Buku Galau Putri Calon Arang - ulasan

Galau Putri Calon Arang (Seri Nada Baru Dongeng Klasik)Galau Putri Calon Arang by Femmy Syahrani, Yulyana

Paperback, 184 pages
Published 2005 by Gramedia Pustaka Utama
ISBN 9792214798

Buku ini adalah cerita Calon Arang versi Femmy Syahrani. Versi yang lain adalah karangan Pramoedya Ananta Toer, Cok Sawitri, dan Toeti Heraty. Apa yang menarik dari kisah Calon Arang ini? Bagi sebagian besar orang, kisah ini bercerita cukup simpel, yaitu peperangan yang diakhiri dengan kematian Calon Arang akibat perbuatannya membuat penyakit di Dusun Girah dan rakyat Kerajaan Kahuripan.

Saya mencoba membuat analisis sederhana tokoh-tokoh cerita Calon Arang ini berdasarkan buku Femmy.
1. Calon Arang: Seorang perempuan yang memiliki ilmu tinggi di Desa Girah, ia ibu Raja Airlangga dan Ratna Manggali. Ia pindah ke Bali karena perang, dan kembali ke Kahuripan dan tinggal bersama pengikutnya.
2. Ratna Manggali: Anak perempuan Calon Arang, usianya 25 tahun, cantik, mendambakan seorang laki-laki untuk menjadi suaminya. Ia dituduh memiliki ilmu teluh seperti ibunya, Calon Arang.


3. Empu Bharadah: Pemuka Agama kerajaan Kahuripan, Ia diminta Prabu Airlangga untuk menumpas Calon Arang.
4. Empu Bahula: Putra Empu Bharadah, ia ditugaskan untuk mengawini Ratna Manggali agar mendapatkan rahasia kekuatan Calon Arang.
5. Raja Airlangga: Raja yang memerintah Kerajaan Kahuripan, ia berambisi untuk membangun Kerajaan Kahuripan kembali setelah diserang oleh Kerajaan Sriwijaya. Ia memanfaatkan momen untuk membangun kerajaan Kahuripan kembali karena Kerajaan Sriwijaya baru saja dikalahkan oleh kerajaan Srilanka.

--start--
Cerita ini bermula di Dusun Girah, sebuah desa kecil di Kerajaan Kahuripan. Tinggallah Calon Arang bersama putrinya, Ratna Manggali. Calon Arang resah, karena hingga anak gadisnya dewasa, tidak ada pemuda yang melamarnya. Padahal, Ratna Manggali adalah gadis yang cantik, lagi baik.

Suatu hari, Ratna Manggali digoda oleh seorang laki-laki yang diketahui telah beristri. Laki-laki itu bahkan ingin melamar Ratna Manggali. Manggali menolak dengan halus, sebab ia tidak suka sifat dan karakternya yang tidak baik. Tidak disangka, seketika itu juga ia menyaksikan tubuh laki-laki itu terbakar oleh api yang besar dan membunuhnya.

Calon Arang sangat menyayangi putrinya. Karena itu, ia sangat marah bila ada orang-orang atau pemuda yang merendahkan putrinya. Ia membuat teluh pada penduduk setempat yang berakibat kematian. Hal itu meresahkan penduduk, dan akhirnya tersiar ke Raja Airlangga. Airlangga mengutus prajurit terbaiknya untuk menumpas Calon Arang yang adalah ibunya sendiri. Prajuritnya tidak mampu menandingi kesaktian Calon Arang. Calon Arang semakin marah karena Airlangga hendak membunuhnya. Ia semakin gencar mengirimkan teluh kepada seluruh penduduk negeri. Hal itu membuat Airlangga resah, ia berdiskusi dengan Mpu Baradah, dan diputuskan untuk mengirimkan Bahula untuk menikahi Ratna Manggali, namun tujuan utamanya adalah mengambil kitab ilmu Calon Arang, sebab untuk menaklukkan ilmu Calon Arang, Mpu Baradah perlu mempelajari kitab itu.

Singkat cerita, kitab ini berhasil dibawa ke Mpu Baradah. Mpu Baradah bersama anak buahnya bertempur melawan Calon Arang. Mpu Baradah berhasil membunuh Calon Arang, dan Kerajaan Kahuripan dibagi menjadi dua kerajaan. Bagian Utara itu wilayah Daha, bagian Selatan itu wilayah Kediri.

--end of story--

Kekuatan sekaligus Kelemahan
Saya mencoba melihat dari sudut pandang Calon Arang. Ia adalah seorang ibu. Ibu yang mengayomi dan melindungi. Tentunya tidak mudah hidup sebagai seorang janda dengan seorang anak perempuan. Saya menyebut beruntung Calon Arang adalah keluarga bangsawan. Cerita ini akan berbeda bila Calon Arang adalah orang biasa yang tidak punya latar belakang bangsawan dan ilmu tinggi.

Sebagai seorang ibu, ia memastikan bahwa calon suami anaknya kelak adalah orang yang baik. Pada dasarnya ia juga ingin meneruskan keturunan keluarganya dari Ratna Manggali. Apakah ada pembedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan? Dalam hal ini Calon Arang membela anak perempuannya. Ia tidak menginginkan Ratna Manggali menjadi perawan tua, tapi tidak ingin juga orang/pemuda lain menghina Ratna Manggali. Inilah kekuatan Calon Arang.

Janda dan Perawan Tua. Peristilahan ini diwakili oleh Calon Arang dan Ratna Manggali. Sebuah ketakutan sekaligus sekaligus menjadi alat yang ampuh? melukai hati perempuan. Sosok Calon Arang tak mau terjebak dengan stereotip negatif tersebut.

Etis tidak etis
Walau dalam cerita ini, Calon Arang adalah seorang musuh Raja, namun ia masih menunjukkan sikap dewasa. Sebagai contoh, ketika ia menerima Bahula menjadi calon menantunya. Ia tahu dalam hatinya bahwa Bahula ada utusan Raja Airlangga yang mencoba membunuhnya. Ia juga tahu bahwa motivasi Bahula datang ke Dusun Girah adalah semata-mata karena perintah Mpu Bharada, bukan atas nama cinta.

Setiap tindakan orang untuk meraih tujuan, didasarkan pada motivasi atau alasan. Tinggal masing-masing kita menilai, etiskah tindakan saya? Baik Raja Airlangga dan Calon Arang adalah orang-orang yang berambisi mencapai tujuan. Calon Arang berambisi menghabisi orang-orang yang menghina ia dan anaknya, sementara Airlangga berambisi untuk menangkap Calon Arang demi mewujudkan Kerajaan Kahuripan yang damai sentosa. Namun beberapa tindakan yang bisa kita nilai tidak etis adalah sebagai berikut.

Pertama, tindakan Airlangga yang mengirimkan pasukan khusus untuk menumpas Calon Arang. Mengapa ia tidak menyelidiki desas desus dulu sebelum mengambil keputusan menyerang? Bukankah ia tahu bahwa Calon Arang adalah ibunya? Apakah tidak lebih baik melakukan pendekatan secara kekeluargaan alih-alih kekerasan?

Kedua, keputusan untuk mengirim Bahula menjadi menantu Calon Arang. Jelas-jelas motivasi perkawinan itu untuk mendapatkan rahasia kekuatan Calon Arang. Sepertinya Airlangga dan penasihatnya telah kehabisan akal. Menurut taktik perang, strategi ini cukup jitu, sebab lewat jalur fisik (baca: perang) tidak mungkin memeroleh kemenangan selain mengetahui dari dalam apa rahasia kekuatan musuh. Toh di cerita selanjutnya, diceritakan kalau si Bahula akhirnya mengasihi sepenuhnya Ratna Manggali.

Ketiga, Bahula mengkhianati Calon Arang. Landasan utama perkawinan Bahula dengan Ratna Manggali adalah kitab ilmu Calon Arang. Ia sendiri membujuk Ratna Manggali untuk mengambil kitab ibunya, dengan alasan agar orang-orang tidak bertambah banyak mati karena teluh Calon Arang. Seandainya cerita terus berlanjut, bagaimana kelak ketika anak mereka menanyakan, "dimana nenekku?" Apa jawab Bahula?

Keempat, mengapa tidak Raja Airlangga sendiri yang datang ke Calon Arang, seraya memohon agar ibunya tidak lagi mengirimkan teluh. Seharusnya, jika ia mengetahui apa yang menjadi awal kemarahan Calon Arang, ia akan menghukum orang yang menghina ibu dan saudara perempuannya. Teluh yang dilakukan Calon Arang seperti hukum aksi-reaksi. Tidak akan ada teluh jika tidak ada pemicunya. Boleh jadi, teluh yang dikirimkan adalah bentuk pembelaan diri.

Apakah tujuan "Demi Keutuhan Bangsa dan Negara" masih relevan dengan penghilangan nyawa seseorang? Entahlah pada masa cerita ini hal itu cukup wajar jika raja saking berkuasanya, baginya biasa untuk melenyapkan orang-orang yang dianggap mengganggu. Bukankah masih terjadi hal demikian di negeri kita ini? ketika masa pemerintahan Orde Baru, tanpa pendekatan persuasif, adalah sebuah kejadian wajar jika orang-orang yang dianggap menyebabkan disintegrasi menghilang tanpa jejak dan lenyap.

Warisan
Bagaimanapun, cerita Calon Arang meninggalkan warisan budaya bagi bangsa kita, terutama bagi Orang Bali. Calon Arang menjadi sosok yang kental untuk sebuah pertunjukan tari, teater dan upacara. Ilmu yang dimiliki Calon Arang diduga sekarang adalah yang dinamakan WikiLeak itu. Lukisan-lukisan yang menggambarkan Calon Arang banyak dibuat oleh pelukis Bali. Dan prasangka orang-orang pada Leak pun, tetap miring, yaitu perwujudan kekuatan jahat. Apakah itu karena rupa Leak yang digambarkan di lukisan atau di pagelaran tari jelek buruk rupa: mata membelalak, lidah panjang keluar, dan cakar panjang? Ah entahlah...

Penelusuran saya di situs ini, banyak lukisan yang bertema Calon Arang. Diantaranya adalah:

The Old Woman Dilemma



Widow and Daugther



Ratna Manggali is Romanced


Hmmm...sepertinya saya harus baca karangan Pram dan Cok Sawitri, menarik kalau satu kisah diulas dari berbagai penulis, kita sebagai pembaca diperkaya dengan beragam cara pandang.
@hws03052011


lintasberita

Lanjut Baca

Buku Misi Menyelamatkan Ayah dan Ibu di Kota Seratus Menara! - ulasan




 

Judul                : The Hundred Towered City
Penulis            : Sam Enthoven ????
Penerjemah     : Evy Setyarini
Editor             : Heni Setiani
ISBN             : 979-1122-814
Halaman         : 375
Cetakan         : I-Maret 2011
Penerbit         : LiniKata
Harga             : Rp  70.000/HC


Sedang dalam perjalanan singkat ke Praha tahun 1903
Akan kembali dalam beberapa menit
Kalau kami tidak ada saat kalian pulang,
makan malam sendiri saja.
Jika ada masalah, telepon Nenek dan Kakek

Sekilas keluarga Kettle mirip dengan keluarga lainnya. Roger dan Kate  Kettle  memiliki tiga orang anak  Jack, Anne, dan sibungsu  Davey.  Tapi jangan terkecoh dengan penampilan luar mereka. Sang ayah adalah seorang penemu yang cukup handal. Dan temuan terbarunya adalah mesin waktu yang ditempelkan di motornya.

Hadil penemuannya adalah bahwa waktu tidak berjalan dalam garis lurus melainkan alur spiral. Untuk menjelajah waktu, yang harus dilakukan adalah melompat dari satu alur ke alur yang lain. Mesin itu memang masih harus diuji lagi, Kuncinya hanya satu, pengendara harus berkecepatan persis 47,22 mil per jam dan menahannya selama sepuluh detik untuk menciptakan lubang waktu yang dapat dilalui.

Masalahnya kedua orang tua mereka mengalami masalah di Praha tahun 1903. Hanya berkat bantuan salah satu kerabat jauh sang Ibu, ketiga anak tersebut bisa menyusul ke Praha.  Jack, Anne dan Davey mengalami masa yang sulit. Selain harus hidup beradaptasi dengan situasi saat itu. Di sana mereka sempat bekenalan dengan salah seorang yang di masa depan akan menjadi penulis terkenal. Banyak hal yang mereka ketahui tentang masa depan sehingga mereka harus berhati-hati dalam berkata-kata agar tida menimbulkan kekacauan sejarah.

Belum lagi mereka harus berhadapan dengan aneka makhluk ajaib. Mereka bertemu hantu yang  menanggalkan kepala dan mengepitnya di ketiak untuk menunjukkan leher yang pernah digergaji sampai tembus. Anne nyaris dibawa ohnivec alias peri api. Mereka bertemu makhluk kecil bertanduk yang tingginya setengah tinggi manusia. Matanya kuning dengan tangan yang besar dan berkuku panjang yang dikenal dengan nama Cert. Davey malah beradu kentut dengan Meluzina  peri bau busuk. Jack malah bersahabat erat dengan  Golem,   monster yang terbuat dari tanah liat di sungai

Mereka juga sempat menghadiri pertemuan para Alkimia. Alkimia  yang berarti ilmu kimia merupakan kata yang bersal dari Bahasa Arab, al-khimia. Mereka umumnya ingin diberi tahu banyak hal tapi tak ingin memberi tahu apa-apa. Mereka tak pernah mau bertukar infromasi apapun. Akibat sikap egois mereka, banyak hal yang tak bisa dibereskan.

Selama usaha penyelamatan kedua orang tua berlangsung. Jack menjadi anggota Resimen pasukan Jalan Kaki ke-14 yang berbasis di Praha kemudian menjadi pasukan elite penunggang sepeda.  Annie menjadi Sophia  seorang pembantu rumah tangga namun dengan cepat menjadi asisten seorang countess.  Sedangkan Davey menjadi anggota teater. Mereka harus bertahan hidup sambil mencari cara agar bisa menemukan dan membawa kedua orang tua mereka kembali. Dan pastinya bukan hal yang mudah!

Ketiga anak tersebut juga bertemu dengan Penjaga  waktu. Penjaga waktu yang bertugas untuk m,emastikan penjelajah waktu tidak mengubah sejarah dengan cara apapun. Itu juga yang menyebabkan setiap orang yang melakukan penjelajahan waktu dilarang membawa benda dari zaman yang lalu ke zaman sekarang.

Secara keseluruhan, ceritanya menawan. Banyak kisah menawan dan menegangkan. Sebenarnya saya sempat ragu apakah layak untuk usia remaja, namun ternyata kisahnya cukup menawan. Keluarga memang segalanya, sehingga saat kedua orang tua anak-anak itu hilang, kita diajak ikut bersedih, saat mereka mencari kedua orang tuanya, terasa sekali semangat perjuangan dituturkan dengan mansi oleh sang penulis. Ketika akhirnya mereka bertemu, suasana haru biru digambarkan dengan indahnya.

Banyak kata-kata yang menarik dalam buku ini. Penerbit seakan ingin memberikan tambahan kosakata ke benak pembacanya. Tapi ada beberapa kata yang ditulis tidak konsisten. Misalnya pada halaman 15 dituliskan “sembilanbelasnoltiga”. Namun pada halaman 17 ditulis “sembilan belas nol tiga”

Yang paling membingungkan saya saat membuat repiu buku ini adalah ketidaksamaan data penulis. Dalam web penerbit  (linikata.com) disebut Garry Killworth sebagai penulis. Tapi di halaman data buku (halaman ii) dituliskan penulisnya adalah Sam Enthoven   Sam Enthoven  merupakan  penulis The Black Tattoo yang membutuhkan 10 tahun masa penulisan. Untuk pihak penerbit sudah menuntaskan kebingungan saya.

Garry Kilworth sang tukang cerita lahir  di York pada 5 Juli  1941.  Jika tidak sedang menulis, ia suka  berpergian,  bermain golf, tenis dan bulu tangkis  serta berjalan-jalan ke desa dengan istrinya Annette.  Ia juga sering mengisi waktu luang dengan  mengunjungi lima  orang cucu. Ia juga suka berkebun dan tak risih mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti   memperbaiki hal-hal yang rusak.  Garry juga suka  menonton dan menikmati tidur. Situs resminya adalah  www.garry-kilworth.co.uk. beberapa penghargaan sudah diraihnya.  The Ragthorn yang ditulis bersama   Robert Holdstock,  pada tahun 1992 berhasil meraih  World Fantasy Award  

karya-karyanya antara lain
  • Angel
  1. Angel (1993)
  2. Boggart and Fen (2004)
  • Navigator Kings
    • 1 The Roof of Voyaging (1996)
    • 2 The Princely Flower (1997)
    • 3 Land-of-Mists (1998)
  • Novacon
    • Trivial Tales (1988) [C]
  • The Welkin Weasels
    • 1 Thunder Oak (1997)
    • 2 Castle Storm (1998)
    • 3 Windjammer Run (1999)
    • 4 Gaslight Geezers (2001)
    • 5 Vampire Voles (2002)
    • 6 Heastward Ho! (2003) 
    •  
Novel
  • In Solitary (1977)
  • The Night of Kadar (1978)
  • Split Second (1979)
  • Gemini God (1981)
  • A Theatre of Timesmiths (1984)
  • Tree Messiah (1985)
  • Highlander (1986) (as Garry Douglas)
  • Witchwater Country (1986)
  • Spiral Winds (1987)
  • The Wizard of Woodworld (1987)
  • Cloudrock (1988)
  • The Street (1988) (as Garry Douglas)
  • Abandonati (1988)
  • The Voyage of the Vigilance (1988)
  • The Rain Ghost (1989)
  • Hunter's Moon (1989)
  • Hunter's Moon (1990) (U.S. title The Foxes of Firstdark)
  • Midnight's Sun (1990)
  • Standing on Shamsan (1991)
  • The Drowners (1991)
  • The Third Dragon (1991)
  • Frost Dancers: A Story of Hares (1992)
  • Billy Pink's Private Detective Agency (1993)
  • The Electric Kid (1994)
  • The Phantom Piper (1994)
  • The Bronte Girls (1995)
  • House of Tribes (1995)
  • Cybercats (1996)
  • A Midsummer's Nightmare (1996)
  • The Devil's Own (1997)
  • The Gargoyle (1997)
  • The Valley of Death: Sergeant Jack Crossman and the Battle of Balaclava (1998)
  • The Drummer Boy (1998)
  • Epix: Heavenly Hosts V Hell United (1998)
  • The Lantern Fox (1998)
  • Monster School (1999)
  • Soldiers in the Mist (1999)
  • Hey, New Kid! (1999)
  • Shadow-Hawk (1999)
  • The Icehouse Boy (2001)
  • Soldier's Son (2001)
  • Comix: Monster School (2002)
  • Nightdancer (2002)
  • The Winter Soldiers (2002)
  • Attack on the Redan (2003)
  • Brothers of the Blade (2004)
  • The Silver Claw (2005)
  • Attica (2006)
Puisi
  • The Borgia Brats (1991)
Review
  • Necromancer (1978) by Robert Holdstock
  • A Heron Caught in Weeds (1987) by Keith Roberts
  • The Confessions of a Justified Sinner (1988) by James Hogg
 Serta tak ketinggalan cerita pendek
  • Let's go to Golgotha (1975)
  • Hogfoot Right and Bird-Hands (1984)
  • The Songbirds of Pain (1984)
  • In the Hollow of the Deep-Sea Wave (1989)
  • Dark Hills, Hollow Clocks (1990)
  • In the Country of Tattooed Men (1993)
  • Moby Jack and Other Tall Tales (2005)
  • Tales From A Fragrant Harbour (2010)
 Ada kisah yang lucu seputar kegiatannya menulis. Garry  menulis trilogi 'The Kings Navigator'  Garry melakukan riset yang mendalam saat membuat  buku ini. Setelah penelitian yang intensif, menerima segala macam masukan, Garry  merasa bahwa trilogi itu mungkin merupakan karyanya yang terbaik. Namun kenyataannya berbeda!.  Tidak ada yang membelinya.Pembaca fantasi merasa ini bukan buku dengan tema fantasi, sementara pembaca umum merasa ini buku dengan tema fantasi.

Rekomen buat dibaca. Kisah  mengenai petualangan, cinta  kasih terhadap keluarga serta pelajaran sejarah. KEYEN!


lintasberita

Lanjut Baca

Buku Panorama Islam Kontemporer - ulasan


Judul: Masa Depan Islam: Antara Tantangan Kemajemukan dan Benturan dengan Barat
Penulis: John L. Esposito
Penerjemah: Eva Y. Nukman dan Edi Wahyu SM
Penerbit: Mizan
Cetakan: I, Desember 2010
Tebal: 343 Halaman
Harga: Rp.65.000.

Sepanjang sejarahnya, belum pernah Islam tersebar seperti sekarang ini di seluruh dunia dan berinteraksi dengan keyakinan serta masyarakat lain. Membentang dari Kairo hingga Jakarta di dunia muslim dan dari New York hingga Berlin di Barat. Bagi pemerintah Amerika dan negara-negara Eropa, memahami Islam dan Muslim kemudian menjadi kebutuhan domestik dan prioritas dalam kebijakan luar negeri mereka.

Meski demikian, tidak sedikit kalangan bingung memahami Islam dan Muslim mengingat paradoks yang menyertainya. Pemimpin kaum muslim menyatakan bahwa Islam adalah agama damai dan adil, namun Osama bin Laden dan teroris Muslim secara global membantai non-Muslim maupun sesama Muslim sendiri. George W. Bush menyebut Islam sebagai agama damai, tetapi penginjil Franklin Graham menyebut Islam agama setan. Samuel Huntington menuduh Islam berlumur darah, sebaliknya Barack Obama menyatakan Islam telah menunjukkan kata-kata dan perbuatan tentang peluang toleransi beragama dan kesetaraan ras. 

Disinilah posisi penting buku ini. Penulisnya, Jhon L. Esposito, berusaha menunjukkan panorama Islam kontemporer lengkap dengan dinamika internal yang terjadi di dunia Muslim. Sebagai orang Amerika non Muslim, Ia lebih bisa didengar karena dianggap mampu memandang Islam secara lebih obyektif, apalagi Esposito merupakan pemikir kenamaan tentang Islam dari Georgetown University Amerika dan penafsir Islam paling otoritatif di negeri Paman Sam tersebut.

Komunitas Barat tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan di dunia Muslim. Apa yang terjadi di dunia Muslim, akan berimbas terhadap dunia Barat juga. Karena menurut Esposito, Islam tidak hanya sebuah keyakinan yang mengilhami kesalehan pribadi dan menyuguhkan makna serta pedoman bagi kehidupan saat ini maupun nanti, namun Islam juga menjadi ideologi pandangan dunia yang menginformasikan politik dan masyarakat Muslim. (Halaman 21)

Selain itu, ketika membicarakan Islam, kenyataannya Islam tidaklah monolit. Ada beragam Islam atau penafsiran terhadap Islam. Citra, realitas dan umat Islam banyak dan variatif; secara religius, budaya, ekonomi dan politik. Kaum Muslim adalah mayoritas di lima puluh tujuh negara, dan mereka mewakili banyak kebangsaan, bahasa, suku dan marga serta adat istiadat. Terlebih porsi terbesar dari 1,5 milyar warga muslim dunia bukanlah bangsa Arab melainkan Asia dan Afrika. Inilah yang membuat Islam memiliki wajah beragam, sehingga mendekati dan memahaminya tidak dapat digeneralisir dengan satu pendekatan.  

Harus diakui popularitas Islam di Barat menanjak semenjak tragedi 11 September 2001 -yang meluluh-lantakkan World Trade Center dan menerobos pusat kebanggaan militer Amerika, Pentagon- meskipun popularitas ini lebih berkonotasi negatif. Bahkan hingga kini, potret buram tersebut masih terasa. Sebuah ironi yang menunjukkan bahwa minat masyarakat Barat terhadap Islam, lebih disebabkan adanya asumsi bahwa Islam sebagai potensi berbahaya, tinimbang keagungan budaya.  

Berlawanan dengan stereotype yang dianut mayoritas masyarakat Barat, Esposito menegaskan bahwa hampir semua umat Islam sama pedulinya dengan Barat terhadap bahaya ekstremisme dan terorisme. Bahkan, umat Islam-lah yang menjadi korban utama ekstrimis dan teroris Muslim. Mayoritas umat Islam menolak kekerasan dan terorisme, termasuk serangan 9/11, mencelanya sebagai yang tidak Islami serta mengancam keselamatan dan keamanan negara beserta penduduknya. (Halaman 215) 

Ia juga membantah asumsi bahwa Islam tidak sesuai dengan semangat abad 21. Merujuk pada pemikirian para pemikir Islam kontemporer seperti Tariq Ramadhan, Syaikh Ali Gumah, Mustafa Ceric, Tim Winter, Heba Rouf dan para televangelis Islam seperti Amr khaled di dunia Arab dan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) di Indonesia, yang sukses menyajikan wajah Islam secara aktual sekaligus renyah dan progresif tetapi tetap ramah dengan jutaan pengagum. 

Dengan demikian masalah mendasar untuk pembangunan dan stabilitas jangka panjang di Arab dan Muslim bukan Islam atau gerakan Islam, melainkan pergulatan antara otoritarianisme dan pluralisme. Karena itu, fokus utama perhatian Amerika dan Barat semestinya bukan agama, melainkan perubahan politik, sosial, dan ekonomi di tempat umat Islam tinggal. Gelombang revolusi yang melanda Mesir dan beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya yang tengah berlangsung saat ini, bisa menjadi bukti shahih atas teorinya ini. Mengingat gerakan tersebut lebih disebabkan oleh faktor sosial ekonomi yang menjadi isu utama demonstran. 

Buku berjudul lengkap Masa Depan Islam: Antara Tantangan Kemajemukan dan Benturan dengan Barat ini, disebut oleh penulisnya sebagai puncak karyanya dalam kajian Islam dan politik kaum Muslim. Sayangnya di buku ini, Esposito seolah mengamini teori Huntington dengan clash of civilization-nya. Hal ini terlihat dari digunakannya terminologi Barat dan Islam secara vis a vis. Padahal sebagaimana banyak dikritik banyak kalangan, oposisi biner tersebut sangat tidak tepat, mengingat Barat merujuk pada konteks geografis sedangkan Islam religiusitas. 

Meski demikian dengan kekayaan data yang dapat dipertanggungjawabkan ditambah kekuatan analisa penulisnya yang bernas, tidak mengherankan jika buku ini menjadi rujukan wajib baik bagi para akademisi maupun kalangan umum mengenai politik Islam, disertai ketulusan yang ditunjukkan Esposito demi terciptanya hubungan yang harmonis antara penghuni semesta, membuat buku ini patut diapresiasi selayaknya. Tidak keliru jika Karen Armstrong dalam pengantar buku ini menyatakan Esposito mampu menyarikan pengantar panorama Islam kontemporer secara jelas dan informatif.

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Oliver Twist - ulasan

Label “bocah malang” mungkin paling pas disematkan pada tokoh anak yatim piatu di Inggris yang hidup pada abad 19 rekaan Charles Dickens ini: Oliver Twist. Bagaimana tidak, begitu lahir dari hubungan orang tua yang tidak jelas (baca: di luar nikah), ia langsung menjadi yatim piatu. Ayahnya sudah lama pergi entah kemana, sedang ibunya yang ringkih meninggal tak lama setelah ia lahir. Nasib anak yatim piatu yang tak memiliki akar sejarah yang jelas amatlah menyedihkan pada jaman itu. Mereka berada di bawah pengawasan semacam Dinas Sosial yang dikelola oleh pemerintah, dan ditempatkan di Rumah Sosial yang dikelola warga dan ditunjang oleh pemerintah. Jangan berpikir bahwa mereka bisa hidup enak di sana. Kebanyakan rumah sosial itu justru tidak sosial sama sekali, mereka malah mengambil keuntungan dengan menyunat anggaran untuk makanan dan kebutuhan anak-anak itu dari anggaran sebenarnya yang sudah sangat kecil dari pemerintah. Alhasil, anak-anak itu menderita kurang gizi parah, belum lagi perlakuan tidak manusiawi seperti tempat tidur kumuh dan sempit, bekerja berat dan siksaan fisik menjadikan hidup anak-anak yatim itu semakin suram.

Di lingkungan seperti itulah Oliver Twist kecil tumbuh selama delapan tahun. Saking parahnya keadaan itu, Dickens menggambarkan rakusnya Oliver saat diberi makanan basi atau makanan anjing, karena makanan yang didapat di rumah sosial lebih parah lagi! Dickens mampu menggambarkan situasi suram itu dengan demikian hidup karena situasi itu memang nyata terjadi di London saat ia menulis kisah ini, dan konon Dickens sendiripun pernah menjadi pekerja anak-anak di masa kecilnya.

Oliver Twist sendiri nampaknya akan menghabiskan seumur hidupnya sebagai anak yatim piatu malang, kalau saja suatu hari ia tidak memberanikan diri memohon untuk mendapatkan tambahan makanan kepada staf rumah sosial. Tak dinyana, keberaniannya itu berbuah petaka bagi Oliver. Ia disebut sebagai berandalan cilik, dilaporkan kepada Dewan, yang akhirnya dalam sebuah sidang memutuskan Oliver harus “dibuang” dari pengasuhan mereka kepada siapapun yang mampu dan mau membelinya seharga lima pound. Bayangkan, minta tambah makanan (dari porsi yang memang tidak manusiawi) dengan memelas ternyata dianggap sebagai kejahatan besar! Betapa tak adil dan tak manusiawinya perlakuan mereka….

Akhirnya seorang pengusaha rumah kematian bernama Tuan Sowerberry mengambil dan mempekerjakan Oliver. Oliver pun diantar oleh Tuan Bumble, seorang pejabat Sekretaris Desa yang sok kuasa dan mata duitan. Awalnya semua berjalan lancar, bahkan Oliver sempat menjadi andalan bisnis Tuan Sowerberry. Hingga suatu hari ‘anak buah’ Tuan Sowerberry lainnya yang bernama Noah Claypole memancing gara-gara karena iri pada kemajuan karir si anak baru Oliver. Ia menghina ibu Oliver yang memang dicap ‘penjahat’ oleh masyarakat. Akibatnya, Oliver yang kecil dan lemah itu marah besar dan mampu menyerang dan memukuli Noah yang bertubuh lebih besar. Anda pasti dapat menduga kelanjutannya…lagi-lagi Oliver dicap sebagai berandalan dan penjahat cilik. Tak tahan menanggung semuanya, Oliver pun melarikan diri dari kediaman Sowerberry. Berkelana tanpa tujuan jelas, kelaparan dan tak memiliki tempat berteduh, dalam perjalanan Oliver sempat mengunjungi Dick, sahabatnya di rumah sosial dulu. Nasib Dick tak kalah menyedihkannya dibanding Oliver, namun alih-alih menangisi nasib sendiri, Dick justru menyemangati Oliver untuk melanjutkan hidupnya. “Tuhan memberkatimu” adalah kata-kata Dick yang menghidupkan harapan di hati Oliver.

Oliver melanjutkan perjalanan hingga tibalah ia di dekat batu penanda jalan (milestone) yang menunjukkan jarak 70 mil menuju London (yang menjadi gambar cover buku ini). Di titik ini Oliver memutuskan bahwa ia akan mengadu nasib di kota London. Tiba di London, Oliver yang kecapekan dan kelaparan tak disangka-sangka mendapat uluran tangan dari seorang pemuda yang baru dikenalnya. Sekali lagi…nasib baik belum berpihak pada Oliver. Karena pemuda yang menolongnya itu justru adalah penjahat dan pencopet bernama Artful Dodger yang dididik oleh Tuan Fagin, si raja pencuri!

Untuk sementara Oliver memiliki tempat berteduh dan makanan yang cukup untuknya melanjutkan hidup. Tapi, semua itu tak ia dapat secara cuma-cuma. Tuan Fagin menampungnya untuk dididik menjadi seorang pencopet cilik, menemani Dodger dan Charley Bates yang sudah duluan menekuni “bisnis” mendapatkan barang secara ilegal dengan mencopet dan mencuri. Awalnya Oliver yang polos tak menyadari kenyataan ini. Matanya baru terbuka saat ia diperbolehkan ikut “bekerja” bersama Dodger dan Bates. Oliver menyaksikan dengan ngeri bagaimana kedua rekan mudanya mencopet saputangan milik seorang pria terhormat yang sedang asyik membaca buku di sebuah lapak buku. Secara naluriah, Oliver langsung lari ketakutan dari tempat kejadian, terpisah dari kedua rekannya. Si tuan korban pencurian langsung mengejarnya karena mengira ia pencopetnya, dan segera diikuti oleh massa yang sengaja digerakkan Dodger dan Bates untuk menjauhkan mereka sendiri dari kecurigaan. Seperti biasa, yang paling lantang berteriak ‘maling’ pastilah si maling sendiri!

Dan sekali lagi nasib buruk menghampiri Oliver. Ketakutan, babak belur dipukuli massa, iapun dituduh melakukan kejahatan tanpa kesempatan membela diri dan dijebloskan ke penjara. Beruntunglah, pria terhormat korban pencopetan yang bernama Tuan Brownlow benar-benar layak menyandang gelar ‘terhormat’. Ia merasa Oliver tak bersalah, dan berkat kesaksian pemilik lapak buku tempat Tuan Brownlow kecopetan, yang menyaksikan sendiri kejadian itu, akhirnya Oliver dibebaskan dari penjara. Kini Oliver boleh bernapas lega. Ia dirawat dengan baik dan penuh kasih sayang oleh Tuan Brownlow dan pengasuh tua bernama Nyonya Bedwin. Di sini pula Oliver pertama kali mendapatkan siraman kasih yang seumur hidupnya yang kelam tak pernah ia rasakan.

Sayang, kebahagiaan itu hanya berumur jagung, karena Tuan Fagin dan gerombolannya tak kenal lelah berusaha mencari dan menemukan Oliver. Di sini mulai bermunculanlah satu per satu anggota komplotan Tuan Fagin. Mulai dari Nancy, gadis muda yang menaruh kasihan pada Oliver, Bill Sikes perampok kejam yang jadi kekasihnya, lalu ada juga seorang pria misterius bernama Monks yang tampaknya sangat membenci Oliver dan ingin menghancurkannya. Saat Oliver menunaikan amanat Tuan Brownlow untuk mengembalikan buku ke lapak buku, Oliver pun diculik oleh gerombolan Fagin dan sekali lagi ia harus mendekam di tempat kumuh yang kian tampak suram karena aura kejahatan yang meracuni udaranya. Sekali lagi Oliver dididik untuk menjadi penjahat, dan suatu hari dipinjamkan pada Bill Sikes yang ingin merampok sebuah rumah. Lalu bagaimana reaksi Oliver? Apakah pendidikan Tuan Fagin akan menampakkan hasilnya dan menjadikan Oliver sejahat yang lain? Atau berhasilkah ia tetap mempertahankan kesucian moralnya? Kalaupun yang terakhir yang terjadi, bagaimana ia dapat mengelak dari takdir gelap yang seolah mengejarnya kemanapun ia pergi? Lalu siapakah Oliver Twist sebenarnya? Sejarah kelam seperti apakah yang membuat nasibnya malang?

Ini adalah salah satu buku yang sayang untuk dilewatkan. Selain membawa kita menyaksikan potret buram kehidupan di kota besar abad 19, Dickens juga mau mengusik kemanusiaan kita. Bahkan di abad modern ini, masih banyak orang yang menancapkan stigma negatif pada orang-orang yang berbeda atau tidak sejalan dengan kebanyakan orang di masyarakat. Prasangka dengan mudahnya diletakkan ke atas seseorang tanpa terlebih dahulu menelusuri kebenarannya. Kita layak belajar dari Tuan Brownlow yang tidak serta merta setuju dengan pendapat Tuan Grimwig kawannya, yang yakin bahwa Oliver Twist pasti melarikan diri dengan uang dan buku yang dipercayakan kepadanya, serta takkan kembali dari lapak buku. Sebaliknya, ketika Oliver Twist memang tak kembali (meski tentu saja bukan karena hendak lari melainkan karena diculik), Tuan Brownlow berinisiatif melacak sejarah Oliver Twist.

Di bab-bab awal peran Oliver memang cukup mencolok dalam kisah ini. Namun di bagian-bagian selanjutnya, justru tokoh-tokoh lainlah yang menurutku lebih menonjol. Mungkin memang Dickens ingin mengupas tuntas tentang kejahatan dan kemunafikan yang ada di masyarakat saat itu. Tapi tetap saja itu membuatku kurang puas. Selain itu, aku merasa karakter Oliver Twist kurang menarik. Ia anak yang baik, sopan, ramah, penuh kasih, namun juga lemah lembut. Kubayangkan anak yang tumbuh sendirian di lingkungan yang keras akan menjadi anak yang keras juga, tangguh dan keras kepala. Menangis mungkin sudah tak masuk dalam kamusnya karena derita dan sakit hati pasti sudah biasa ia rasakan. Tapi Oliver ternyata gampang sekali tersentuh hatinya, dan tubuhnya sendiri lemah. Mungkin itu karena ekspektasiku sendiri sebelum membaca buku ini ya, atau memang Dickens memang ingin membuat perbandingan yang sangat mencolok antara sisi jahat dan sisi baik manusia, sehingga yang jahat dibuat sangat jahat dan yang baik menjadi sangat baik sehingga kurang manusiawi. Sekali lagi, ini hanyalah sebuah karya sastra, dan kita memang harusnya menikmatinya apa adanya kan?

Terakhir terima kasih pada Bentang Pustaka yang telah memilih novel yang telah lama kunantu-nantikan ini untuk diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Hanya sayang masih ada beberapa typo dan kesalahan penerjemahan. Salah satunya dalam kalimat ini: "Angin menggigit yang berkelebat di jalanan tampaknya telah mengosongkannya dari para penumpang....". Ada yang aneh dengan kata 'penumpang' disini yang tidak pas maksudnya. Mungkinkah ada kesalahan penerjemahan 'passager' (=pejalan kaki), keliru diterjemahkan sebagai 'passenger' (=penumpang)? Atau akukah yang kurang menangkap dengan baik?... Untunglah keanehan tadi tak mengurangi kenikmatan membaca cara bertutur Charles Dickens yang disampaikan dalam kalimat-kalimat panjang yang sarat arti!

Judul: Oliver Twist
Penulis: Charles Dickens
Penerjemah: Reni Indardini
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: Maret 2011
Tebal: 578 hlm

lintasberita

Lanjut Baca

Buku [Review] Dunia Alice (Unpolished Gem) - ulasan

"Waaaahhh …," nenek menyeletuk takjub saat melihat mobil berhenti dan menaikkan seorang penumpang.

Celetukan semacam itu sangat kerap terlontar dari mulut Alice dan keluarganya. Sebagai pendatang baru, kehidupan di Australia penuh dengan kejutan. Mobil bertebaran di mana-mana, dan mereka tak menolak berhenti hanya untuk seorang nenek tua! Di Kamboja, asal mereka, hal semacam itu jelas tidak mungkin.

Kejutan yang luar biasa mereka temukan justru di supermarket. Di rak, berderet daging kaleng dijual dengan harga sangat murah. Merasa girang, mereka membelinya beberapa.

Hari itu makan malam mereka istimewa, hingga televisi memperlihatkan sebuah iklan daging kalengan. Astaga! Ternyata daging yang mereka beli adalah makanan anjing.

Dunia Alice menuturkan kehidupan sebuah keluarga imigran Kamboja di negeri baru, Australia. Kocak dan menggelitik, novel ini benar-benar menghibur sampai ke sumsum tulang belakang Anda. souce: Goodreads.com

Jika diibaratkan makanan, Dunia Alice ini layaknya RUJAK: manis, pedas, asin, asam; semuanya lengkap tersaji dalam satu hidangan. Bisa dikatakan, buku ini merupakan autobiografi sang penulis, menceritakan pengalaman bermigrasi dari negeri yang tengah dilanda krisi dan peperangan ke negeri yang mereka anggap "surga". 
Sayangnya, "surga" dan Bapak Pemerintah yang keluarga Alice anggap hampir setara dengan dewa-dewa ini tak berlangsung lama, karena cultural shock yang dialami oleh keluarga Alice. Salah satu masalah terbesar mereka adalah karena ketidakmampuan mereka dalam berbahasa Inggris.

Dalam setiap bab, kita akan disodori dengan berbagai macam peristiwa, mulai dari Alice sebelum lahir hingga remaja. Pergulatan batin seorang anak yang hidup jauh dari tanah leluhurnya ini tertangkap jelas di narasi Alice. Kalau aku perhatiin, sangat jarang ditemukan konjungsi antar kalimat yang menunjukkan waktu di sini, seperti: ketika, kemudian, selanjutnya, besoknya, dst. Alice menceritakan semuanya seperti slideshow yang diputar cepat, dengan kilasan-kilasan khusus di setiap babnya.

Salah satu hal menarik yang ada di dalam buku ini adalah ketika Ibu Alice mengeluh ia sama sekali tak bisa berbahasa Inggris, dan nyaris gila karenanya. Di usianya yang masih muda dan labil, Alice harus menghadapi krisis percaya diri yang dialami oleh ibunya itu. Kemudian salah satu scene menarik lainnya yang tak ketinggalan adalah ketika Alice merasa hampir gila dan menganggap dirinya hanya cangkang tanpa isi saat menghadapi ujian nasional yang sangat menentukan nasibnya. Khas remaja, namun terselip kedewasaan hasil bentukan karakter masing-masing tokoh di keluarganya. 

Novel yang menarik sebenarnya, sayangnya alur yang lambat di halaman-halaman awal lumayan membuat malas untuk membaca kelanjutannya. Di beberapa bab awal, aku sendiri sempat kurang mengerti akan dibawa kemana cerita ini. Namun hingga selesai halaman terakhir, aku ngga nyesel baca buku ini. Potret kehidupan keluarga Cina yang mati-matian mempertahankan jiwa kuningnya di tanah orang kulit putih ini terlalu menarik untuk dilewatkan.

*P.S Terima kasih untuk Bentang atas buntelannya :)

Judul: Dunia Alice (Unpolished Gem)
Penulis: Alice Pung
Penerbit: Bentang Pustaka
Detail: 310 halaman, 2011
ISBN: 9786028811262

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Batik Shirt Collection - ulasan



Hey..there, looking for a batik shirt for your loved one? Batik Najlazea has just launched its men's shirt collection. It's special since we made one batik for one shirt only. A perfect gift for your special person or even for yourself. We also receive customized order. What are you waiting for? Check them out here.

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Kekuatan Mimpi dan Harapan - ulasan



Judul : Bocah Penjinak Angin

Penulis : William Kamkwamba dan Bryan Mealer

Penerbit : Literati

Terbit : I, April 2011

Tebal : 396 halaman

Harga : Rp. 54.000

Mimpi dan ketekunan adalah kombinasi yang tepat untuk mewujudkan cita-cita. Pada titik tertentu, keduanya tidak hanya mengubah seseorang, tetapi juga mengubah dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya.

Kisah dalam buku ini adalah contoh untuk hal tersebut. Demi mimpinya, seorang remaja miskin di Malawi, Afrika, nekad melakukan hal-hal dianggap konyol oleh kebanyakan orang. Ia bahkan tidak menggubris ejekan orang lain tentang dirinya, sebab ia yakin, apa yang dilakukannya akan membawa perubahan.

Adalah William Kamkwamba, bocah Malawi, Afrika, yang tumbuh di sebuah kawasan miskin. Musim panas panjang yang melanda negeri itu tidak hanya membuat dirinya terpaksa angkat kaki dari sekolah, namun juga membuat sejumlah temannya meregang nyawa karena kelaparan.

Tersingkir dari bangku sekolah ternyata tidak membuat ia patah semangat. Sementara terus bekerja membantu orangtuanya, William terus belajar. Sejumlah buku fisika dan teknik listrik dari perpustakaan dilalapnya.

Meskipun banyak hal yang tidak ia mengerti, namun kemauan keras telah membuka jalan kepadanya untuk memahami hal-hal tersebut. Apa yang sebelumnya dipahami secara samar, dengan studi pustaka, hal itu menjadi lebih jelas.

Kesungguhan itu akhirnya membuahkan hasil. Ia berhasil mendirikan sebuah kincir angin yang menghasilkan tenaga listrik. Orang-orang yang semula menganggap William "tidak waras" akhirnya mengakui kehebatannya.

Sukses inilah yang mengantarkan William menghadiri konferensi TED (Technology, Entertainment and Design). TED adalah sebuah pertemuan tahunan dimana para penemu, ilmuan dan pencipta, berbagi gagasan dan ide.

Dari apa yang dialami William, kita dapat belajar bahwa keterbatasan dan kekurangan tidak selalu menghambat usaha atau mimpi seseorang. Sebaliknya kendala itu sesungguhnya mendorong seseorang untuk lebih kreatif.

Barang bekas, benda-benda rongsokan misalnya, dapat diubah menjadi benda-benda yang lebih berguna. Bagi William tujuannya adalah satu, membangun sesuatu yang ia percaya kelak dapat melepaskan keluarganya dari kemiskinan dan kelaparan.

Pencapaian William tidak diraih dengan mudah. Kewajiban untuk membantu orangtua di ladang, kemiskinan, dukungan yang minim dari orang-orang di sekitarnya, adalah bukti bahwa mimpinya sulit untuk dicapai. Namun, keinginan yang kuat telah membalikkan keadaan itu.

William pun menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di desanya. Ia tidak banyak bicara. Namun karyanyanyalah yang berbicara dan menunjukkan siapa William sesungguhnya.

Selain sepak terjang William, buku ini juga mengisahkan selintas mengenai Afrika secara antropologis. Kepercayaan tradisional Afrika ternyata menjadi salah satu penghambat kemajuan. Sihir dan tahayul lebih sering mendapatkan tempat lebih luas dalam jalan pikiran mereka ketimbang hal-hal yang rasional.

Sementara itu, dari dunia politik, diceritakan selintas dalam buku ini bagaimana lembaga-lembaga resmi di negeri itu telah melakukan korupsi yang tidak tanggung-tanggung. Akibatnya kemiskinan kian meluas. Pemerintah yang tidak memedulikan rakyatnya turut memperparah kondisi ini. Namun, mimpi dan semangat perubahanlah yang dapat merombak keadaan.***



lintasberita

Lanjut Baca

Buku The Virgin Blue - ulasan

The Virgin Blue (Biru Sang Perawan)
Tracy Chevalier
Lanny Murtiharjana (Terj.)
GPU – Juli 2006
360 Hal.

Perancis tahun 1500an, penuh dengan intrik-intrik yang berhubungan dengan agama. Seorang gadis bernama Isabelle du Moulin, tadinya hanya gadis biasa, anak seorang bidan. Saat rambutnya berubah menjadi merah, ia dipanggil La Rousse. Tadinya itu hanyalah panggilan biasa, tapi ketika seorang pendeta baru datang dan menyebarkan ajaran baru, Isabelle jadi dikucilkan, dianggap punya ‘hubungan batin’ dengan Sang Perawan. Ia harus menutup rapat-rapat rambutnya, agar tak sehelai pun rambut merahnya terlihat.

Karena hamil di luar nikah, Isabelle terpaksa menikah dengan Etienne Tournier. Keluarga Tournier adalah keluarga yang terpandang. Ayah Isabelle membenci mereka. Tinggal di rumah keluarga Tournier, tidak membuat Isabelle merasa tidak nyaman. Hampir semua bersikap memusuhinya, terutama ibu mertuanya, Hannah. Isabelle mempunyai 3 orang anak dari hasil pernikahannya dengan Etienne. Salah satunya perempuan, yang ia beri nama Marie – nama yang menjadi kontroversi pada masa itu.

Saat terjadi pembantaian besar-besaran, keluarga Tournier meninggalkan rumah dan lading pertanian mereka dan pindah ke desa lain.

Dan, selang 4 abad kemudian, Ella Turner pindah ke Perancis mengikuti suaminya yang ditugaskan di sana. Di Perancis, ia kerap merasa terasing. Karena di kota kecil itu, semua orang maunya berbahasa Perancis, dan meskipun berusaha berkomunikasi dengan bahasa Perancis yang masih belepotan, masih saja tidak ditanggapi dan malah dipandang sinis. Para penduduk kerap bergunjing dan mau tahu semua urusan orang lain. Ella menjadi merasa tidak nyaman.

Dari hasil korespondensi dengan kerabatnya, ia pun akhirnya mencari informasi tentang silsilah keluarganya, di mana ternyata nama Turner berasal dari nama Tournier. Dan, mulailah pencarian sejarah yang membawanya pada banyak perubahan. Dalam prosesnya, Ella berkenalan dengan seorang pustakawan, Jean-Paul.

Ella kerap mendapat mimpi-mimpi berwarna biru, biru yang sama seperti yang pernah dilihat Isabelle. Warna biru yang membawa malapetaka dan akhir yang tragis dari hidup anak perempuannya, Marie.

Biasanya gue tertarik membaca fiksi yang ada sejarah-sejarahnya sedikit. Tapi, entah kenapa, membaca buku yang gak terlalu tebal ini rada membuat gue bosan. Mungkin karena gue gak mencernanya dengan ‘sepenuh hati’, makanya gue juga agak gak menangkap inti cerita ini. Selain, bahwa banyak hal tabu di masa itu, bahwa orang lebih percaya takhayul ketimbang ajaran agama.

lintasberita

Lanjut Baca

Buku What I Love about Inacraft 2011 - ulasan



A batik handbag has been in my wish list for quite sometime. Actually now there are a lot of batik bags sold everywhere, but it takes time to find the right one. Out of the blue I saw this chic green batik handbag somewhere in a crowded booth of Inacraft 2011. It was love at the first sight. I love batik. I love green color. What a perfect combination *smile from ear to ear* :)

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Bonsai - ulasan


Bonsai is a different genre of novel. Written down by Pralampita Lembahmata and published by Gramedia on March 2011. It's not only a novel but it has more. It explores a complete history of Chinese people in Indonesia since long time a go. How they faced Dutch colonization, suffered during Japanese occupation, continued with some racial tragedy and still many more.

Although the novel is based on history but the author is good in telling the story. It is started from a Chinese family in current time and it will bring us back to the old time. Interesting. Despite feeling bored, you'll be curious to find out more about the book.

One thing to note is about bonsai, the mini plant. I just found out that bonsai is a special plant. It has high philosophy. It can live for hundred of years and can be inherited to your family. I remember there is a bonsai gallery nearby my home perhaps it's time for me to drop by very soon:)

Salute to the author and his (or her?) hard work of detail research. I just finished the book and felt full of new knowledge.

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Mediator #6: Twilight - ulasan


Suze sudah terbiasa menghadapi para hantu. Suze kan memang seorang mediator, dan berkomunikasi dengan para orang mati sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Jadi jelas dia tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada hantu: Jesse, hantu abad kesembilan belas yang tampan.

Saat Suze menyadari dia memiliki kekuatan untuk menentukan siapa yang akan menjadi hantu duluan, Suze mulai panik. Karena itu berarti dia bisa mengubah jalannya sejarah… dan mencegah pembunuhan atas diri Jesse, mencegahnya menjadi hantu gentayangan—dan mencegahnya bertemu Suze 150 tahun kemudian.

Jalan manakah yang akan dipilih Jesse: hidup tanpa Suze atau mati demi cintanya pada Suze? source: Gramedia.com


Kalau buku ke lima adalah roller coaster, maka buku ke enam adalah putaran terakhir sebelum akhirnya perjalanan panjang berakhir. Alur yang panjang, berkelok-kelok, namun terlewat dengan cepat segera menuju garis finish. Ada perasaan sedih mengetahui bahwa perjalanan yang seru dan menegangkan ini akhirnya akan selesai, namun tentu saja perasaan itu tergantikan oleh rasa puas yang didapatkan setelah perjalanan berakhir.


Buku Mediator #6 yang berjudul senja berlalu ini memang seri terakhir dari serial Mediator. Namun, tidak akan ada masalah bagi yang belum pernah membaca seri sebelumnya, karena masing-masing buku dapat berdiri sendiri-sendiri.

Diperebutkan oleh dua orang laki-laki yang superganteng mungkin menjadi impian banyak cewek, termasuk Suze. Akan tetapi kemudian dia sadar bahwa perkelahian dua lelaki untuk memperebutkan dia itu sama sekali ngga enak, apalagi jika yang seorang adalah seorang Mediator dan seorang lagi Hantu.

Suze akhirnya belajar bahwa, mempertahankan orang yang dicintai itu memang penting, namun lebih penting lagi jika melihat orang itu akhirnya bisa bahagia walaupun ngga bisa bersama. Karakter Suze yang meledak-ledak namun baik hati ini sebenernya menyeimbangkan karakter Paul yang berada di antara hitam dan putih. Cukup jengkel juga sih, Paul ingin mendapatkan Suze dengan cara yang salah dan ngga gentle. Ketidakjantanan Paul tentu saja sangat berbanding terbalik dengan karakter Jesse yang digambarkan layaknya seorang Gentleman abad 18 yang sangat menghormati wanita. Mungkin jika Paul dan Jesse seimbang dalam hal kejantanan, akhir ceritanya bisa berbeda.

Akhir yang cukup adil menurutku, baik untuk Suze, Jesse, maupun Paul. Ngga selamanya kita mendapatkan apa yang kita inginkan, namun paling tidak ada hikmah yang bisa kita petik dari sana. Salut untuk Meg Cabot, yang berhasil mendaratkan penumpangnya dengan baik dan teriring senyum. :)

Judul: Mediator: Senja Berlalu (Mediator #6)
Penulis: Meg Cabot
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Detail: 288 halaman, terbit April 2011
ISBN: 978-979-22-6941-3
Harga: Rp 40.000

lintasberita

Lanjut Baca
 
Copyright (c) 2010 Buku Bagus by Dunia Belajar