Batik, Sebuah Lakon
“Dalam Bahasa Jawa ada sebuah ungkapan yang sangat indah: nunggak semi. Artinya, bersemilah, tumbuh dan berkembanglah, tetapi tetap berpangkal pada pokok atau batang utama. Saya berusaha selalu menerapkan makna bijak ini dalam langkal saya melakoni batik!” [h. 225]
Iwan Tirta adalah sosok “saya” pada kalimat di atas. Bagi orang yang terbiasa dengan dunia fashion atau batik pasti kenal dengan pria yang telah berusia lebih dari 70 tahun ini. Tapi bagi saya yang sangat buta dengan dunia fashion, nama Iwan Tirta baru-baru ini saya kenal.
Menarik. Saya suka dengan covernya elegan yang bernuansa Jawa, dengan background berwarna coklat tua. Bagian sampul ini dilengkapi gambar wayang, dengan bagian bawahnya yang dipenuhi dengan hamparan kain batik. Cantik! :) Sayang sekali saya tidak mendapatkan gambar sampul buku ini saat melakukan searching.
Rasa takjub tidak hanya berhenti pada bagian cover, tetapi berlanjut dengan foto-foto yang diambil dengan sangat apik. Batik adalah subyek foto yang hampir memenuhi buku ini… Subhanallah. Sebenarnya saya lumayan sering melihat foto batik, lewat jeng google. Namun, kali ini foto kain batik terlihat lebih dan lebih jelas, sekaligus menonjolkan detail-detail dari ragam hias yang memang selalu ditonjolkan dalam kain batik. Kali ini benar-benar beautiful!
Okey, berhenti mengagumi sampul depan dan foto-foto di sana…
Iwan Tirta, sosok inilah yang diangkat dalam buku bergenre memoir ini. Sungguh, saya dibuat kagum dengan pengetahuan dan dedikasinya dengan kain batik. Bahkan studi hukum yang sudah dilakoninya hingga S3, dan status sebagai dosen Universitas Indonesia, rela dilepasnya untuk lebih menggeluti kain yang telah diresmikan UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia.
Batik yang memiliki berbagai unsur ragam hias dan keelokan filosofi budaya bangsa, mempesona pria yang memiliki nama asli Nursjirwan Tirtaamidjaja. Salah satu penelitiannya terhadap tarian Bedaya, semakin mengukuhkan kecintaannya dengan Batik. Dari buku ini mengalirkan kisah perjalanan Iwan Tirta dari kisah masa kecilnya yang memang akrab dengan batik, menjadi sosok desainer batik hingga langsung menerjunkan diri menjadi seorang pembatik.
Really like this book!
Dari buku ini saya tidak hanya disuguhi kisah perjalanan Iwan Tirta, tetapi juga sejarah dan budaya Jawa seperti seni wayang, seni tari Bedaya, teknik membatik, sejarah dan filosofi di balik sebuah ragam hias batik. Bahkan buku ini juga dirancang dengan pola seperti pertunjukan wayang. Mulai dari Talu [Pembuka], Adeg Jejer [Keraton], Adeg Sabrang [Pengaruh-pengaruh luar], Gara-gara [Kemelut] dan diakhiri dengan Tancep Kayon [Penutup].
Saya benar-benar menikmati buku yang satu ini. Selain karena perjalanan hidup dan profesi Iwan Tirta yang pantang menyerah dan berdedikasi terhadap batik, buku yang berukuran besar ini juga memperkaya wawasan saya dengan budaya Jawa dan batik.
Satu hal yang masih selalu digaris-bawahi dan menjadi permasalahan yang tidak hanya disampaikan dalam buku ini, yaitu kepedulian generasi dengan kekayaan batik yang semakin menyusut dari waktu ke waktu.
Judul : Batik, Sebuah Lakon
Penulis : Iwan Tirta
Penyunting : Jenny A. Kartawinata
Konsultan Desain: Sita Subyakto Warman
Foto: Denny Herliyanso, Wijayanti Kusumawardini, Dokumentari Iwan Tirta, Dokumentasi Femina Group
Penerbit : PT. Gaya Favorit Press
Terbit : 2009
Tebal : 278 halaman
Genre : Memoar
Katagori :
artikel resensi,
buku,
buku bagus,
buku resensi,
inspirasi,
memoar,
motivasi,
non fiksi,
otobiografi,
pinjam,
resensi buku,
review,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar