Tampilkan postingan dengan label penerbit islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penerbit islam. Tampilkan semua postingan

Buku Kunci Kunci Rizqi Menurut Al Qur'an dan as Sunnah - Resensi Islam

:: Ringkasan Buku ::

Judul asli : Mafatihur Rizq Fi Dhau'il Kitab wa Sunnah
Penulis : Dr. Fadhl Ilah
Edisi Indonesia : Kunci Kunci Rizqi Menurut Al Qur'an dan as Sunnah
Penerjemah : Ainul Haris Arifin, LC
Penerbit : Darul Haq - Jakarta
Cetakan : VII, Juni 2004 M
Halaman : xii + 102

Buku ini menerangkan tentang sebab sebab turunnya rizqi. Tidak semua sebab sebab turunnya rizki dituliskan oleh sang penulis buku. Tetapi hanya sebagiannya saja yang dia dimudahkan oleh Allah Jalla wa 'Ala untuk mengumpulkannya. Dalam buku tersebut diterangkan sepuluh pasal yang menjadi sebab turunnya rizki. Yaitu :

1. Istighfar dan taubat
2. Taqwa
3. Bertawakkal kepada Allah
4. Beribadah kepada Allah sepenuhnya
5. Melanjutkan haji dengan umrah atau sebaliknya
6. Silaturrahim
7. Berinfak di jalan Allah
8. Memberi nafkah kepada orang orang yang sepenuhnya menuntut ilmu syariat (agama)
9. Berbuat baik kepada orang orang lemah
10.Hijrah di jalan Allah

Pada ringkasan buku ini, saya kutipkan sebagiannya yang ada di buku tersebut dan tentunya juga dengan meringkasnya. Inilah dia..

[ISTIGHFAR DAN TAUBAT]
----------------------
Dalil syar'i bahwa istighfar dan taubat termasuk kunci rizki.

Yaitu apa yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang Nuh Alaihi salam yang berkata kepada kaumnya,

"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak anakmu dan mengadakan untukmu kebun kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai sungai'." (Nuh : 10 - 12).

Imam Al Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasannya ia berkata: "Ada seorang laki laki mengadu kepada Al Hasan Al Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!"
Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!"
Yang lain berkata lagi kepadanya, "Do'akanlah (aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!" Maka beliau mengatakan kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!"

Dan yang lain mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, "Beristighfarlah kepada Allah!" (hal. 14).

Dalam hadits diterangkan,

"Barang siapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tiada disangka sangka." (Al Musnad no. 2234, 4/55-56).

Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang
memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki, yang Memiliki kekuatan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terbetik dalam hatinya.

[ T A Q W A ]
-------------
Dalil syar'i bahwa taqwa merupakan kunci rizki.

"Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka sangkanya." (Ath Thalaq: 2-3).

"Jikalau sekiranya penduduk negeri negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri." (Al A'raf: 96).

Menafsirkan firman Allah (yang artinya)
"Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai berkah dari langit dan bumi", Abdullah bin Abbas mengatakan: "Niscaya Kami lapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan Kami mudahkan bagi mereka untuk mendapatkannya dari segala arah." (Tafsir Abu As Su'ud, 3/253). (hal. 25).

[BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH]
--------------------------
Dalil syar'i bahwa bertawakkal kepada Allah termasuk kunci rizki.

Imam Ahmad, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha'i dan Al Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

"Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung burung. Mereka berangkat pagi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."

Allah berfirman,
"Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu." (Ath Thalaq: 3)

APAKAH TAWAKKAL ITU BERARTI MENINGGALKAN USAHA?
-----------------------------------------------
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki laki yang hanya duduk di rumah atau masjid seraya berkata, 'Aku tidak mau bekerja sedikit pun, sampai rizkiku datang sendiri'. Maka beliau berkata, ia adalah laki laki yang tidak mengenal ilmu. Sunnguh Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku melalui panahku."

Dan beliau bersabda:
"Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar benar tawakkal, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikan Nya kepada burung burung berangkat pagi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang."

Dalam hadits tersebut dikatakan, burung burung itu berangkat pagi pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari rizki.
Selanjutnya Imam Ahmad berkata: "Para shahabat juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita." (Fathul Bari, 11/305 - 306). (Hal. 36-37).

[SILATURRAHIM]
--------------
Dalil syar'i bahwa silaturrahim termasuk kunci rizki.

"Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya) maka hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturrahim." (HR. Bukhari, Kitabul Adab, no. 5985, 10/415).

"Belajarlah tentang nasab nasab kalian sehingga kalian bisa menyambung silaturrahim. Karena sesungguhnya silaturrahim adalah (sebab adanya) kecintaan terhadap keluarga (kerabat dekat), (sebab) banyaknya harta dan bertambahnya usia." (Al Musnad, no. 8855).

[BERINFAK DI JALAN ALLAH]
-------------------------
Dalil syar'i bahwa berinfak di jalan Allah adalah termasuk kunci rizki.

"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik baiknya." (Saba': 39).

Maka, barangsiapa berinfak berarti dia telah memenuhi syarat untuk mendapatkan ganti. Sebaliknya, siapa yang tidak berinfak maka hartanya akan lenyap dan ia tidak berhak mendapatkan ganti. Hartanya akan hilang tanpa ganti, artinya lenyap begitu saja.

Dalil lain adalah hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Nabi shallallahu'alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya:
"Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rizki) kepadamu." (Shahih Muslim, kitab Az Zakah, no. 36 (993), 2/690-691).

[PERSONAL VIEW]
---------------
Buku ini memuat sebab sebab turunnya rizki yang perlu sekali diketahui oleh kaum muslimin. Buku ini mengungkap bagaimana agar Allah berkenan memberikan rizki kepada kita. Sebagai contoh yang menarik untuk kita garisbawahi nasehat Al Hasan Al Bashri ketika ada orang yang mengeluh tentang kekeringannya, kemiskinannya dan keinginannya untuk mempunyai anak. Al Hasan Al Bashri menasehatinya untuk bertaubat dan beristighfar berdasar firman Allah Jalla wa 'Ala dalam Surat Nuh. Hal hal seperti inilah yang banyak kaum muslimin tidak / belum mengetahuinya. Dengan membaca buku ini kita jadi mengetahui jalan jalan agar Allah menurunkan rizkinya kepada kita.

Semoga ringkasan ini bermanfaat buat kaum muslimin. Dan saya berharap semoga Allah menjadikan rizkiku melalui penaku..

Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 4 Desember 2006

Chandraleka
Independent IT Writer

lintasberita

Lanjut Baca

Buku :: Ketika Allah Berkehendak Lain :: - Resensi Islam

:: Ketika Allah Berkehendak Lain ::

Judul : Ketika Allah Berkehendak Lain
Pengarang : Anas bin Muhammad As Salim
Penerjemah : Ust. Abu Ihsan Al Atsari
Penerbit : At Tibyan - Solo
Halaman : 172 halaman

"Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (At Taghaabun : 11).

Demikian buku ini membuka dirinya dengan mengutip ayat Al Qur'an.

Buku ini mengajarkan kepada kita tentang sabar dan keridhaan atas kehendak Allah Jalla wa 'ala. Berisi tentang ayat ayat tentang kesabaran, hadits hadits yang berbicara mengenai kesabaran, dan ucapan shahabat dan salafus shalih tentang ridha dan sabar. Kemudian berlanjut dengan kisah kisah yang penuh hikmah dan nasihat seputar kesabaran dan keridhaan atas kehendak Allah.

Inilah kutipan sebagiannya dengan meringkas.

[Ayat Ayat yang Berbicara Tentang Kesabaran]
--------------------------------------------
"Hai orang orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (Q.S. Ali Imran : 200).

"Hai orang orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar." (Q.S. Al Baqarah: 153).

"Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S. An Nahl: 96).

"Sesungguhnya hanya orang orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas." (QS. Az Zumar: 10).

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar, (yaitu) orang orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : 'Innaa lillahi wa inna ilaihi raaji'uun'. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah : 155 - 157).

[Hadits Hadits yang Berbicara Tentang Kesabaran]
------------------------------------------------
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya." (HR. Muslim no. 2999).

"Tidaklah seorang muslim tertimpa kesulitan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan dan duka cita sehingga duri yang menusuknya kecuali Allah akan menjadikan itu semua sebagai penghapus dosa dosanya." (HR. Bukhari (X/5641 dan 5642) dan Muslim (2573) ).

"Sesungguhnya besarnya pahala ditentukan oleh besarnya ujian. Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan." (HR. Bukhari lihat Fathul Baari XI / 6464).

[Ucapan Sahabat dan Salafus Shalih Tentang Ridha dan Sabar]
-----------------------------------------------------------
Umar bin Al Khaththab radhiyallahu'anhu berkata: "Sesungguhnya kebaikan itu seluruhnya ada pada keridhaan. Dan jika engkau tidak bisa ridha maka bersabarlah." (Nadhratun Na'im 2133 dan Tahdzib Madaarijus Salikin II/185).

Ibnul Qayyim berkata: "Buah keridhaan adalah kegembiraan dan kebahagiaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala." (Nadhratun Na'im 2124, Ibnu Abid Dunya dalam At Taqwa).

Hudzaifah berakta: "Sesungguhnya tidaklah Allah menciptakan sesuatu melainkan bermula dari kecil kemudian membesar kecuali musibah. Allah menciptakannya bermula dari besar kemudian mengecil." (Bahjatul Majaalis wa Unsul Majaalis III/352).

Al Fudheil bin Iyadh berkata: "Ridha lebih afdhal daripada zuhud terhadap dunia. Karena orang yang ridha tidak berangan angan sesuatu yang melebihi kedudukannya." (Ghidzaa'ul Albaab Syarah Manzhumatul Adaab II/417).

Abu Utsman pernah ditanya tentang sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam:
"Aku memohon kepada Mu keridhaan sesudah qadha' (ketetapan Allah)."
Ia menjawab: "Karena ridha sebelum qadha' masih berupa azam untuk ridha, sementara ridha sesudah qadha' itulah sebenar benarnya ridha." (Ghidzaaul Albaab Syarah Manzhumatul Adaab II/417).

[Kisah Wafat Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam]
-----------------------------------------------
Ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam wafat dan Abu Bakar mendengar berita duka tersebut ia segera datang dengan mengendarai kudanya dari tempatnya di As Sunhi. Begitu sampai beliau langsung masuk masjid dan tidak berbicara kepada siapapun hingga masuk menemui 'Aisyah dan mendatangai jenazah Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam yang ditutupi kain beludru hibarah. Abu Bakar menyingkap penutup wajah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam kemudian bersimpuh mencium beliau kemudian menangis. Ia berkata:

"Ayah dan ibuku jadi tebusannya, Allah tidak akan mengumpulkan dua kematian atasmu, adapun kematian yang telah ditetapkan atasmu engkau telah menjalaninya." (Diriwayatkan olah Al Bukhari).

Kemudian Abu Bakar keluar sementara Umar radhiyallahu'anhu sedang berbicara kepada orang banyak. Abu Bakar radhiyallahu'anhu berkata: "Duduklah hai Umar!" Namun Umar menolak duduk. Maka orang banyakpun mengalihkan pandangan mereka kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata:

"Amma ba'du, siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan barangsiapa menyembah Allah maka Allah adalah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati."

Allah Ta'ala berfirman:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad). Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran: 144).

Ibnu Abbas berkata: "Demi Allah, seolah olah orang banyak tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat tersebut hingga Abu Bakar membacakannya. Maka orang orang pun menerima ucapan Abu Bakar. Tidak aku dengar seorangpun melainkan ia membacanya."

Ibnul Musayyib berkata: "Umar berkata: "Demi Allah, seolah aku baru tahu ayat itu ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Akupun terkulai lemas sehingga dua kakiku tak mampu menopang tubuhku. Hingga aku jatuh ke lantai ketika aku mendengar Abu Bakar membacakannya. Barulah aku sadari bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam benar benar wafat." (Ar Rahiqul Makhtum hal. 452).

[Beberapa Contoh Keridhaan Para Shahabat dan Salafus Shalih]
------------------------------------------------------------
*Al Fudheil bin Iyadh Saat Kematian Anaknya*

Abu Ali rahimahullah berkata: "Aku menyertai Al Fudheil bin Iyadh rahimahullah selama tiga puluh tahun. Aku tidak pernah melihat beliau tertawa dan tersenyum kecuali pada hari kematian Ali rahimahullah, anaknya.

Aku bertanya kepadanya: "Apa ini?"

Ia berkata: "Sesungguhnya Allah menyukai suatu urusan dan aku menyukai apa yang disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala, wa inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." (Kasyful Kurbah 'Inda Faqdil Ahibbah).

*Empat perkara yang meringankan musibah*
Bazarjamhar ditanya tentang keadaannya pada saat menghadapi musibah. Ia berkata:

"Aku melakukan empat perkara:
Pertama, aku katakan ini adalah qadha dan takdir yang harus terjadi.
Kedua, aku katakan jika aku tidak bersabar apa lagi yang bisa kulakukan?
Ketiga, aku katakan bisa saja yang terjadi adalah musibah lain yang lebih besar daripada musibah ini.
Keempat, aku katakan mudah mudahan kemudahan akan segera datang." (Al Mustathraf fi kulli fannin mustazhraf I/340).

[PERSONAL VIEW]
----------------------
Ada baiknya seorang muslim berbaik sangka kepada Allah terhadap musibah yang menimpanya. Dan kita pun perlu bersyukur karena dibalik musibah itu insya Allah ada pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar. Tentu saja ada hikmah yang juga besar dibalik musibah itu. Suatu contoh. Mungkin pernah kita dengar seseorang yang dipecat dari perusahaan tempatnya mencari nafkah. Yang memaksanya untuk membuat usaha sendiri. Di kemudian hari dia menjadi seorang pengusaha yang sukses.
Tentunya banyak kisah kisah lain yang terjadi di sekeliling kita yang bisa diambil hikmahnya.

Kita mempunyai harapan dan keinginan, tetapi Allah dengan sifat Nya Yang Maha Penyayang, menghendaki yang lain. Suatu saat insya Allah bisa kita pahami hikmah dari musibah yang menimpa kita. Di saat itu kita bisa sadar penjagaan Allah buat kita. Kita bisa sadar kasih sayang Allah kepada hamba Nya. Mungkin sambil menangis haru kita bisa berkata lirih,

"Ya Rabb, jangan tinggalkan kami..."

Ringkasan ini dibuat oleh Chandraleka
Di Depok 23 November 2006

Wassalamua'alaikum

Chandraleka
Independent IT Writer

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Ikhlas - Syarat Diterimanya Ibadah - Resensi Islam

.. Ringkasan Buku ...
http://buku-ok.blogspot.com

Judul : Ikhlas - Syarat Diterimanya Ibadah
Penulis : Husain bin 'Audah al 'Awayisyah
Penerjemah : Beni Sarbeni
Pengedit Isi : Arman bin Amri, Lc
Penerbit : Pustaka Ibnu Katsir
Cetakan : Kedua - Januari 2006
Halaman : xviii + 242

Upaya untuk menjadikan suatu ibadah yang kita lakukan itu bernilai ikhlas
hanya untuk Allah merupakan perkara yang tidak mudah. Bahkan lebih berat
daripada amal ibadah itu sendiri. Padahal keikhlasan merupakan salah satu
syarat diterimanya suatu ibadah sebagaimana banyak diterangkan dalam ayat Al
Qur'an dan hadits Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam. Bisa jadi pada saat
kita beribadah, kita telah mengikhlaskan segalanya untuk Allah. Tetapi di
lain waktu, karena terdorong riya' kita pun membeberkan ibadah yang telah
kita sembunyikan untuk Allah semata. Hanya kepada Allah kita meminta
pertolongan.

Buku ini menerangkan banyak hal kepada kita. Agar kita bisa beramal dengan
ikhlas dan menghindari dari sifat riya'. Simaklah persyaratan agar amal
diterima Allah; Perintah untuk ikhlas dan peringatan agar terhindar dari
riya'; Renungkan pula apa yang dimaksud dengan mengosongkan hati hanya untuk
Allah semata. Perlu juga Anda ketahui macam-macam riya' dan kesalahan
sebagian masyarakat yang menganggap suatu amal sebagai riya' padahal bukan
riya', atau yang dianggap ikhlas padahal bukan ikhlas. Dengan memahami buku
ini semoga Anda bisa mengetahui bagaimana caranya agar dapat beramal secara
ikhlas hanya untuk Allah semata.

Berikut saya kutipkan sebagian dari buku tersebut dengan meringkasnya.

[MACAM-MACAM RIYA']
--------------------
1. Riya' badan
Yaitu dengan memperlihatkan badan yang kurus dan pucat agar orang lain
melihat bahwa dia adalah orang yang rajin dalam beribadah, sangat takut akan
akhirat, atau dengan suara yang lembut, menampakkan mata yang cekung atau
dengan menampakkan kelayuan badan agar menunjukkan bahwa dia adalah orang
yang selalu rajin di dalam berpuasa.

2. Riya' dari segi perhiasan
Dengan membuat bekas sujud pada muka, atau dengan memakai hiasan khusus,
yang sebagian kelompok menganggapnya bahwa dia adalah seorang ulama, dia
memakai pakaian tersebut agar disebut sebagai seorang alim.

3. Riya' dengan ucapan
Ini paling banyak dilakukan oleh ahli agama ketika memberikan nasihat, dan
menghafal suatu riwayat ketika berbicara, menampakkan keluasan ilmu,
menggerakkan dua bibir dengan dzikir di hadapan orang lain, menampakkan
kemarahan ketika mengingkari kemungkaran di hadapan orang lain dan
memelankan suara dan melembutkannya ketika membaca al Qur'an agar hal
tersebut menunjukkan rasa takut, sedih dan kekhusyu'an.

