Suatu malam Sophie diculik raksasa. Tadinya ia mengira akan ditelan bulat-bulat, namun ternyata raksasa itu malah melindunginya.
BFG, demikian nama raksasa, memberitahu Sophie bahwa dialah yang meramu mimpi-mimpi, lantas dengan trompet meniupkannya ke dalam kamar anak-anak yang terlelap.
Sayang ketenteraman mereka tidak bisa berlangsung lama, karena Sophie dan BFG harus memutar otak untuk membuyarkan rencana raksasa-raksasa lain yang ingin memakan anak-anak di berbagai penjuru negeri.
Ternyata, raksasa memang benar-benar ada! Mereka kerjanya memakan anak-anak di seluruh penjuru dunia saat malam hari. Ketika anak-anak tertidur lelap, para raksasa mengambil mereka dari jendela tempat tidur dan memakan mereka.
Anak-anak dari Kamboja rasanya wangi seperti bunga Kamboja. Anaka-anak dari Arab rasanya tidak enak, seperti minyak. Orang-orang Salem rasanya amis seperti ikan Salem. Orang Eskimo rasanya seperti es loli yang lezat.
Jika di malam hari mereka pergi ke seluruh penjuru dunia, maka siang harinya mereka beristirahat, mengobrol, dan mondar-mandir saja. Begitulah pekerjaan para raksasa, kecuali satu raksasa yang berbeda lain dari yang lain. Namanya Big Friendly Giant. Kerjaannya mengumpulkan mimpi. Mimpi buruk dan mimpi indah, semua ia kumpulkan dengan memanfaatkan kesensitifan telinga raksasanya. Ia dapat mendengar suara sekecil apapun, bahkan suara mimpi yang terbang melayang-layang. Di malam hari, ia akan berkunjung ke rumah-rumah dan meniupkan mimpi indah kepada anak-anak yang sedang mimpi buruk dengan menggunakan terompetnya yang panjang.
Semenjak pertemuannya dengan BFG, Sophie belajar banyak sekali dari dunia raksasa. Dirinya baru mengetahui bahwa manusia adalah binatang yang paling berbahaya.
Raksasa mungkin memakan manusia, namun raksasa tak pernah membunuh sesamanya sendiri. Hanya manusia satu-satunya binatang yang mampu membunuh sesamanya.
"Mereka menembakkan senjata dan naik pesawat untuk menjatuhkan bom ke kepala masing-masing setiap minggu. Tomat manusia selalu membunuh tomat manusia lain."
Dia benar. Tentu saja dia benar dan Sophie tahu itu. Sophie mulai berpikir apakah manusia benar-benar lebih baik daripada raksasa. "Tetap saja,"kata Sophie, membela kaumnya, "kupikir amat mengerikan jika raksasa-raksasa biadab itu pergi setiap malam untuk memakan manusia. Manusia tidak pernah menyakiti mereka."
"Itulah yang dikatakan si babi kecil setiap hari,"jawab BFG. "Dia berkata,'Aku tak pernah menyakiti tomat manusia jadi mengapa mereka memakanku?'"
"Waduh," kata Sophie.
"Tomat manusia membuat peraturan demi kenyamanan mereka sendiri," BFG meneruskan. "Tapi peraturan yang mereka buat tidak menguntungkan bagi si babi kecil. Benar atau salah?"
Terus terang saya sangat kagum dengan mba Poppy D. Chusfani yang berhasil menerjemahkan buku ini dengan sangat baik. Saya tak bisa membayangkan bagaimana pusingnya menerjemahkan kata-kata si raksasa yang "di atas normal" ini. Bayangkan, dia menyebut umat manusia saja dengan Tomat manusia. Belum dengan masih banyak sekali istilah-istilah yang penuh tantangan untuk menerjemahkannya, seperti: terjebuk, terkerantung, tergelundung, terberuk, tergeritak, terkecibruk, tergedubruk, dll. Sepanjang novel, saya tak mampu menyembunyikan senyum tiap menemukan istilah-istilah unik yang baru.
Ini adalah novel Roald Dahl yang paling saya suka sejauh ini. Moral ceritanya sangat tersampaikan, menghibur, bergenre fantasi namun masih dalam taraf wajar, tak berlebihan, bahkan Roald Dahl bersembunyi dengan nama uniknya: Dahl's Chicken, seolah-olah buku ini adalah karya si BFG sendiri. Keren!
4 sapi untuk buku ini!
Judul: The BFG (Raksasa Besar yang Baik)
Penulis: Roald Dahl
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Detail: 200 halaman,Januari 2010
ISBN: 978-979-22-5337-5
0 komentar:
Posting Komentar