegakkan kembali panti asuhan Az-Zahra. Sayangnya, hampir separuh buku malah berisikan “profil” tokoh, dimana bagian tersebut menceritakan perjalanan, latar belakang, dan lika-liku kehidupan tokoh-tokoh yang berhidayah ini. Sehingga kemudian sempat membuat cerita tentang Az-Zahra dan Syifa, sang pewaris panti, seperti hilang dan terlupakan. Baru kemudian ketika jelang akhir buku, muncullah kembali sosok Syifa bersama anak-anak panti asuhan.
Panjangnya cerita tentang “profil” tokoh ini menurut saya membuat cerita memiliki cabang terlalu banyak, hingga membuat batangnya sendiri tidak tampak. Selain itu, kesan bertele-tele tertangkap dalam kisah Maria dan Fathur. Bermunculannya tokoh yang memiliki cerita cinta masing-masing yang menurut saya tidak terlalu perlu, seperti cerita Hikmal dan Zakiah atau kisah Henry Zamora dan Dahlia.
Fokus cerita, inilah masalah yang menurut saya membuat novel, yang diterbitkan ulang oleh Luxima ini, tidak terlalu nyaman untuk dibaca. Selain itu, alur cerita dan waktu seringkali melompat tiba-tiba. Sempat beberapa kali saya dibuat bingung, dengan tempat atau kondisi tokoh yang tiba-tiba sudah jauh berbeda.
Saya sendiri jadi berkesimpulan bahwa buku ini sebenarnya bisa lebih menarik jika dipecah-pecah menjadi beberapa novel.
Judul : Cinta Dalam Sujudku
Penulis : Pipiet Senja
Penerbit : Luxima
Tebal : 386 hlm
Katagori :
artikel resensi,
buku,
buku bagus,
buku resensi,
fiksi,
hadiah-sobat,
perempuan,
persahabatan,
remaja,
resensi buku,
review,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar