The Professor and The Madman: Sebuah Dongeng tentang Pembunuhan, Kegilaan, dan Pembuatan Oxford English Dictionary by Simon Winchester
My rating: 4 of 5 stars
Paperback, 342 pages
Published 2006 by Serambi (first published 1998)
ISBN 9791112533
Saya sampai lupa dimana buku ini dibeli, sempat mengintip review dari teman GRI, saya baca reviewnya Pak Tanzil, dan memutuskan membaca buku ini. Saya salah. Tadinya saya mengira buku ini adalah novel, ternyata buku ini adalah semacam "pengantar" pada suatu kisah besar penciptaan kamus yang dianggap termashyur abad ini, yaitu The Oxford English Dictionary (OED).
Ditulis oleh Simon Winchester, Ia lahir di London Utara pada 28 September 1944, terlahir sebagai anak tunggal Bernard and Andrée Winchester (née deWael). Ia adalah seorang jurnalis yang juga alumni dari Oxford University dari jurusan Geologi. Selepas dari Oxford, ia bekerja di perusahaan pertambangan Kanada, Falconbridge dan bertugas sebagai geologist lapangan di pertambangan Uganda, Afrika. Selanjutnya ia menjadi junior reporter di The Journal. Kegemarannya traveling dan profesi sebagai jurnalis membawanya pada tempat-tempat menarik di dunia. Dari situs Wikipedia diketahui, bahwa selama kurun waktu 1980 hingga 1990 an ia menulis beberapa buku travel di Asia Pasifik.
Buku kecil ini memceritakan secara singkat apa dan bagaimana Kamus yang tersohor di seluruh dunia, The Oxford English Dictionary ada. Sejarah penulisan kamus ini terbilang sangat panjang. Revolusi industri yang ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt, tampaknya berpengaruh pada suatu bentuk identitas Inggris sebagai muara ilmu pengetahuan, termasuk diantaranya di bidang linguistik. Pada awal abad 19, hanya Inggris yang di negara Eropa yang belum memiliki kamus bahasa. Negara Eropa lain seperti Jerman, Italia, Perancis, sudah lebih dulu "mengawetkan" bahasa mereka, bahkan sampai mendirikan institusi untuk mengontrol integritas bahasa (Hlm 133).
Mungkin hampir mirip dengan yang kita kenal sekarang semacam standar operasi atau standar profesi. Kebutuhan kamus tersebut muncul karena pada masa akhir abad 17, penulis menulis tanpa panduan sama sekali. Penulis sekaliber Shakespeare pun tidak punya argumentasi logis mengapa ia menggunakan kata "In the south suburbs at the Elephant/Is best to lodge" (Hlm 124) pada karya Twelfth Night.
Singkatnya, tidak ada panduan yang tercetak mengenai bahasa, tidak ada vade mecum linguistik, tidak ada satu buku pun yang bisa dijadikan referensi oleh Shakespeare atau Martin Frobisher, Francis Drake, Walter Raleigh, Francis Bacon, Edmund Spencer, Christopher Marlowe, Thomas Nash, John Donne, Ben Johnson, Izaak Walton, atau siapapun pada masa itu (Hlm 123).
Namun, bukan berarti tidak ada kamus pada zaman itu. Jika ada kata yang digunakan oleh sastrawan di atas, belum ada kamus yang bisa pada tahap menetapkan, mendefinisikan, dan memapankan penggunaan kata tersebut. Ada berbagai buku yang berfungsi kurang lebih sebagai kamus, antara lain Dictionarius pada tahun 1225. Di tahun 1538, kamus Latin-Inggris disusun oleh Tomas Elyot, A Shorte Dictionaire for Yonge Beginners disusun oleh Withal, A Table Alphabeticall ... of hard unusual English Words, disusun oleh Robert Cawdrey. Definisi yang diberikan buku tersebut kurang memuaskan, beberapa kamus menyadurkan satu kata sinonim atau sinonim yang kurang memberikan penjelasan yang memadai (Hlm 131).
Samuel Johnson (September 1709 December 1784)) menerbitkan A Dictionary of the English pada Tahun 1746, yang dianggap sudah berhasil memotret bahasa Inggris dengan segala kemegahan, keindahan, dan kerumitannya. Kamus ini cukup terkenal di Inggris hingga ke Amerika. Inilah karya yang menjadi titik tolak bagi sejarah bahasa Inggris untuk menerbitkan suatu standar bahasa nasional Inggris. Para pakar bahasa menyatakan pentingnya bahasa harus diberi martabat dan penghormatan yang setara dengan standar lain. Pada masa itu, di dunia sains para ilmuwan sedang bertanya, seberapa panas air mendidih? Para musisi sedang mendefinisikan bagaimana standar C mayor atau C minor. Selain itu, Pemerintah Inggris membentuk suatu badan yang bertugas membuat garis bujur untuk kepentingan pelayaran dan perdagangan. Badan itu dinamakan The Board of Longitude yang lebih populer dengan nama The Commissioners for the Discovery of the Longitude at Sea (1714-1828). Para tokoh sastra menganggap, jika garis bujur saja pemerintah begitu berkepentingan, pendefinisian warna, panjang, massa itu vital, mengapa bahasa nasional tidak diberi tempat yang sama?
Berbagai perdebatan muncul. Ada yang mengkritik, tetapi ada yang berinisiatif bekerja keras mulai menyusun mimpi itu. Johnson membentuk tim untuk mulai bekerja mengumpulkan kata demi kata dari seluruh karya sastra yang bertitik tolak pada terbitan tahun 1586 karena dianggap sastrawan pertama yang terbaik pada saat itu, Sir Philip Sidney meninggal pada 1586. Metodologi yang digunakan oleh Johnson adalah sebagai berikut: Membaca buku-buku, menggarisbawahi serta melingkari kata-kata, membubuhi kata-kata dengan catatan, dan menyuruh pembantunya untuk menyalin di atas slip kertas kalimat lengkap berisi kata yang diseleksi (Hlm 145).
Siapa yang disebut The Professor?
The Professor adalah James Murray (7 February 1837 – 26 July 1915). Ia adalah seorang Scottish lexicographer and philologist. Pada usia 17 tahun sudah mengajar bahasa Inggris di Hawick Grammar School dan tiga tahun kemudian menjadi kepala sekolah di sana. Dalam usia 32 tahun di 1869, ia menjadi anggota Philological Society, suatu organisasi yang beranggotakan ahli bahasa (filologist). James Murray melanjutkan proyek pembuatan kamus yang sudah digagas oleh Richard Chevenix Trench. Idenya adalah merekrut ratusan ribu amatir yang semuanya bekerja sebagai voluntir, yang bekerja mencatat setiap kata dari sumber manapun untuk diseleksi oleh tim editor yang sudah ditentukan. Trench berfilosofi bahwa setiap kamus besar yang baru harus merupakan produk demokrasi, buku yang memperlihatkan unggulnya kebebasan individu, pengertian bahwa seseorang dapat memakai kata-kata secara merdeka, tanpa ditundukkan aturan leksikal yang kaku (Hlm 159). Berikut ini gambar Murray di Scriptorium di Banbury Road, tahun 1880-an. Perhatikan banyak sekali kertas-kertas yang ada dilemari.
Sebelum James Murray sudah ada nama-nama seperti Frederick Furnivalll dan Herbert Coleridge. James Murray ditunjuk oleh Furnivall untuk menjadi kepala editor. Ia membuat tempat yang bisa menampung ribuan slip kertas dari voluntir, untuk diklasifikasikan dan diseleksi. Selanjutnya hasil seleksi tersebut dibuat secara alfabet dan ditawarkan ke penerbit, antara lain ke Macmillan dan Oxford. Oxford saat itu dinilai pelit, sok intelek, dan sering merendahkan orang (Hlm 165). Bagaimana bisa sampai ke Oxford, silahkan dibaca lebih lanjut pada bagian "Konsep Kamus Besar".
Lalu Siapa yang disebut The Mad Man?
Tokoh inilah yang "sengaja" diangkat oleh Simon Winchester, karena namanya tenggelam oleh nama besar Sang Founding Father. Yang dimaksud adalah seorang leksigrafer amatir yang terpelajar namun mengalami gangguan jiwa. Ia bernama Dokter (Purnawirawan) Kapt. US Army, William Chester Minor (Juni 1834 - 26 Maret 1920). Penelusuran pada tokoh ini sangat mengejutkan, ia adalah seorang ahli bedah tentara Amerika yang banyak memberikan kontribusi ilmiah ke OED, sementara ia ada di rumah sakit jiwa. Inilah foto beliau, yang bersumber dari Wikipedia, sama dengan foto yang ada di cover buku.
Mengapa ia menderita sakit jiwa, itu dipaparkan oleh Winchester di bagian "Sarjana di Blok Muda." Secara ringkas, Minor adalah seorang anak dari keluarga misionaris, belajar kedokteran di Yale university, dan selanjutnya masuk US Army. Pengalaman buruk ketika bertugas di Wilderness, ia membubuhkan cap dari besi panas pada seorang serdadu Irlandia yang diduga desersi. Ia begitu frustasi bila mengingat hal itu, dan itu mempengaruhi kejiwaannya. Ia keluar dari ketentaraan dan memilih pergi ke Inggris, ke tempat nenek moyangnya. Suatu saat ia membunuh George Merret, seorang buruh di Inggris, karena Minor merasa terancam ketika melihat Merret. Artikel Simon Winchester mengenai William Minor dapat dilihat disini
Hukumanpun dijatuhkan, namun berhubung Minor mengidap penyakit kejiwaan-yang saat itu belum dapat diidentifikasi-, ia mendekam di rumah sakit jiwa (asylum) di Broadmoor. Namun, ada kalanya ia bersikap santun dan waras. Berhubung ia adalah pensiunan tentara Amerika, ia mempunya uang yang cukup untuk membangun perpustakaan pribadi di kamar di Rumah Sakit Jiwa tersebut. Suatu hari ia menerima selebaran yang meminta kesediaan sebagai voluntir OED. Ia menyambut baik, koleksi bukunya sangat banyak dan sangat beragam. Ia menjadi kontributor yang paling setia dan kata-kata yang dikirimkannya selalu lolos dari editor.
James Murray merasa perlu bertemu langsung dengan kontributornya itu. Sebab selama ini hanya surat dan goresan pena yang diterimanya dari Minor. Ada suatu kisah pertemuan mereka yang (masihkah?) menjadi mitos, ditulis pada awal buku ini.
Hasilnya bisa dilihat sekarang, ternyata Kamus yang legendaris sepanjang masa itu dibuat oleh kumpulan orang-orang yang rela dan gigih, terlebih mencintai pekerjaannya. Dan untuk itu, kerja keras mereka dapat dinikmati oleh pengguna ilmu pengetahuan bahasa hingga kini.
Penutup
Seperti yang ditulis oleh Simon Winchester pada kata pengantarnya, bahwa ia tertarik menulis buku ini, karena ia membaca buku karangan Elizabeth Murray, Caught in the Web of Words. Mungkin karena ia seorang jurnalis, ia akan menghubungkan tokoh dan peristiwa, seperti halnya buku di atas, bahwa James Murray adalah Founding Father-nya OED.
Buku ini sangat bagus, terutama penyajiannya yang ringan khas reportase jurnalis modern. Dari kisah ini ada nilai-nilai yang bisa dijadikan pelajaran,
1. Minor menebus rasa bersalahnya karena membunuh George Meret dengan menyantuni jandanya. Apa dampaknya? Nilai meminta maaf dan mengampuni memiliki dampak besar. Mrs. Merret mengunjungi Minor secara teratur di Broadmoor, dan juga membawakan Minor buku-buku dari pedagang antik di London. Bisa dikatakan, Mrs. Herret turut berandil dalam penyusunan kamus Oxford.
2. Keadaan ironis, dimana karya besar dilahirkan dari tempat yang tidak kondusif, yakni rumah sakit jiwa. Penyakit jiwa yang dialami Minor, tentunya dulu tidak ditangani dengan ilmu psikiatri modern. Bila ia dirawat dengan benar, niscaya ia tidak akan menghasilkan sumbangan bermutu terhadap kamus Oxford. Dalam sudut pandang tertentu, Minor menggarap kamus tersebut sebagai terapi atas penyakit jiwa yang dideritanya. Ini menunjukkan suatu perjuangan Minor yang tidak menyerah pada keadaan yang paling sulit sekalipun untuk tetap berkarya,
Terjemahannya juga relatif bagus, namun ada juga beberapa kalimat yang kurang enak dibaca, dan karena itu saya kurangi bintangnya satu.
regulasi Kanto Pos (hlm 201)
Pada akhir buku, Simon menambahkan beberapa buku lain yang menjadi rujukan:
- Chasing the sun: dictionary makes and the dictionaries they made oleh Jonhattan Green
- MURRAY, K. M. ELISABETH: Caught In The Web Of Words: James Murray And - The Oxford English Dictionary. Yale University Press. New Haven and London: 1978.
- Empire of Words_The Reign of the OED oleh John Willinsky
- The Battle of Wilderness oleh Gordon C Rhea
- The American Heritage of the Civil War oleh Brice Catton dan James M. Macpherson.
- London: A Social History oleh Roy Porter
Buku yang berkaitan dengan kejiwaan:
Origin of Mental Illness oleh Gordon Claridge
Master of Bedlam oleh Andrew Scull
Bagi saya, buku Winchester ini adalah pengantar yang menggoda.
@HWS01092010
Buku The Professor and The Madman - ulasan
Katagori :
buku,
buku bagus,
resensi buku,
Sejarah,
sinopsis buku,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar