Penulis : Yudhi Herwibowo
Editor : Sukini
Desain Sampul : Rendra TH
Desain Isi : Rendra TH
ISBN : 978-602-98549-1-6
Halaman : 660
Penerbit : Metamind
Harga : Rp 81.000
Dan, embusan angin memeradukan tetes-tetes air di atas daun-daun.
Lalu menyatu satu demi satu, lalu bergulir jatuh....
Buku bertema sejarah sepertinya bukan favorit saya
Andai saya mau membaca buku sejarah, walau dibuat menjadi roman sejarah tak lain karena faktor penulisnya. Jika bukan Mas Yudhi, belum tentu buku ini saya lirik. Bukan tidak menghormati pahlawan, tapi memang saya bukan penyuka bacaan sejarah. Saya hanya penyuka karya mas Yudhi yang kebetulan kali ini menulis roman sejarah
Untuk buku kali ini Mas Yudhi mengambil sosok Untung Suropati . Untung Suropati lahir di Bali sekitar tahun 1660 , wafat di Bangil, Jawa Timur pada 5 Desember 1706). Tidak ada yang tahu siapa orang tuanya secara jelas. Dalam buku ini disebutkan ia merupakan anak dari I Gusti Ngurah Jalantik. Saat mengungsi ke daerah barat anak keduanya terpisah dari rombongan. Untung kecil ditemukan oleh para pedagang budak. Ia diberi nama si kurus .
Sejak memiliki si kurus sebagai budak, karier dan kekayaan Moor meningkat pesat. Bahkan Moor selamat dari berbagai bahaya. Maka sejak itu si kurus dipanggil Untung. Awalnya Untung, Pande dan Suzane bersahabat erat. Namun sejak Pande memutuskan untuk melarikan diri, hubungan Untung dan Suzane berkembang kearah yang tak terduga.
Tanpa memikirkan resiko dan pandangan masyarakat, seorang anak perempuan petinggi Belanda menjalin kasih dengan bekas budak. Sungguh hal yang memalukan saat itu! Moor sangat marah! Ia menjebloskan Untung ke penjara. Namun dengan bantuan Suzane, Untung berhasil melarikan diri dan mengajak tahanan lainnya.
Berkat ilmu kanuragan yang dipelajarinya dari Ki Tembang, Untung mampu bertahan melawan pasukan yang mengejarnya. Ki Tembang sendiri sudah pernah memberikan peringatan kepada Untung untuk menjauhi Suzane. " Selain itu, ada baiknya engkau ... engkau mencoba menjaga jarak dengan putri majikanmu itu. Kupikir, ini akan baik untuk semuanya ... Tapi, kadang perasaan yang bergerak dari hati kita, sama sekali tak lagi bisa kita halangi ...." Tapi begitulah cinta, siapa yang bisa menolak saat ia melebarkan pesonanya....
Untung dan kawan-kawannya melarikan diri hingga berada di Tanah Mati. Mereka membentuk pasukan dan mulai menjalankan misi mengusir Belanda agar bisa hidup layak di tanahnya sendiri. Mereka mulai melakukan perampokan pada rombongan VOC yang melewati daerahnya. Mereka dikenal dengan sebutan Begal dari Tanah Mati
Walau bagaimana jua....
Kenangan akan cinta selalu membayang-bayangi setiap langkah seseorang
Bahkan langkah seorang Untung sekali pun
Hingga ia harus berhadapan dengan sebuah pilihan
Berkhianat atas nama cinta
atau.....
Bertahan dan meredam cinta
Tentang hati....
Memanglah tak bisa sesederhana itu
Sedikit sekali yang memahami siapa sosok Untung sesungguhnya, buku ini memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai Untung Suropati,yang karena semangat juangnya ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Misalnya saja nama Surapati yang berada di belakang namanya. Surapati merupakan gelar yang diberikan oleh Sultan Cirebon kepada Untung. Untung dan pasukannya membantu Sultan Cirebon menghancurkan keberadaan pos VOC yang dinilai makin menggerogoti kewibawaan kesultanan. Sayangnya aksi tersebut mengusik Raden Surapati, anak angkat sang sultan. Ia tak mengira apa yang dilakukan Untung berdasarkan permohonan ayahandanya. Ia mempermalukan Untung di hadapan orang banyak dengan menuduhnya sebagai gerombolan perampok!
Hal ini jelas membuat sultan sangat murka dan ganti mempermalukannya tanpa sengaja di hadapan orang banyak. Sakit hati, kembali membuat Raden Surapati menyusun sebuah siasat untuk menghabisi Untung. Disewanya pendekar bayaran untuk membunuh Untung. Saat siasatnya terlihat tak berhasil ganti ia membunuh para pendekart bayaran. Tapi kedoknya sudah terlebih dahulu terbuka! Ia dihukum mati atas semua tindakannya. Sebagai ungkapan penyesalan dan tanda terima kasih atas penghancuran pos VOC, Untung diberi gelar Surapati. Seterusnya ia dikenal dengan nama Untung Surapati.
Terus terang saya membutuhkan waktu lama membaca buku ini, sekitar 3 hari! Masalahnya bukan pada kisah yang dituturkan, namun banyak sekali nuansa sejarah yang dipaparkan dengan teramat sangat mendetail. Bagi saya yang tidak menyukai sejarah sungguh menyiksa! Kepala saya jadi terasa cenyut-cenyut meminjam judul sebuah lagu. Buku yang berat! Ingin rasanya saya lewati halaman yang memaparkan sebuah data sejarah. Tapi jika saya lewati tentunya saya tidak bisa mengerti runtutan sebuah peristiwa. Dilema.....!
Walau bagaimana banyaknya nuansa sejarah yang dipaparkan buku ini masih juga mengusung ciri seorang Yudhi. Simak saja kalimat berikut, " Lalu, sebuah perulangan terus terjadi. Bunga yang tumbuh, menguncup, bermekaran, layu kemudian mati. Lalu, kembali tumbuh, untuk menguncup lagi, bermekaran lagi, layu lagi, kemudian kembali mati...... Seiring iring-iringan burung-burung bangau yang masih membelah angkasa secara teratur dan kecipakan ikan yang memainkan nada-nada gembira di sepanjang sungai..."
Ciri lain terlihat pada penamaan bab yang ada dalam buku ini, Perempuan yang Menangis Bersama Rembulan, Sebuah Ikatan di Ujung hari, Dukungan Penuh Gelora, Kabar yang Mengoyak Jiwa, Perempuan Bermata Bunga, Selingkar Cincin Berukir Daun Bertaut, Lelaki yang Menepis Kematiannya, atau Pertemuan di bawah Jejatuhan Daun. Benar-benar bernuansa seorang Yudhi
Syukur banyak cerita segar yang memberi saya kekuatan dalam menuntaskan buku ini. Misalnya saja aneka makanan yang diuraikan dengan bersemangatnya pada halaman 299. Saya jadi merasa berada di Solo. Mungkin saja makanan tersebut justru tidak bisa ditemui di Solo, namun menyebutkan makanan khas daerah Jawa selalu membuat saya merasa rindu pulang ke Solo.
Informasi seputar tokoh yang di tuangkan dalam bagian yang diberi judul karakter sangat membantu saya memahami cerita. Dengan banyaknya tokoh yang berada dalam buku ini, kadang saya sering lupa. Untuk mengatasinya saya tinggal kembali ke bagian awal dan menyegarkan ingatan saya. Gampang dan sangat membantu.
Tembang yang ada, mengingatkan saya pada para eyang kakung. Dahuku saya sering mendengarkan beliau berdua menembang. Jangan tanya saya apa artinya, apa lagi maknanya.Sebagai anak yang dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta, kemampuan Bahasa Jawa saya jelas jauh dibandingkan dengan Dion. Apa lagi dahulu saya suka menjaga jarak jika harus berhadapan dengan para eyang, maklum aturannya bisa membuat keringat dingin. Tapi, setiap kali alunan tembang terdengar, saya selalu merasakan suasana nyaman. Lingkungan sekitar terasa berbeda. baru belakangan saya memahami apa isi tembang yang sering mereka dendangkan.
Sesuai prinsip saya, setiap buku yang dibaca harus diselesaikan bagaimana juga.
Setiap buku yang diberikan sebagai hadiah HARUS direview bagaimana juga caranya....! SEMANGAT!
Semoga repiu ala kadarnya tidak terlalu mengecewakan
nuli bakal lahir
sawijining manungsa kang linuwih, kapilih
kang miwiti uripe nyarina batur najis
nanging ing titiwancine piyambake
bakal madeg raja tinresnan
kang bakal kalebu ati marang kawulane
nganti salawase
Ssst Mas Yudhi sudah bisa menulis status di FB sekarang………….?
0 komentar:
Posting Komentar