Oyako No Hanashi
Berbincang tentang tingkah polah anak-anak memang tidak akan pernah ada habisnya. Kepolosan serta kebeningan hati dan pikiran mereka jika diperhatikan kerap menyimpan pembelajaran dan perenungan. Imajinasi mereka pun seringkali di luar daya nalar para orangtua dan memancing kelucuan.
Sekali waktu saya pernah membaca sebuah status facebook yang isinya kurang lebih, tentang anaknya yang ingin menjadi tembok, sehingga membuat si bocah itu sering berdiri diam menempel pada tembok. Saya yang hanya membaca statusnya saja tertawa, apalagi orangtuanya. Namun tak dipungkiri, sebagian orangtua mungkin malah menanggapi dengan cemas ketika anaknya tiba-tiba ingin menjadi tembok.
Bagaimana jika anak Anda mengimajinasikan seorang adik, padahal tidak ada tanda-tanda kehamilan dalam diri Anda (atau istri) ? Syafiq, putra sulung Mbak Aan, terobsesi memiliki adik , hingga hampir semua pembicaraannya tidak lepas dari sosok imajiner si adik. Seperti ketika si ibu mengajak Syafiq membeli jaket, ternyata dia juga menginginkan si ibu membelikan sehelai untuk adik imajinernya. Kewalahan? Sudah pasti.
‘Praktikum, Perawan atau Gak?‘ Judulnya sempat membuat saya agak ketar-ketir membacanya, tapi begitu terjun ke dalam ceritanya. Oalaaaah, komentar itu yang muncul dari mulut. Ternyata isinya tentang kesalahan Syafiq dalam melakukan pelafalan. Pelajaran berharga yang saya serap dari cerita ini adalah dibutuhkan ketenangan orangtua dalam menanggapi pernyataan atau pertanyaan anak. Di usia yang masih belia kesalahan dalam melakukan pelafalan atau penyampaian sesuatu sering terjadi. Bahkan tak jarang anak tidak tahu apa yang diucapkannya, dia melakukannya hanya karena ikut-ikutan, sehingga kesalahpahaman dapat terjadi di antara orangtua dan anak.
Banyak hal yang dapat orangtua pelajari atau contoh dari sikap anak-anak, seperti rasa ingin tahu yang besar dan kekritisan mereka dalam melihat atau mendengar sesuatu. Cerita tentang ”Shofie dan Tripod” dan ”Nasi Goreng Sisa”, adalah salah dua kejadian yang masing-masing mengandung semangat belajar dan teguran bagi para orangtua. Dan buku ini menyuguhkan banyak petikan-etikan kehidupan penulis yang sekiranya dapat dijadikan wacana atau sekadar berbagi pengalaman ketika bersama suami, Syafiq dan Shofie.
Gaya penyampaiannya yang berbentuk diary membuat kejadian-kejadian lucu dalam rumah tangga si penulis terasa natural. Tidak dijumpai analisa teoritis atau kekakuan dalam setiap rangkaian kalimat yang dituturkan oleh penulis . Dengan demikian pembaca bebas untuk menarik kesimpulan dari setiap kejadian yang disampaikan dalam buku ini.
Semua orangtua mengharapkan anaknya tumbuh cerdas, bahkan melebihi ayah-ibu mereka. Tetapi siapkah para orangtua menjawab aneka pertanyaan atau komentar anak yang kritis?..... [Endorsement Rini Nurul Badariah]
Siapkah orangtua menghadapi buah hatinya? Akan terjawab ketika kita berhadapan langsung dengan kepala-kepala cilik yang penuh dengan keunikan tersebut.
Judul : Oyako No Hanashi
Penulis : Aan Wulandari
Penerbit : Leutika
Terbit : Juli 2010
Tebal : 168 halaman
Katagori :
artikel resensi,
buku,
buku bagus,
buku resensi,
keluarga,
non fiksi,
parenting,
pinjam,
resensi buku,
review,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar