Judul : Ompung Odong-Odong (Membingkai Kenangan Merangkai Makna)
Penulis : Mula Harahap
Editor : Ang Tek Khun
Pengantar : Jansen Sinamo
Catatan Penutup : Hernadi Tanzil
Bagi orang yang berkecimpung di dunia buku nama Mula Harahap tentunya sudah tidak asing lagi. Bagi orang yang berkecimpung di dunia buku nama Mula Harahap tentunya sudah tidak asing lagi. Di kalangan perbukuan Indonesia, beliau sangat dihormati karena kecerdasan gagasan-gagsannya.
Bang Mula, begitu teman-temannya memanggilnya berkiprah di dunia buku hampir seumur hidupnya, sejak ia mulai mencoba menulis di majalah Kuncung, menjadi pengurus teras IKAPI DKI Jakarta dan IKPAI pusat untuk beberapa periode, ketua panitia Pesta buku untuk beberapa tahun , pengurus Yayasan Adi Karya yg memberikan penghargaan kepada buku-buku bermutu, menjadi konsultan perbukuan di DIKNAS, dan aktivitas lainnya di dunia perbukuan, terakhir beliau menjabat sebagai direktur Tangga Pustaka yang didirikannya. Selain berkiprah di dunia buku, Bang Mula juga aktif di organisasi sosial keagamaan.
Karenanya ketika hari Kamis pagi (16/9/2010) yang lalu ketika secara mendadak Bang Mula dipanggil oleh Tuhan maka dunia perbukuan Indonesia berduka karena kehilangan seseorang pejuang buku, yang mampu berpikir kritis untuk kemajuan dunia buku tanah air. Paska perginya Bang Mula teman-teman sejawatnya langsung berencana sebuah gelaran saat pembukaan Indonesia Book Fair (2 /10/2010) dengan mengadakan event Tribute to Mula Harahap sekaligus launching buku yang berisi tulisan-tulisan Bang Mula di blognya yang diterbitkan oleh Gradien.
Karena materi tulisan sudah tersedia maka tampaknya penerbit bergerak cepat untuk menerbitkan buku ini, dan berhasil memilih lebih dari 70 tulisan Bang Mula yang dibagi ke dalam empat bagian utama : Membingkai kenangan, Ompung Odoing-odong, Gaptek Man, dan Merangkai Makna.
Membaca tulisan-tulisan Bang Mula adalah membaca kehidupannya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Seluruh tulisannya diangkat dari kesehariannya. Tak ada kisah-kisah heroik ataupun kisah bombastis, semuanya tersaji apa adanya sehingga tulisan-tulisannya terasa sangat dekat dengan pembacanya. Tidak ada kesan menggurui atau memaksakan agar pembacanya mengambil pelajaran moral dari tulisannya. Tidak karena tampaknya Bang Mula hanya bertutur mengenai apa yang ‘dibaca’nya dari kesehariannya. Ia hanya membaca dan menulis, dan pembaca dipersilahkan menyimpulkan sendiri apa yang telah ditulisnya.
Ada berbagai macam kisah yang ditulisnya, mulai dari masa lalunya, anak-anaknya, adat batak, keluarga, kegaptekannya soal teknologi, kegemarannya ber Facebook, cucunya, soal kepecayaannya, hingga soal buku generasi baru dengan perangkat e-reader, semua tertuang apa adanya dengan sederhana dan tanpa perenungan-perenungan yang membuat kening pembacanya berkerut.
Dalam tulisan-tulisannya kita akan melihat sosok Bang Mula apa adanya baik sebagai seorang anak kecil yang polos, seorang bapak, seorang Ompung, hingga pimpinan sebuah penerbitan. Semua ditulisnya dengan jujur. Bang Mula yang namanya dikenal di dunia buku sebagai pegiat dan praktisi perbukuan yang disegani tak ragu untuk menelanjangi dirinya apa adanya. Bahkan ketika kasus video mirip artis menyeruak ia menulis dengan sangat jujur bagaimana ia yang pada awalnya menolak untuk menontonnya akhirnya toh menontonnya. Sungguh sebuah pengakuan yang jujur dan apa adanya.
Selain jujur dan apa adanya, melalui tulisan-tulisannya kita akan melihat sosok Bang Mula sebagai sosok yang tegas, punya prinsip, dan mampu menggali sesuatu dari hal yang paling remeh temah sekalipun sehingga menjadi sebuah tulisan yang menarik untuk dibaca.
Banyak dari tulisan-tulisan dalam bukunya ini Bang Mula memposisikan diri sebagai Ompung (Kakek), karena alasan inilah rupanya penerbit memberikan judul untuk buku ini dengan “Ompung Odong-Odong” Selain karena itu adalah salah satu judul dalam tulisan beliau yang ada dalam buku ini. Ompung Oddong-odong memang bukan tulisan terbaiknya yang ada di buku ini, namun rupanya penerbit menangkap semburat kebahagiaan yang dinikmati Bang Mula saat ia menjadi seorang Ompung dengan satu orang cucu yang memang sangat terasa sekali dalam sebagian besar tulisan-tulisannya.
Sebagai buku kumpulan tulisan yang memuat tulisan-tulisan bernas Bang Mula saya rasa buku ini bisa mewakili semua hal yang telah diungkap Bang Mula di blognya. Tulisan-tulisan yang dipilih termasuk yang terbaik dari ratusan tulisan di blognya. Sayangnya penerbit tak mencantumkan tanggal kapan tulisan itu pernah diposting di blognya. Saya rasa itu perlu karena dengan demikian pembaca dapat menautkan antara isi tulisan dengan waktu tulisan itu dibuat sehingga ketika buku ini dibaca di masa-masa yang akan datang, pembaca akan mengetahui bahwa peristiwa yang disinggung di tulisan-tulisan itu terjadi pada era tahun sekian, bulan sekian, dsb.
Namun terlepas dari hal diatas, seperti sub judul buku ini, maka semua tulisan dalam buku ini akan menjadi sebuah bingkai kenangan akan seorang Mula Harahap dalam memaknai setiap kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya .
@htanzil
0 komentar:
Posting Komentar