Buku Kitchen - ulasan | Buku Bagus

Buku Kitchen - ulasan

  • Senin, 23 April 2012
  • Katagori : , , , , ,
  • Kitchen
    by Banana Yoshimoto, Dewi Anggraeni (Translator)
    Paperback, 204 pages
    Published April 29th 2009 by KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) (first published 1988)
    ISBN139789799101730
    original titleキッチン
    literary awardsNihon University Department of Arts Prize (1986), Kaien magazine New Writer Prize (1987)

    Novel karya Banana Yoshimoto terdiri dari dua judul, Kitchen dan Moonlight Shadow. Secara umum, cerita tentang sepasang anak muda yang ditinggal orang terdekat, dan berusaha bangkit dari bayang-bayang kesepian dan rasa kehilangan itu.



    KITCHEN
    Kitchen bercerita tentang seorang gadis muda di Tokyo, Mikage, yang ditinggalkan oleh kematian neneknya. Ia sebatang kara, hingga ia bertemu dengan Yuichi Tanabe di pemakaman neneknya. Yuichi adalah seorang pekerja paruh waktu di toko bunga favorit neneknya. Pemuda itu sangat mengenal nenek Mikage, dan ia mengajak Mikage ke rumahnya. Mikage terpesona dengan rumah Yuichi, terlebih pada dapurnya yang bersih. Selain itu ia menyukai sofa rumah keluarga itu. Yuichi tinggal bersama orangtua tunggalnya ibu/ayah nya bernama Eriko/Yuji. sesungguhnya adalah Ayahnya, yang menjadi waria sepeninggal ibu Yuichi, dan bekerja di sebuah klub malam di Tokyo.

    Eriko digambarkan sebagai wanita yang cantik. Mikage sangat mengaguminya, karena kecantikan dan bijaknya. Suatu kesempatan Eriko berkata pada Mikage, kurasa siapapun yang sungguh-sungguh ingin mandiri sebaiknya mencoba merawat sesuatu, entah anak atau tanaman. Soalnya, kita jadi mengerti keterbatasan yang kita miliki. Dari situlah hidup bermula (Hlm 53). Mikage tinggal bersama keluarga itu, dan tempat favoritnya di rumah itu adalah dapur dan sofa. Baginya itulah sedikit pengganti rasa kehilangan yang membuat hidupnya sejenak lebih bersemangat. Yuichi memberikan komentar akan kebiasaan Mikage yang suka tidur di sofa,
    ...sejak dulu aku senang kalau ada orang yang menginap tidur di sofa ini. Meski berada di rumah sendiri, aku merasa seperti orang yang sedang melakukan perjalanan jauh...(Hlm 85).


    Ternyata satu kebersamaan mengancam hubungan lain, seorang perempuan muda lain merasa terganggu dengan kehadiran Mikage di rumah Yuichi. Suatu ketika, ia melabrak Mikage, Kamu hanya suka mencicipi bagian yang menyenangkan dari percintaan, terus menerus memamerkan keperempuananmu di hadapannya. Akibatnya Tanabe menjadi orang yang tanggung. Memang praktis kan, kalau kamu tetap menempel padanya dalam hubungan tanpa status? Tapi bukankah yang disebut dengan percintaan adalah ketika kedua belah pihak saling mengurus satu sama lain? Sementara kamu mangkir dari semua beban berat itu, memasang ekspresi tenang, dan bersikap seolah-olah memahami semuanya..(hlm 97)

    Bagaimana memaknai kehilangan? mungkin sesuatu yang tidak bisa dikembalikan lagi seraya berharap bahwa ada keajaiban seperti yang ada di film-film dimana ada 'penundaan' kematian. Sesuatu yang tampaknya tidak masuk akal, namun punya pemaknaan yang berbeda bagi tiap orang, termasuk kehilangan dari versi sang Ayah (Ibu) Yuichi yang mengingat kematian istrinya, ...Sambil memeluk tanaman ini, tubuhku gemetar. Dalam hati aku berpikir; di dunia ini,tidak ada lagi makhluk yang bisa saling memahami selain aku dan nanas ini. Sambil memejamkan mata seolah-olah berusaha menahan gempuran angin dingin, aku merasa aku dan nanas itu merasakan kesepian yang sama...Istri yang selama ini menjadi tempat berbagi telah akrab dengan kematian , dibandingkan aku dan nanas itu (Hlm 109).

    Suatu kejadiaan, Eriko dibunuh oleh seorang pelanggan bar. Tidak hanya Yuichi dan Mikage yang ikut bersedih, tetapi juga, Chika, teman Eriko di bar. Penyampaian luapan-luapan emosi pada karakter Chika menunjukkan sisi kemanusiaan yang rasional, Aku kesepian Mikage. Kenapa semua menjadi begini? Tuhan ada atau tidak sih? Aku tak akan pernah bisa bertemu Eriko lagi (hlm 116).

    Yoshimoto memilih kalimat-kalimat yang bijak, yang saya rasa bersumber dari pemikiran yang dalam atau mengutip dari seseorang. Saya memilih beberapa kalimat ini dari Mikage:

    "..Menurutku, manusia tidak dikalahkan pleh situasi atau kekuatan dari luar. Kekalahan justru menggerogoti dari dalam." (hlm 125)

    Manusia bisa memilih satu di antara begitu banyak jalan. Mungkin akan lebih tepat jika dikatakan bahwa momen untuk memilih jalan itu tak ubahnya seperti menyaksikan mimpi. Aku pun mengalami itu. Namun sekarang aku mengerti sehingga bisa mengungkapkannya dengan kata-kata." (Hlm 132)

    "Aku tahu. Kristal bercahaya yang berisi masa-masa menyenangkan tiba-tiba terbangun dari tidur panjang di dasar ingatan, dan kini mendorong kami. Bagaikan embusan angin baru, kesegaran hari-hari yang harum itu terlahir kembali di dalam hatiku dan aku menghirupnya. Aku punya kenangan tentang keluarga." (Hlm 135).

    dan akhirnya, kalimat inilah yang menjadi kata-kata pembakar semangat serta meraih mimpi bersama:
    "...Hei, Yuichi.Aku tidak mau kehilangan kamu. Selama ini kita selalu kesepian, tapi tak pernah kita hiraukan perasaan kita. Kematian adalah sesuatu yang berat. Kita masih muda dan seharusnya belum perlu tahu tentang hal itu, tapi mau tidak mau kita harus begitu...Dan nanti jika masih bersama-sama denganku, mungkin kau akan menyaksikan hal-hal yang menyedihkan, menyebalkan, buruk. Tapi kalau kau tidak keberatan, kita bisa bersama-sama menghadapi apa saja, baik yang jauh lebih menyusahkan maupun menyenangkan. Aku ingin kau memutuskan itu setelah perasaanmu lebih baik. Pikirkan masak-masak dan manfaatkan waktumu, ya?...(Hlm 137).


    MOONLIGHT SHADOW

    dibanding cerita sebelumnya, Moonlight Shadow lebih "menurun". Tema yang diceritakan tetap sama. Kehilangan karena kematian, namun kali ini kematian seorang kekasih dan saudara kandung. Satsuki kehilangan seorang kekasih, Hitoshi. Ia bersama dengan Shu, adik Hitoshi, juga mengalami kehilangan orang dekatnya. Shu kehilangan seorang kakak laki-laki dan kekasih sekaligus. Pacar Shu bernama Yumiko. ia seorang gadis cantik bertubuh pendek, sebaya dengan Shu dan pandai bermain tenis.Karena usia tergolong dekat, mereka berempat berteman akrab dan sering sekali pergi bermain bersama. Karena sekalian akan pergi keluar, malam itu Hitoshi mengantarkan Yumiko, yang waktu itu berada di tempat Shu, sampai di stasiun dengan menggunakan mobilnya. Di tengah perjalanan terjadi kecelakaan.

    Suatu peristiwa terjadi yang biasanya diistilahkan magical realism terjadi di sini. Percaya tidak percaya bahwa Satsuki melihat Hitoshi-yang tadinya sudah meninggal- di seberang sungai seraya melihatnya. Tidak lama, lambat laun Hitoshi mengabur dan menghilang. Apakah suatu kebetulan Satsuki bertemu dengan Urara yang membawanya ke sungai, dan bertemu dengan Hitoshi di sana.

    Urara memberi satu nasihat kepada si gadis muda mengenai pelajaran hidup:

    ..Karena batasan yang dimiliki seseorang tidak akan berubah. Segala sesuatu tentu akan berulang dan mungkin penderitaan yang sama seperti sekarang akan datang lagi, tapi jika bersikap tabah, penderitaan itu bisa ditangani. Begitulah mekanismenya. Mungkin kita akan jadi enggan menghadapi masalah, tapi kalau menerima masalah sebagai bagian dari hidup, penderitaan tidak lagi terasa sakit, kan?" (hlm 186)

    Mungkin inilah model magical realism bahwa ada kebetulan yang sedang dan akan terjadi.
    Urara berkata pada Satsuki, ...dengan perbandingan satu kali dalam 100 tahun, kebetulan-kebetulan akan tumpang tindih dan ada kemungkinan kejadian itu bisa dilihat. Tempat dan waktu belum diputuskan. Orang yang mengetahuinya menyebutnya sebagai fenomena Tanabata. Dan hal itu hanya bisa terjadi di sungai besar. Tidak semua orang bisa melihatnya. ketika pikiran tentang orang yang sudah meninggal masih tersisa dan kesedihan yang ditinggalkan merespons dengan baik, maka pemandangan itu akan terlihat... (Hlm 196)

    Kedua cerita dalam novel ini ini cukup bagus menyajikan bagaimana perasaan, kata hati dan tingkah laku dari pribadi yang mengalami kehilangan orang terdekat. Sorot utamanya adalah dari sisi seorang wanita belia yang melihat dunia langsung suram tanpa ada harapan menjalaninya. Novel ini bagus dengan kata-kata bijaknya. Yoshimoto menyisipkan pandangan-pandangannya tentang hidup dari sisi berbeda. Namun sayangnya, cerita Moonlight mengalami antiklimaks. Pembaca sedikit bosan dengan penyampaian yang berulang bahwa si tokoh utama kehilangan kekasih, dan adiknya kehilangan kakak dan kekasih. Namun, dengan membaca buku ini, sedikit banyak tau tentang budaya orang muda Jepang.

    Empat bintang saja deh,

    ----------------
    Banana Yoshimoto adalah nama pena dari Mahoko Yoshimoto (吉本 真秀子 ), Putri Takaaki Yoshimoto, seorang filsuf yang berpengaruh di Jepang. Ia lahir Tokyo pada 24 Juli 1964. Dia lulus dari Universitas Nihon's Art College, jurusan Sastra. Selama waktu itu, ia mengambil nama samaran "Banana" karena cinta pada bunga pisang(??). Saudara perempuan Yoshimoto, Haruno Yoiko, kartunis terkenal di Jepang.

    Pekerjaan penulisan pertamanya, Moonlight Shadow, ditulis ketika ia bekerja sebagai waitress in Tokyo, kebanyak ketika ia beristirahat atau pada saat menenangkan antara pelanggan. Moonlight Shadow meraih penghargaan Izumi Kyoka Prize pada 1986. Dan Kitchen, memenangkannya pada Umitsubame First Novel Prize. Kitchen telah dicetak 60 kali di Jepang dan telah diterjemahkan ke lebih 20 bahasa di dunia.

    Di luar Jepang, ia dianugerahi beberapa penghargaan di Itali; Literary Prize Scanno pada Juni, 1993 dan Fendissime Literary Prize pada Maret,1996 and Literary Prize Maschera d' argento pada November, 1999.

    @hws 22122010

    lintasberita

    0 komentar:

    Posting Komentar

     
    Copyright (c) 2010 Buku Bagus by Dunia Belajar