Jilbab Traveler
Setiap kali membaca pengalaman seseorang pergi ke luar negeri pasti muncul rasa ingin mengikuti jejaknya. Bagaimana tidak, jika para pencerita memaparkan keunikan negara singgahannya, atau tentang gedung, taman, dan tempat-tempat yang menyimpan sejarah dengan keindahannya yang memesona mata, atau keramahan dan kekhasan logat bahasa para penduduknya yang terkadang membuat telinga sulit mencerna kalimat. Sayangnya, sampai saat ini kaki saya belum juga terseret ke negeri-negeri asing --“
Salah satu buku yang ikut menyemarakkan ‘panen’ traveling books adalah Jilbab Traveler yang diprakarsai oleh Asma Nadia. Sejauh ini banyak buku traveling yang lumayan yang beredar, dari yang berbentuk tulisan diary sampai yang ditulis dengan formal, dari yang isinya hanya bercerita tentang jalan-jalan sampai yang memuat tips mengurus surat dan segala keperluan di luar negeri. Sangat beragam. Sedangkan yang menarik dari buku berjudul Jilbab Traveler ini adalah mengangkat pengalaman jalan-jalan para muslimah [baca: jilbaber].
Asma Nadia yang sering memprakarsai terbitnya antologi, bahkan bisa dibilang ‘generasi pertama’nya, cukup mumpuni dalam menjejerkan kisah-kisah dari beragam penulis yang menarik untuk dibaca. Lihat saja, bagaimana seri La Tahzannya cukup diminati oleh pasar, padahal beberapa diantaranya merupakan cetak ulang dari buku antologi yang sudah beredar.
Kali ini Jilbab Traveler, yang juga merupakan buku antologi, berhasil dikemas menarik dengan pilihan font dan ilustrasi-ilustrasi lucu yang tidak jauh berbeda dengan buku antologi sebelumnya. Isinya sendiri pastinya berkisar tentang pengalaman penulis-penulisnya saat berada di luar negeri. Karena judulnya membuat kata Jilbab, sudah pasti para penulisnya adalah para muslimah berjilbab.
Seperti yang diketahui, masalah diskriminasi beberapa negara terhadap Islam masih sering menghantui kepala saat ingin melangkahkan kaki ke negeri asing. Terutama jika ingin singgah ke negara-negara yang menganut liberalisme atau sekularisme. Jilbab sendiri adalah ‘simbol’ keislaman yang sulit untuk ditutupi. Letaknya yang berada di posisi mahkota sangat mungkin tertangkap mata oleh siapapun yang berada di sekitarnya.
Ternyata segala ketakutan tersebut tertepis dengan berbagai kisah perjalanan yang tersaji dalam buku setebal 326 halaman ini. Terdapat 17 cerita pengalaman dari 10 jilbaber saat mereka hijrah ke luar negeri. Tidak hanya bercerita pengalaman di negeri berideologi Islam, tetapi negara Eropa dan Amerika tak luput menjadi sasaran ‘tembak’ beberapa penulis. Kisahnya sangat beragam, tapi ada dua hal utama yang selalu dibahas dalam setiap cerita, yaitu masalah sholat dan makanan halal. Yah wajarlah, karena dua hal itulah yang kerap menjadi kegundahan para muslim-muslimah terutama ketika berada di negeri yang Islamnya masih minoritas.
Banyak sekali manfaat, kesenangan, keseruan, dan tak lupa kelucuan yang dipapar dengan gaya yang berbeda-beda dalam kisah-kisah dalam Jilbab Traveler. Seperti keseruan pengalaman menaiki taxi legal di Karibia yang berujung dengan perkelahian antar sopir taxi; atau kesialan mendapat kamar hotel di Belanda yang lebih tepat disebut kandang ayam. Ada juga informasi pasar di Iran yang penjualnya ramah, dan yang penjualnya ketus. Tak luput bumbu misteri yang terkisah dari pengalaman Asma Nadia ketika bertandang ke Tembok China. Selain bisa melihat dan menikmati udara luar negeri, keuntungan traveling adalah didapatkannya teman dan sahabat baru.
Dari sekian banyak negara yang diceritakan, setiap kisah diakhiri dengan ‘Secuil Kamus Survive’ yang berisikan kalimat/ kata yang umum digunakan dari negara tersebut. Terselip juga tips mempersiapkan traveling hingga tips ketika berada di lokasi. Hanya saja, foto yang ditampilkan dirasa sangat kurang mengingat banyak sekali tempat-tempat menarik yang disampaikan dalam buku ini.
Judul : Jilbab Traveler
Penulis : Asma Nadia, dkk
Editor: Khairudin Endy, TheNita
Layout: Novi Khansa
Penerbit : Asma Nadia Publishing House
Terbit: Cetakan Pertama, Februari 2009
Tebal : 326 halaman
Katagori :
artikel resensi,
buku,
buku bagus,
buku resensi,
cerita dunia,
jalan-jalan,
non fiksi,
perempuan,
resensi buku,
review,
segala umur,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar