Judul: Live Through This; Kekuatan Cinta Seorang Ibu
Penulis: Debra Gwartney
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit: Mahda Books
Cetakan: I, Agustus 2009
Tebal: 351 hlm.
-----------------------
Kemarahan para nabi itu seperti kemarahan para ibu,
Kemarahan yang dipenuhi kasih sayang bagi anaknya tercinta
Sebab tidak ada ibu yang memarahi anaknya hanya untuk mendapatkan kesenangan,
Melainkan untuk membantunya mengerti.
Akankah dia membiarkan anaknya berlumuran darah jika dia tidak tahu
Bahwa sedikit rasa sakit dapat mendatangkan kebaikan pada anak itu?
(Jalaluddin Rumi)
Siapakah yang selalu mengingat kita dalam doa panjangnya dan mengkhawatirkan kita pula di sepanjang waktu. Belaian kasih sayangnya begitu tulus mengiringi setiap jengkal langkah kita. Siapakah yang dalam malam - malam panjangnya setia menjaga dan terjaga untuk kita di kala kecil dulu. Dialah sang ibu yang segenap jiwa dan raganya ia baktikan demi kebahagiaan anak-anaknya. Inilah sebuah buku memoar yang berisikan lika-liku hidup dan perjuangan seorang ibu yang ingin menyelamatkan anak-anaknya dari kehidupan brutal di jalanan.
Seorang ibu dari empat putrid—Amanda, Stephanie, Mary, dan Mollie—menjadi single parent karena gagal mempertahankan keharmonisan pernikahannya. Ia bercerai dengan suaminya yang telah lama dikenal sebagai teman mahasiswa di masa-masa kuliah. Sejak itu sang ibu yang tak lain adalah penulis buku ini, harus mengambil alih semua tugas sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk putri-putrinya.
Namun perceraiannya itu justru menyulut kemarahan dan pemberontakan dua putri sulungnya, Amanda dan Stephanie, gadis berumur 14 dan 12 tahun, yang nekad kabur dari rumah dan berkeliaran di jalanan. Mereka bergabung dengan para gelandangan yang memberi mereka kemudahan untuk mendapatkan bir, narkoba, tinta untuk tato, cat rambut dengan segala macam warna, dan sudut-sudut paling tepat untuk memperoleh uang dari orang tak dikenal.
Pada mulanya sang ibu mengira bahwa pemberontakan putrinya hanyalah bagian dari fase yang secepatnya akan berlalu dengan beberapa koreksi. Namun semakin lama mereka semakin dalam terlibat dengan kelompok-kelompok punk di kota-kota.
Malam demi malam Amanda dan Stephanie sudah tidak lagi pulang ke rumah. Mereka tidur dan tinggal di sudut-sudut kota yang disinggahinya. Melompat dari satu kereta ke kereta dan keluar-masuk distrik sampai ke kota Tenderloin di San Francisco, di mana narkoba lebih dekat dan amat mudah mereka dapatkan.
Bagaimana sang ibu harus berjuang menyelamatkan putri-putrinya dan membawa mereka kembali pulang ke rumah? Live Through This merupakan lukisan tentang usaha habis-habisan Gwartney untuk menemukan kembali putri-putrinya yang begitu dicintainya. Gwartney begitu lihai mengemas detail cerita di dalam buku ini menjadi episode-episode sejarah masa lalunya yang sarat dengan tantangan dan pengorbanan.
Sepanjang tahun-tahun kehilangan putrinya itu, ia tak henti-hentinya melakukan pencarian, menyisir jalan sampai menjelajahi tempat-tempat penampungan remaja dan kantor-kantor polisi dengan membawa foto mereka.
Di tengah kesibukannya karena tuntutan kerja, sang ibu tetap bertekad mencari Amanda dan Stephanie sampai ke pelosok-pelosok negeri mana pun. Berbagai terapi dan metode ia jalankan. Karena kekhawatiran terus menyergapnya. Bagaimana pun ia tak akan pernah bisa membiarkan putri-putrinya menderita di luar sana. Dan bagaimana pun juga ia tak akan pernah membiarkan putrinya kena pukul, ditusuk, disayat, diperkosa, atau pun dibunuh di luar sana.
Buku ini menjadi gambaran nyata cinta kasih seorang ibu kepada anak-anaknya. Ibulah yang setiap saat selalu memastikan rasa aman bagi anak-anaknya, menanyakan keberadaan anak-anaknya setiap kali jauh darinya. Akan tetapi di balik semua itu seorang anak kerap kali menyakiti hatinya, dan membiarkannya terlunta.
Oleh karenanya, buku ini ditulis sebagai persembahan untuk putri-putrinya yang pada akhirnya kembali menjalani hidup secara normal. Buku ini pun dapat menjadi pelecut bagi setiap anak yang begitu mudah mengabaikan cinta dan pengorbanannya. Dari sini pula, kita dapat belajar darinya tentang kegigihan, ketabahan, dan kesabaran seorang ibu. []
M. Iqbal Dawami, penikmat buku, tinggal di Yogyakarta
Cinta Sepanjang Hayat
Katagori :
artikel resensi,
buku,
buku bagus,
buku resensi,
penerbit buku,
resensi buku,
ulasan buku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar