[No. 246]
Judul : Aku berkicau (Saat Prosa dan kisah bercerita
Penulis : Nuzula Fildzah
Penerbit : www.nulisbuku.com
Cetakan : Oktober 2010
Tebal : 112 hlm
Aku berkicau adalah sebuah kumpulan cerpen karya penulis muda Nuzula Fildzah atau biasa dipangil dengan ‘Zula’. Saat ini ia masih menempuh pendidikan bidang Kurikulum dan Tekonolgi Pendidikan Universitas Jakarta, menulis baginya adalah salah satu hobinya yang sejak lama terus ditekuninya hingga kini. Pada tahun 2008 salah satu cerpennya berhasil dimuat di sebuah majalah remaja. Kini Zula rajin menulis di blog pribadinya (zulazula.wordpress) , selain itu ia juga menulis artikel dan cerpen di sebuah majalah elektronik (Myjalah.com).
Menerbitkan tulisan-tulisannya dalam sebuah buku adalah impian Zula, bersyukur karena akhirnya kesempatan itu datang melalui nulisbuku.com sebuah perusahaan self-publishing berbasis online pertama di Indonesia yang menawarkan jasa menerbitkan buku secara indie. Melalui acara 99 Writerrs yag digagas oleh nulisbuku.com yang mengumpulkan 99 penulis dan menerbitkan bukunya secara serentak akhirnya di awal Oktober lalu lahirlah buku perdana Zula yang diberi judul “Aku Berkicau” yang sebagian besar berasal tulisan-tulisan yang telah tersimpan rapih di blog pribadinya.
Buku ini menyuguhkan 8 buah kisah yang dihantar oleh sebuah prosa pendek sebagai penghantar masuk dalam masing-masing kisahnya. Jika hendak dicari benang merahnya, semua kicauan Zula dalam buku ini bertemakan cinta. Namun bukan hanya cinta romantis antara pria dan wanita semata, melainkan cinta dalam arti yang lebih luas lagi seperti cinta pada anak dan ayah, cinta lingkungan, cinta sejarah, dan sebagainya. Keragaman cinta inilah yang membuat kisah-kisah dalam buku ini menjadi menarik dan tidak membosankan walau kicauan Zula hanyalah kiacauan cinta.
Dari segi ide cerita dan tokoh-tokoh dalam ceritanya saya rasa Zula termasuk berani dalam menyuguhkan sesuatu yang segar. Ada dua kisah dimana tokohnya bukanlah manusia, yaitu di kisah “Pendengar Terbaikmu” dan “Ilalang dan aku” Jika kita membaca kedua kisah tersebut maka sepanjang tubuh kisah kita akan dibuat penasaran siapa sebenarnya tokoh ‘aku’ dalam dua kisah itu, awalnya mungkin kita tidak akan menyangka bahwa tokohnya bukanlah manusia, di akhir kisah barulah pembaca akan menyadari siapa sebenarnya tokoh ‘aku’ yang dimaksud.
Selain itu keberanian Zula sebagai generasi muda dalam memasukkan peristiwa proklamasi dalam kisah “Perjalanan Proklamasi Kemerdekaan” patut diacungi jempol. Hanya sayang judulnya kurang menarik karena seperti judul sebuah Essai . Secara ide kisah ini menarik karena membawa pembaca ke saat-saat pembacaan detik-detik proklmasi 1945, namun sayang penulis tampak terlalu tergesa mengakhiri kisahnya padahal kalau dieksplorasi lagi lebih jauh, cerpen ini akan semakin menarik.
Dari kedelapan kisah yang ada, yang menurut saya paling kuat kisahnya adalah “05:05”. Yaitu tentang tokoh bernama Zahra yang harus kehilangan kegadisannya karena direngut oleh mantan kekasihnya. Dilema muncul ketika seorang pria kembali hadir dalam hidupnya dan menyatakan cintanya. Kisahnya memang sudah umum namun dikisah ini penulis membingkainya dengan baik, karakter dan pergulatan batin tokoh-tokohnya tersebut tersaji dengan apik sehingga pembaca akan hanyut dalam kisahnya itu. Selain itu ending dari kisahnya juga mengagetkan, sangat tak terduga dan menggugah hati pembacanya.
Secara umum seluruh kisah dalam buku ini menarik dan mengibur pembacanya, kisah-kisahnya sederhana karena tema yang disajikan adalah cinta yang universal dan diangkat dari peristiwa-peristiwa yang bisa terjadi pada siapa saja. Namun kesederhanaan kisah dan temanya itu dikemas dan disisipi untaian kalimat-kalimat puitis sehingga pembaca akan hanyut dalam saat membaca kisah demi kisahnya.
Satu hal yang patut disayangkan dari buku ini adalah terdapatnya beberapa kesalahan ketik, tidak sampai mengganggu namun tetap saja membuat buku ini menjadi kurang sempurna. Mungkin ini karena proses editing dimana penulis sendiri yang mengeditnya. Untuk selanjutnya, walau buku ini diterbitkan secara indie, penulis sebaiknya bisa meminta jasa teman atau seorang editor professional yang bisa menjadi proofreader bagi tulisan yang akan dibukukan.
Yang juga agak mengganggu adalah munculnya kalimat bergaris sebanyak 2 halaman lebih di kisah “05.05”, sebagai visualisasi dari sebuah kertas surat karena bagian itu adalah bagian surat Zahra pada kekasihnya. Dalam sebuah tulisan umumnya sebuah surat dibedakan dengan menggunakan huruf italic, tapi disini penulis mencoba visualisasi baru dengan menggunakan garis, tapi karena garisnya tebal dan tepat berada di bawah kalimat-kalimatnya maka hal ini menjadi ganjil, mungkin sebaiknya menggunakan garis tipis atau diberi kotak di seluruh kalimat suratnya agar lebih menyerupai visualisasi sebuah surat.
Namun terlepas dari hal di atas, saya rasa semua kicauan yang ditulis oleh penulisnya ini patut mendapat apresiasi yang positif dari pembacanya. Walau ini adalah buku pertamanya, dari semua kisah yang tersaji di buku ini saya rasa penulisnya memiliki modal dan potensi besar untuk menjadi penulis yang baik asalkan ia terus konsisten dan mengembangkan kreatifitasnya dalam berkarya.
Pada kesempatan ini saya juga memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada www.nulisbuku.com sebagai penerbit self publishing yang memberikan kesempatan selebar-lebarnya kepada banyak penulis-penulis baru untuk berani menerbitkan karya-karyanya. Jika ini terus berlanjut saya optmis dunia literer kita akan semakin berkembang dan bisa berbicara banyak dalam kancah sastra dunia.
Semoga!
@htanzil
Buku Aku Berkicau - ulasan
Katagori :
buku,
buku bagus,
resensi buku,
sinopsis buku,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar