Buku ini bukan tentang William Shakespeare, sang pujangga dunia itu. Shakespeare di sini adalah nama sebuah kota kecil nan tenang di Arkansas, Amerika. Shakespeare menjadi kota pilihan Lily Bard untuk menjadi tempat tinggalnya selama empat tahun terakhir. Lily adalah seorang wanita muda pembersih rumah, atau orang yang dibayar warga kota Shakespeare untuk melakukan pekerjaan membersihkan rumah mereka. Meski kubayangkan wajah Lily lumayan manis, namun gaya tomboy dengan rambut berpotongan pendek, jins longgar dan kaos, kesukaannya berlatih karate, serta pekerjaannya yang tidak menarik, membuatnya kurang menonjol di Shakespeare. Apalagi Lily jarang sekali bersosialisasi dengan warga, meski ia tahu sangat banyak tentang detail pribadi mereka, berkat pekerjaannya sebagai pembersih rumah. Ketertutupan Lily itu bukanlah tanpa sebab, ia memang sengaja membuatnya begitu, dan selama empat tahun ia berhasil mempertahankan irama hidup yang membosankan namun menenangkan itu. Hingga malam itu....
Malam ketika Lily memutuskan ingin berjalan-jalan dalam sepi, saat seisi kota telah mulai terlelap. Atau begitu sangkanya pada mulanya. Karena ternyata ada orang lain juga yang belum naik ke tempat tidur malam itu. Lily memperhatikan dalam gelap ketika orang misterius itu mendorong sesuatu menggunakan gerobak sampahnya (gerobak sampah Lily maksudnya!). Orang itu mendorong gerobak hingga ke sudut gelap di taman, lalu kembali lagi dengan gerobak kosong. Merasa curiga, Lily memeriksa 'bungkusan misterius' itu, dan mendapatinya berisi mayat seseorang yang ia kenal!
Hingga tiba di bagian ini, Charlaine Harris--penulis buku ini, juga menyisipkan beberapa 'clue' yang mengindikasikan adanya sebuah masa lalu yang tersembunyi pada diri Lily, yang ingin ia kubur agar tak menghantuinya lagi. Masa lalu itu jugalah yang membuat Lily enggan melaporkan peristiwa pembunuhan itu langsung pada polisi, dan hanya membuat panggilan telepon anonim tengah malam saja pada Kepala Polisi: Claude Friedrich. Dengan begitu, Lily sudah merasa aman bahwa masa lalunya tak akan terkuak, yang akan terjadi jika ia terekspos sebagai penemu mayat, namun sekaligus ia juga memuaskan tanggung jawab moralnya sebagai penemu tindak kejahatan. Setelah malam itu berlalu, ia ingin kembali menjadi Lily sang pembersih rumah dengan rutinitasnya yang membosankan dalam denyut kehidupan kota kecil Shakespeare. Oh, betapa salahnya ia....
Setelah itu cerita bergulir dalam tempo sedang, meski kadang diselipi kejadian-kejadian yang lumayan seru seperti ketika Lily diserang dan harus memamerkan jurus karatenya. Namun sebagian besar kisah ini menceritakan dengan detail keseharian Lily yang hidup sendirian di sebuah rumah kecil. Bagaimana ia berlatih karate (yang dengan cerdiknya dihidangkan juga menjadi bagian pembuka buku ini oleh Charlaine Harris), bagaimana ia bersiap-siap untuk berangkat bekerja, bagaimana ia bekerja dengan semangat dan dalam profesionalitas tinggi, meski pekerjaannya sesederhana: mengepel, mengelap perabot, membersihkan kamar mandi dll. Alih-alih membosankan, bagian ini justru menjadi urat nadi keseluruhan cerita yang membuatnya unik, menarik, lain dari kisah misteri lainnya. Siapa bilang pekerjaan pembersih rumah itu membosankan?....
Kita seolah membaca diary atau blog seseorang yang menceritakan kesibukannya dari bangun tidur hingga tidur malam. Apa yang ia masak, caranya melakukan pekerjaan bersih-bersih, jadwalnya setiap hari: jam sekian untuk rumah siapa, latihan karatenya, latihan angkat bebannya, kebiasaan tetangganya, dan sebagainya, hingga ehm...kehidupan cintanya. Kadang kala, hal-hal rutin yang membosankan bagi seseorang, justru menarik bagi orang lain, kan? Apalagi bila budaya dan kebiasaan mereka berbeda dengan kita. Begitu asyiknya aku menikmati membaca keseharian Lily ini, hingga ketika halaman yang belum terbaca telah semakin menipis, aku merasa sedih, karena aku pasti merindukan membaca lebih banyak lagi tentang Lily Bard dan kota Shakespeare. Sepertinya, malah kehidupan Lily Bard ini yang paling menarik bagiku, lebih daripada menemukan misteri pembunuh salah satu warga kota itu....
Sosok Lily Bard sendiri memang karakter yang menarik, pemberani dan lugas. Sejarah kelamnya (yang akan terungkap juga di pertengahan buku ini) membantunya membangun sosoknya saat ini. Yang menggembirakan, Charlaine Harris membuat kisah Lily Bard dan kota Shakespeare ini sebagai serial, yang diberi judul: The Lily Bard Mystery, dan hingga saat ini telah terbit 5 serial. Shakespeare's Landlord ini merupakan yang pertama dari kelima serial tersebut. Semoga Penerbit Kantera, yang menerbitkan versi terjemahan buku ini segera menerbitkan seri ke 2 dan seterusnya. Karena, terus terang saja, aku sudah terlanjur jatuh cinta pada Lily Bard dan kawan-kawannya di kota Shakespeare.
Shakespeare's Landlord adalah sebuah kisah misteri, namun menurutku Charlanie Harris telah memberi sentuhan warna baru pada genre "kisah misteri". Bukannya memasang seorang detektif atau jagoan untuk mengupas misterinya, namun justru menampilkan sosok yang sering kita anggap tak berarti: petugas pembersih rumah. Kalau dipikir-pikir, para pembersih rumah ini adalah orang-orang yang paling mengenal kita dan keluarga kita, lho. Lihat saja cara Lily Bard menemukan kunci misteri pembunuhnya, bukan dengan penyelidikan ala polisi, namun justru dari pengalamannya sehari-hari di berbagai rumah warga Shakespeare. Ah...aku jadi tak sabar menantikan seri selanjutnya terbit. Jangan lama-lama ya, Kantera...!!
Judul : The Lily Bard Mystery #1: Shakespeare's Landlord
Pengarang: Charlaine Harris
Penerbit: Penerbit Kantera
Cetakan: Desember 2010
Tebal: 288 hlm
Malam ketika Lily memutuskan ingin berjalan-jalan dalam sepi, saat seisi kota telah mulai terlelap. Atau begitu sangkanya pada mulanya. Karena ternyata ada orang lain juga yang belum naik ke tempat tidur malam itu. Lily memperhatikan dalam gelap ketika orang misterius itu mendorong sesuatu menggunakan gerobak sampahnya (gerobak sampah Lily maksudnya!). Orang itu mendorong gerobak hingga ke sudut gelap di taman, lalu kembali lagi dengan gerobak kosong. Merasa curiga, Lily memeriksa 'bungkusan misterius' itu, dan mendapatinya berisi mayat seseorang yang ia kenal!
Hingga tiba di bagian ini, Charlaine Harris--penulis buku ini, juga menyisipkan beberapa 'clue' yang mengindikasikan adanya sebuah masa lalu yang tersembunyi pada diri Lily, yang ingin ia kubur agar tak menghantuinya lagi. Masa lalu itu jugalah yang membuat Lily enggan melaporkan peristiwa pembunuhan itu langsung pada polisi, dan hanya membuat panggilan telepon anonim tengah malam saja pada Kepala Polisi: Claude Friedrich. Dengan begitu, Lily sudah merasa aman bahwa masa lalunya tak akan terkuak, yang akan terjadi jika ia terekspos sebagai penemu mayat, namun sekaligus ia juga memuaskan tanggung jawab moralnya sebagai penemu tindak kejahatan. Setelah malam itu berlalu, ia ingin kembali menjadi Lily sang pembersih rumah dengan rutinitasnya yang membosankan dalam denyut kehidupan kota kecil Shakespeare. Oh, betapa salahnya ia....
Setelah itu cerita bergulir dalam tempo sedang, meski kadang diselipi kejadian-kejadian yang lumayan seru seperti ketika Lily diserang dan harus memamerkan jurus karatenya. Namun sebagian besar kisah ini menceritakan dengan detail keseharian Lily yang hidup sendirian di sebuah rumah kecil. Bagaimana ia berlatih karate (yang dengan cerdiknya dihidangkan juga menjadi bagian pembuka buku ini oleh Charlaine Harris), bagaimana ia bersiap-siap untuk berangkat bekerja, bagaimana ia bekerja dengan semangat dan dalam profesionalitas tinggi, meski pekerjaannya sesederhana: mengepel, mengelap perabot, membersihkan kamar mandi dll. Alih-alih membosankan, bagian ini justru menjadi urat nadi keseluruhan cerita yang membuatnya unik, menarik, lain dari kisah misteri lainnya. Siapa bilang pekerjaan pembersih rumah itu membosankan?....
Kita seolah membaca diary atau blog seseorang yang menceritakan kesibukannya dari bangun tidur hingga tidur malam. Apa yang ia masak, caranya melakukan pekerjaan bersih-bersih, jadwalnya setiap hari: jam sekian untuk rumah siapa, latihan karatenya, latihan angkat bebannya, kebiasaan tetangganya, dan sebagainya, hingga ehm...kehidupan cintanya. Kadang kala, hal-hal rutin yang membosankan bagi seseorang, justru menarik bagi orang lain, kan? Apalagi bila budaya dan kebiasaan mereka berbeda dengan kita. Begitu asyiknya aku menikmati membaca keseharian Lily ini, hingga ketika halaman yang belum terbaca telah semakin menipis, aku merasa sedih, karena aku pasti merindukan membaca lebih banyak lagi tentang Lily Bard dan kota Shakespeare. Sepertinya, malah kehidupan Lily Bard ini yang paling menarik bagiku, lebih daripada menemukan misteri pembunuh salah satu warga kota itu....
Sosok Lily Bard sendiri memang karakter yang menarik, pemberani dan lugas. Sejarah kelamnya (yang akan terungkap juga di pertengahan buku ini) membantunya membangun sosoknya saat ini. Yang menggembirakan, Charlaine Harris membuat kisah Lily Bard dan kota Shakespeare ini sebagai serial, yang diberi judul: The Lily Bard Mystery, dan hingga saat ini telah terbit 5 serial. Shakespeare's Landlord ini merupakan yang pertama dari kelima serial tersebut. Semoga Penerbit Kantera, yang menerbitkan versi terjemahan buku ini segera menerbitkan seri ke 2 dan seterusnya. Karena, terus terang saja, aku sudah terlanjur jatuh cinta pada Lily Bard dan kawan-kawannya di kota Shakespeare.
Shakespeare's Landlord adalah sebuah kisah misteri, namun menurutku Charlanie Harris telah memberi sentuhan warna baru pada genre "kisah misteri". Bukannya memasang seorang detektif atau jagoan untuk mengupas misterinya, namun justru menampilkan sosok yang sering kita anggap tak berarti: petugas pembersih rumah. Kalau dipikir-pikir, para pembersih rumah ini adalah orang-orang yang paling mengenal kita dan keluarga kita, lho. Lihat saja cara Lily Bard menemukan kunci misteri pembunuhnya, bukan dengan penyelidikan ala polisi, namun justru dari pengalamannya sehari-hari di berbagai rumah warga Shakespeare. Ah...aku jadi tak sabar menantikan seri selanjutnya terbit. Jangan lama-lama ya, Kantera...!!
Judul : The Lily Bard Mystery #1: Shakespeare's Landlord
Pengarang: Charlaine Harris
Penerbit: Penerbit Kantera
Cetakan: Desember 2010
Tebal: 288 hlm
0 komentar:
Posting Komentar