4. Riya' dengan perbuatan
Seperti riya' orang yang melakukan shalat dengan lama berdiri, ruku' dan
sujud, dan dengan menampakkan kekhusyu'an. Riya' dengan puasa, berperang,
haji, shadaqah, juga yang lainnya.

5. Riya' dengan banyaknya teman dan orang-orang yang mengunjunginya
Seperti orang yang berusaha untuk mengundang para ulama atau ahli ibadah ke
rumahnya agar dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya si fulan telah mengunjungi
si fulan," atau dengan mengundang banyak orang ke rumahnya agar dikatakan
kepadanya, "Bahwa ahli agama selalu datang dan pergi kepadanya."

[YANG DIANGGAP SEBAGAI PERBUATAN RIYA'
DAN SYIRIK PADAHAL BUKANLAH DEMIKIAN]
--------------------------------------
1. Pujian seseorang kepada yang lainnya terhadap suatu perbuatan yang baik.
Diriwayatkan dari Abu Dzarr radhiyallahu'anhu, beliau berkata:
"Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam ditanya, "Bagaimana menurut baginda
tentang orang yang melakukan suatu perbuatan baik, lalu orang lain
memujinya?" Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab, "Itu adalah
kabar gembira bagi seorang mukmin yang disegerakan." (HR. Muslim no 2642
(166)).

2. Kegiatan seorang hamba dengan beribadah di pandangan para ahli ibadah.
Al Maqdisi berkata di dalam kitab Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin (ha. 234),
"Terkadang seseorang menginap di rumah orang yang ahli di dalam bertahajjud,
lalu dia melakukan shalat pada kebanyakan malam, padahal kebiasaan dia
melakukan shalat hanya dalam satu jam saja, dia menyesuaikan dirinya dengan
mereka, dan dia berpuasa ketika mereka melakukan puasa. Jika bukan karena
mereka, niscaya tidak akan timbul di dalam dirinya kegiatan seperti ini.
Sebagian orang menyangka bahwa sikap seperti ini merupakan riya', bahkan
secara umum hal ini sama sekali bukanlah riya', akan tetapi di dalamnya ada
perincian, yang bahwa setiap mukmin pada dasarnya sangat senang untuk
melakukan ibadah-ibadah kepada Allah, akan tetapi berbagai kendala telah
menghalanginya, begitu pula banyak kelalaian yang telah melupakannya,
mungkin saja menyaksikan orang lain telah menyebabkan kelalaian tersebut
lenyap."

Kemudian beliau berkata,
"Dia harus menguji dirinya dengan melaksanakan ibadah di suatu tempat, di
mana dia dapat melihat orang lain sedangkan orang lain tidak dapat
melihatnya, jika dia melihat jiwanya yang tenang dengan beribadah, maka
itulah hati yang ikhlas, sedangkan jika jiwanya itu tidak tenang, maka
ketenangan jiwanya ketika beribadah di hadapan orang lain adalah sebuah
sikap riya', dan kiyaskanlah yang lainnya kepadanya.

3. Memakai pakaian atau sandal yang baik.
Di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu
Mas'ud radhiyallahu'anhu dari Nabi shallallahu'alaihi wa sallam,
sesungguhnya beliau bersabda:

"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar
atom," lalu seseorang berkata, "Sesungguhnya seseorang suka memakai pakaian
yang indah dan sandal yang indah," Rasul bersabda, "Sesungguhnya Allah indah
dan menyukai yang indah, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain." (HR. Muslim no. 91 (147), at Tirmidzi no. 1999).

4. Tidak membicarakan dosa dan menyembunyikannya.
Secara syara' ini merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim, sebaliknya
seseorang tidak diperbolehkan untuk menampakkan kemaksiatan, hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam:

"Semua umatku akan diampuni kecuali orang-orang yang melakukan dosa secara
terang-terangan, dan sesungguhnya termasuk (hukum) melakukan dosa secara
terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan (dosa) pada malam
hari, dan Allah subhanahu wa ta'ala telah menutupinya, kemudian pada waktu
pagi hari dia mengatakan, 'Wahai fulan, semalam aku telah melakukan ini dan
itu,' padahal Allah telah menutupinya sedangkan pada pagi hari dia membuka
apa-apa yang telah Allah tutupi." (HR. Al Bukhari, no. 6069, Muslim no. 2990
(52)).

5. Mendapatkan ketenaran tanpa meminta.
Al Maqdisi berkata di dalam kitab Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin (hal.
218), "Yang tercela adalah seorang manusia yang mencari ketenaran, sedangkan
keberadaannya yang merupakan karunia dari Allah subhanahu wa ta'ala tanpa
dicari, maka hal tersebut sama sekali tidak tercela, akan tetapi
keberadaannya merupakan fitnah bagi orang-orang yang lemah."

[MENGOBATI PENYAKIT RIYA'
DAN BERLEPAS DIRI DARINYA]
-------------------------------
1. Mengetahui keagungan Allah subhanahu wa ta'ala, Nama-Nama-Nya,
Sifat-Sifat-Nya dan penuh perhatian terhadap ketauhidan sesuai dengan
kemampuan.
2. Mengetahui siksa dan nikmat kubur.
3. Mengetahui hadits-hadis yang menjelaskan tenang adzab Neraka.
4. Mengetahui segala sesuatu yang dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang
yang bertakwa di Surga sesuai dengan kemampuannya.
5. Mengingat kematian dan pendeknya harapan.
6. Mengetahui nilai dunia dan kefanaannya.
7. Do'a.
8. Rasa takut bahwa riya' tersebut adalah kesempatan terakhir bagi amal
Anda.
9. Banyak melakukan amal kebaikan yang tidak disaksikan oleh orang lain, dan
tidak memberitahukannya kepada orang lain kecuali jika dibutuhkan.
10. Bersahabat dengan orang yang tampak di pandangan Anda bahwa mereka
adalah orang-orang yang selalu melakukan keikhlasan, amal shalih, dan
ketakwaan.
11. Takut melakukan riya'.
12. Menjauhi celaan Allah.
13. Lebih cinta diingat oleh Allah daripada diingat oleh makhluk.
14. Mengetahui segala sesuatu yang dapat mengusir syaitan.

[YANG DIANGGAP SEBAGAI PERBUATAN
IKHLAS AKAN TETAPI TIDAKLAH DEMIKIAN]
--------------------------------------
1. Terkadang keikhlasan bercampur dengan sesuatu keinginan jiwa, seperti
orang yang mengajar karena ingin merasakan nikmat dengan keindahan
kata-kata, atau orang yang berperang agar pandai di dalam berperang, ini
sama sekali bukan kesempurnaan ikhlas kepada Allah.

3. Terkadang seseorang melakukan riya tidak dengan menampakkan ibadahnya
dengan ucapan, baik secara sendirian maupun terang-terangan, akan tetapi
dengan tanda-tanda, seperti menampakkan kelesuan, muka pucat, suara
dilemahkan, bekas air mata dan banyak mengantuk sebagai akibat dari
banyaknya shalat malam.

5. Terkadang seseorang merasa berat untuk melakukan tahajjud setiap malam,
tetapi ketika datang kepadanya seorang tamu, maka dia akan merasa ringan dan
mudah untuk melakukannya.

7. Terkadang seseorang datang kepada suatu undangan, karena pengetahuannya
bahwa makanan di tempat tersebut akan lebih baik daripada makanan di
rumahnya, artinya yang mendorong dirinya untuk mendatangi undangan tersebut
adalah kesenangan akan makan dan bukan karena melaksanakan ketaatan kepada
Allah dalam memenuhi undangan.

[PERSONAL VIEW]
------------------
Ada dua syarat agar amal ibadah yang kita lakukan diterima Allah Jalla wa
'Ala. Yang pertama adalah ikhlas dan yang kedua adalah sesuai dengan
syari'at Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam.
Bagaimana jadinya bila amal ibadah yang kita lakukan tidak disertai dengan
niat ikhlas untuk Allah? Allah Jalla wa 'Ala menjelaskan,

"... Jika kamu mempersekutukan (Rabb), niscaya akan hapuslah amalmu...."
(QS. Az Zumar: 65).

Dalam buku ini menjelaskan pentingnya untuk ikhlas dalam beribadah
kepada-Nya, sehingga jerih payah kita dalam beribadah tidak sia-sia.
Termasuk yang perlu untuk diketahui oleh kita adalah apa-apa yang dianggap
sebagai ikhlas dan apa-apa yang dianggap sebagai riya' dan syirik. Jangan
sampai karena kelalaian kita, kita menganggapnya sebagai ikhlas, tetapi
sebenarnya adalah riya', atau sebaliknya. Maka sudah sepatutnya kita
memahami masalah ikhlas ini.

Kita memohon kepada Allah agar bisa beribadah dengan ikhlas untuk-Nya
semata, sebagaimana doa Nabi Ibrahim 'alaihissalam:

"... Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku, pastilah aku
termasuk orang-orang yang sesat." (QS. al An'aam: 77).

Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 02 Desember 2007



lintasberita

Lanjut Baca

Buku Bekal Menanti Si Buah Hati - Resensi Islam

... Ringkasan Buku ...
http://buku-ok.blogspot.com

Judul : Bekal Menanti Si Buah Hati
Penulis : Yusuf bin Mukhtar As Sidawi
Penerbit : Cv. Media Tarbiyah
Cetakan : Pertama, Februari 2008
Halaman : 76

Banyak hal yang perlu dipelajari dan diketahui oleh kaum muslimin untuk menjadi bekal bagi mereka agar menjadi ayah atau pun ibu yang sesuai dengan ajaran Islam. Ada beragam hal, mulai dari mencari pasangan, upaya mendapatkan anak, tahnik, aqiqah, menyusui, memberi nama, khitan, perkara pendidikan anak dan seterusnya. Hal- hal tersebut perlu diketahui agar tidak salah dalam mengasuh anak. Agar tujuan mendapatkan anak yang sholeh atau sholehah bisa terwujud.

Buku yang ringkas ini, kiranya menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui untuk menjadi bekal bagi mereka yang akan menjadi ayah atau ibu.

Berikut ini saya kutipkan sebagian isi dari buku tersebut dari pasal aturan pemberian nama di dalam Islam. Yang tentunya dengan meringkasnya.

[ M E M B E R I N A M A ]
---------------------------
Selanjutnya hendaknya diperhatikan adab-adab memberi nama sebagai berikut:
1. Hendaknya memilihkan nama-nama yang baik seperti 'Abdullah dan 'Abdur Rahman.

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu'anhuma berkata:
"Rasulullah shallallahlu'alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya sebaik-baik nama kalian di sisi Allah adalah 'Abdullah dan 'Abdurrahman.'" (HR. Muslim no. 2132).

Hadits ini menunjukkan keutamaan nama 'Abdullah dan 'Abdur Rahman. Syaikh Bakr bin 'Abdullah rahimahullah menjelaskan susunan nama yang utama sebagai berikut:
a. Nama 'Abdullah dan 'Abdur Rahman.
b. Setiap nama yang disandarkan kepada nama Allah seperti 'Abdul 'Aziz, 'Abdul Malik, dan lainnya.
c. Setiap nama para Nabi seperti Adam, Ibrahim, Yusuf, 'Isa, Musa, dan sebagainya.
d. Setiap nama orang-orang shalih seperti nama pada Shahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam.

2. Hendaknya mewaspadai nama-nama yang dilarang dalam Islam.
Sewajibnya bagi kaum muslimin untuk memperhatikan nama-nama anak mereka sehingga tidak bertentangan dengan syari'at dan tidak keluar dari kaidah bahasa Arab. Adapun nama-nama asing hasil impor dari negara kafir, maka ini merupakan kemaksiatan yang nyata, semisal: Jacklyn, Yuli, Diana, Susan, Vali, Victoria, Clara, Lara, atau Linda.

Demikian juga harus diwaspadai dari nama-nama yang jelek dan dilarang.
Diantaranya:
a. Setiap nama yang dihambakan kepada selain Allah, seperti: 'Abdur Rasul, 'Abdu 'Ali, 'Abdul Husain, dan juga 'Abdul Muththalib menurut pendapat yang shahih.
b. Setiap nama orang kafir yang khusus kalangan mereka.
c. Setiap nama dari Nama-Nama Allah seperti ar-Rahman, ar-Rahim, al-Khaliq, dan lainnya.
d. Setiap nama dari nama-nama patung sesembahan selain Allah seperti Lata, 'Uzza, Nailah, Hubal, dan lainnya.

3. Hendaknya mengubah nama-nama yang jelek dengan nama-nama yang bagus.
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam seringkali menerapkan hal ini dalam beberapa riwayat seperti Barrah diganti Zainab, Hazn diganti Sahl, Ashiyah diganti Jamilah, Syihab diganti Hisyam, dan lain sebagainya.

4. Tidak mengapa memberi nama bayi dengan kun-yah.
Kun-yah yaitu nama yang diawali dengan "Abu" jika laki-laki dan "Ummu" jika perempuan. Hal ini merupakan suatu penghormatan dan kemuliaan.

Dari 'Urwah bahwasannya 'Aisyah radhiyallahu'anha pernah berkata kepada Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, seluruh istrimu mempunyai kun-yah selain diriku." Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Berkun-yahlah dengan Ummu 'Abdillah." Setelah itu 'Aisyah selalu dipanggil dengan Ummu 'Abdillah hingga meninggal dunia, padahal dia tidak mempunyai seorang anak pun. (HR. Ahmad VI/107, 151).

Hadits ini menunjukkan disyari'atkannya kun-yah sekalipun belum punya anak. Maka hendaknya kaum muslimin menerapkan Sunnah ini baik kaum pria maupun wanita. Karena hal ini termasuk adab Islam yang tidak ada dalam agama-agama lainnya, sepengetahuan kami. Sungguh amat disayangkan banyak diantara kaum muslimin yang melupakan sunnah ini. Amat jarang sekali kita menjumpai orang yang berkun-yah padahal dia mempunyai banyak anak, apalagi yang belum punya anak!

Hanya saja tidak diperkenankan bagi kaum laki-laki berkun-yah dengan Abul Qasim,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata:
"Abul Qasim shallallahu'alaihi wa sallam berkata, "Pakailah namaku dan jangan berkun-yah dengan kun-yahku." (HR. Al Bukhari no. 3539).

[PERSONAL VIEW]
---------------
Memberi nama di dalam Islam mempunyai aturan. Inilah yang perlu diketahui oleh para calon ayah dan para calon ibu. Sudah seharusnya mereka memperhatikan aturan ini agar tidak salah dalam memberi nama kepada anak-anaknya.

Bila mereka ingin memberi nama, baiknya mereka mengetahui seluk-beluk nama tersebut. Misalnya, sudahkah sesuai dengan kaidah bahasa Arab? Atau bila mereka mengambil nama dari nama tokoh-tokoh di dunia ini, sudahkah mereka mengenali nama tokoh-tokoh tersebut? Tidak jarang mereka mengambil nama dari para tokoh-tokoh yang mereka kira memperjuangkan Islam, ternyata sebaliknya.

Demikian semoga bermanfaat.
Semoga Allah Jalla wa 'Ala mencintai saya dan Anda. Amiin.

Ringkasan buku ini dibuat oleh seseorang dengan kunyah Abu 'Isa
di Depok, 08 November 2008


lintasberita

Lanjut Baca

Buku Panduan Lengkap Nikah (dari "A" sampai "Z") - Resensi Islam

... Ringkasan Buku ...
http://buku-ok.blogspot.com

Judul : Panduan Lengkap Nikah (dari "A" sampai "Z")
Penulis : Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin 'Abdir Razzaq
Penerjemah : Ahmad Saikhu
Pengedit Isi : Arman Amri, Lc
Penerbit : Pustaka Ibnu Katsir
Cetakan : Keempat - Juli 2006
Halaman : xxiv + 481

Untuk menikah memang diperlukan ilmu. Banyak hal yang perlu diketahui dalam masalah pernikahan. Dari mulai tuntunan memilih pendamping hidup, meminang, mahar, sampai masalah adab-adab dalam bercampur. Dengan ilmu tersebut seseorang mengetahui apa-apa yang dibolehkan oleh agama dan apa-apa yang tidak dibolehkan. Dengan ilmu itu pula, seorang suami atau istri dapat menjadikannya sebagai panduan dalam mengarahkan biduk rumah tangganya sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam. Yang pada akhirnya seseorang bisa mengharap pernikahannya mencapai kebahagiaan yang sejati.

Buku ini menjelaskan banyak hal tentang masalah pernikahan. Mulai dari keutamaan-keutamaan menikah, penjelasan tentang wanita yang halal dan haram untuk dinikahi, panduan memilih istri yang shalehah, nazhor (melihat wanita yang dipinang), sampai adab-adab pernikahan dalam mencampuri istri. Juga membahas mengenai hak-hak seorang istri dan juga suami. Pada bagian akhir memuat juga kisah-kisah para salafush shaleh dalam kehidupan pernikahannya. Perhatikan bagaimana kesabarannya, kemuliaannya, kesetiaannya, dsb, yang menjadi contoh teladan buat kita semua. Pembahasan yang begitu luas dalam buku ini insya Allah cukup menjadi bekal bagi kita untuk menuju pernikahan yang barakah sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu'alahi wa sallam. Dari
membaca buku ini insya Allah kita bisa semakin sadar bahwa untuk menikah memang diperlukan ilmu.

Berikut saya kutipkan sebagian dari buku tersebut dengan meringkasnya. Sebagian dari hak-hak isteri, hak-hak suami dan mutiara kisah dari para salafush shaleh.

[H A K I S T E R I]
--------------------
1. Wasiat Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam tentang wanita.
Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi
Shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka tetap akan bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita." (HR. Al Bukhari no. 5158).

8. Diantara hak isteri adalah dipergauli dengan cara yang ma'ruf.
Ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa ta'ala:

"... Dan bergaullah dengan mereka secara patut .." (QS. An Nisaa': 19).

Ibnu Katsir mengatakan: "Yakni perbaguslah ucapan kalian kepada mereka, dan perbaguslah perbuatan kalian dan keadaan kalian sesuai kemampuan kalian, sebagaimana kalian menyukai hal itu dari mereka. Oleh karena itu lakukanlah yang sama terhadap mereka, sebagaimana Allah berfirman:

"... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf..." (QS. Al Baqarah: 228).

* Diantara mempergauli dengan baik adalah berakhlak baik terhadapnya *
Dari Abu Hurairah ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

"Kaum mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada isterinya." (HR. At Tirmidzi no. 1162. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahiihah no. 284).

Al Hasan al Bashri berkata, "Hakikat akhlak yang luhur ialah mencurahkan kebaikan, menahan diri dari menyakiti dan berwajah manis."

9. Diantara haknya, engkau mengajarkan kepadanya tentang perkara agamanya.
Ali radhiyallahu'anhu berkata mengenai firman Allah

"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka..." (QS. At Tahriim: 6)

"Yakni ajarkanlah dirimu dan keluargamu kebajikan serta didiklah mereka."

Qatadah berkata: "Yaitu dengan memerintahkan mereka agar mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Nya, serta memimpin mereka dengan perintah Allah. Memerintahkan mereka dengan perintah Allah dan membantu mereka atas hal itu. Apabila engkau melihat kemaksiatan kepada Allah, maka hentikan dan cegahlah mereka dari perbuatan tersebut." (Tafsiir ath Thabari (XXVIII/ 166)).

Allah memuji Nabi Nya, Ismail 'Alaihissalam dengan firman Nya:

"Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabb nya." (QS. Maryam: 55).

11. Diantara hak isteri adalah diberi nafkah.
Isteri dan anak-anak mempunyai hak untuk mendapatkan nafkah, yaitu nafkah yang tidak berlebihan dan tidak pula terlalu kikir; berdasarkan firman-Nya:

".. Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf..." (QS. Al Baqarah: 233).

Nafkah tersebut tidak cukup berupa makanan dan minuman saja, tetapi mencakup tempat tinggal, makanan dan pakaian, sebagaimana firman Nya:

"Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka ..." (QS. Ath Thalaaq: 6).

Tetapi, saudaraku yang budiman, usahamu itu haruslah dari yang halal, tidak mengandung dosa dan syubhat. Dari Ka'ab bin 'Ujrah radhiyallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Wahai Ka'ab bin 'Ujrah! Sesungguhnya tidak akan masuk Surga daging dan darah yang tumbuh dari keharaman. Maka Neraka lebih pantas untuknya." (HR. Ahmad no. 14032. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahiih at Targhiib wat Tarhiib no. 861).

Karenanya, isteri dari Salafush Shalih berkata kepada suaminya ketika pergi menuju pekerjaannya: "Bertakwalah kepada Allah! Hati hati dengan usaha yang haram. Sebab, kami tahan terhadap kelaparan dan kesulitan, tetapi kami tidak tahan terhadap api Neraka."

[H A K S U A M I]
-------------------
1. Kepemimpinan laki laki atas wanita

4. Hak suami atasnya ialah isteri tidak mengizinkan seseorang memasuki rumah suaminya kecuali dengan seizinnya.
Al Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahiihnya dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak halal bagi seorang wanita berpuasa padahal suaminya berada di rumah, kecuali dengan seizinnya, ia tidak pula mengizinkan (seseorang masuk) ke dalam rumahnya kecuali dengan seizinnya. Dan tidaklah ia nafkahkan sesuatu tanpa perintahnya, maka separuhnya diserahkan kepadanya." (HR. Al Bukhari no. 5159).

5. Suami lebih besar haknya atas isterinya dibanding kedua orang tuanya.

7. Suami berhak ditaati oleh isterinya selama tidak dalam kemaksiatan.

12. Hak suami atas isterinya ialah dia berterima kasih kepada suaminya atas apa yang diberikan kepadanya berupa makanan, minuman, pakaian, dan selainnya yang sanggup dia berikan.
'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu'anhuma mengatakan: "Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

'Allah tidak memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya, padahal dia butuh kepadanya.' "(Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam as Silsilah ash Shahiihah no. 289).

[CONTOH - CONTOH UNTUK DITELADANI]
----------------------------------
Diantara tanda-tanda kesetiaan banyak wanita shalihah kepada suami mereka setelah kematiannya bahwa mereka tidak menikah lagi. Tidak ada yang dituju melainkan agar tetap menjadi isteri mereka di dalam Surga.

Dari Maimun bin Mihran, ia mengatakan: "Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu'anhu meminang Ummud Darda', tetapi ia menolak menikah dengannya seraya mengatakan, 'Aku mendengar Abud Darda' mengatakan: 'Aku mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

'Wanita itu bersama suaminya yang terakhir,' atau beliau mengatakan, 'untuk suaminya yang terakhir.' " (As Silsilah Ash Shahiihah, Syaikh al Albani no. 1281, shahih).

Diantara teladan yang pantas disebutkan sebagai teladan utama para wanita tersebut adalah Fathimah binti 'Abdil Malik bin Marwan. Fathimah binti 'Abdil Malik bin Marwan ini pada saat menikah, ayahnya memiliki kekuasaan yang sangat besar atas Syam, Irak, Hijaz, Yaman, Iran, Qafqasiya, Qarim dan wilayah di balik sungai hingga Bukhara dan Janwah bagian timur, juga Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Aljazair, Barat jauh, dan Spanyol bagian barat. Fathimah ini bukan hanya puteri Khalifah Agung, bahkan dia juga saudara empat khalifah Islam terkemuka: al Walid bin 'Abdil Malik, Sulaiman bin 'Abdil Malik, Yazid bin 'Abdil Malik dan Hisyam bin 'Abdil Malik. Lebih dari itu dia adalah isteri Khalifah terkemuka yang dikenal Islam setelah empat
khalifah di awal Islam, yaitu Amirul Mukminin 'Umar bin 'Abdil 'Aziz.

Puteri khalifah, dan khalifah adalah kakeknya
Saudara khalifah, dan khalifah adalah suaminya

Wanita mulia yang merupakan puteri khalifah dan saudara empat khalifah ini keluar dari rumah ayahnya menuju rumah suaminya pada hari dia diboyong kepadanya dengan membawa harta termahal yang dimiliki seorang wanita di muka bumi ini berupa perhiasan. Konon, diantara perhiasan ini adalah dua liontin Maria yang termasyhur dalam sejarah dan sering disenandungkan para penya'ir. Sepasang liontin ini saja setara dengan harta karun.

Ketika suaminya, Amirul Mukminin, memerintahkannya agar membawa semua perhiasannya ke Baitul Mal, dia tidak menolak dan tidak membantahnya sedikit pun.

Wanita agung ini -lebih dari itu- ketika suaminya, Amirul Mukminin 'Umar bin 'Abdul 'Aziz wafat meninggalkannya tanpa meninggalkan sesuatu pun untuk diri dan anak-anaknya, kemudian pengurus Baitul Mal datang kepadanya dan mengatakan,

"Perhiasanmu, wahai sayyidati, masih tetap seperti sedia kala, dan aku menilainya sebagai amanat (titipan) untukmu serta aku memeliharanya untuk hari tersebut. Dan sekarang, aku datang meminta izin kepadamu untuk membawa (kembali) perhiasan tersebut (kepadamu)."

Fathimah memberi jawaban bahwa perhiasan tersebut telah dihibahkannya untuk Baitul Mal bagi kepentingan kaum muslimin, karena mentaati Amirul Mukminin. Kemudian dia mengatakan, "Apakah aku akan mentaatinya semasa hidupnya, dan aku mendurhakainya setelah kematiannya?"

[PERSONAL VIEW]
---------------
Banyak hal -dan bahkan sangat banyak- yang perlu kita ketahui tentang masalah pernikahan. Buku ini dengan keluasan bahasannya memang perlu untuk dipelajari bagi mereka yang akan atau telah menikah. Agar kehidupan pernikahannya bisa selaras dengan aturan Islam.

Bila kita perhatikan, masih banyak para suami yang melupakan pengajaran agama kepada istri dan keluarganya. Padahal itu merupakan hak isteri. Ada sebagian lagi yang tidak mempergauli isteri dengan cara yang ma'ruf, semisal berlaku kasar, dll. Pun demikian dengan para isteri. Ada yang tidak berterima kasih kepada suaminya. Ada sebagian lagi tidak mentaati suami, dll. Hal-hal seperti inilah yang seharusnya diperbaiki. Tidak ada jalan lain kecuali dengan melihat dan merujuk bagaimana aturan Islam menjelaskan tentang masalah pernikahan.

Maka dari itu -sekali lagi- bahwa untuk menikah memang diperlukan ilmu.

Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 19 November 2007



lintasberita

Lanjut Baca

Buku Panduan Lengkap Shalat Tahajjud - Resensi Islam

... Ringkasan Buku ...
http://buku-ok.blogspot.com

Judul : Panduan Lengkap Shalat Tahajjud
Penulis : Muhammad bin Su'ud al 'Arifi
Pengedit Isi : Arman bin Amri, Lc
Penerbit : Pustaka Ibnu Katsir
Cetakan : Kelima - Maret 2007
Halaman : xiv + 258

Shalat tahajjud merupakan shalat yang paling utama setelah shalat wajib. Begitu banyak keutamaan-keutamannya sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dan juga hadits Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam. Diantaranya

"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (Al Israa' : 79).

Dalam buku ini Anda akan mendapatkan penjelasan yang meluas tentang shalat tahajjud. Diantaranya keutamaannya, manfaatnya, faktor yang memudahkan shalat tahajjud, dll. Di samping itu disertakan pula pembahasan tentang shalat witir. Yang juga menarik untuk disimak adalah pembahasan tentang gambaran Nabi shallallahu'alaihi wa sallam, para shahabat dan juga para salafush shalih dalam melewatkan malam mereka dengan tahajjud. Mereka melewatkannya dengan penuh kekhusyu'an. Sampai-sampai Al Hafizh Ibnu 'Asakir meriwayatkan bahwa Imam asy Syafi'I menangis tiada hentinya ketika membaca ayat-ayat dalam surat Al Mursalat karena penghayatan yang begitu dalam.

Semoga dengan membaca buku ini semakin memantapkan hati untuk melewatkan malam kita dengan tahajjud. Karena memang tidak patut untuk dilewatkan begitu saja. Semoga Allah menolong kita.

Berikut saya kutipkan sebagian dari buku tersebut dengan meringkasnya.

[Keutamaan Shalat Malam dan Anjurannya]
---------------------------------------
Di dalam banyak ayat, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menganjurkan kepada Nabi-Nya yang mulia untuk melaksanakan shalat malam. Antara lain adalah:

"Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajjudlah kamu..." (QS. Al Israa' : 79).

"Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Rabb mu ketika kamu bangun berdiri, dan bertasbihlah kepada Nya pada beberapa saat di malam hari dan waktu terbenamnya bintang bintang (di waktu fajar)." (QS. Ath Thuur: 48-49).

Allah pun memuji para hamba-Nya yang shalih yang senantiasa melakukan shalat malam dan bertahajjud, Allah berfirman:

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Adz Dzaariyaat: 17-18).

Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma mengatakan, "Tak ada satu pun malam yang terlewatkan oleh mereka melainkan mereka melakukan shalat walaupun hanya beberapa raka'at saja."

Al Hasan al Bashri berkata, "Mereka melakukan shalat malam dengan lamanya dan penuh semangat hingga tiba waktu memohon ampunan pada waktu sahur."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfiman dalam memuji dan menyanjung mereka:

"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabb nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. As Sajdah: 16-17).

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Yang dimaksud dengan apa yang mereka lakukan adalah shalat malam dan meninggalkan tempat tidur serta berbaring di atas tempat tidur yang empuk."

Al 'Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, "Cobalah renungkan bagaimana Allah membalas shalat malam yang mereka lakukan secara sembunyi dengan balasan yang Ia sembunyikan bagi mereka, yakni yang tidak diketahui oleh semua jiwa. Juga bagaimana Allah membalas rasa gelisah, takut dan gundah gulana mereka di atas tempat tidur saat bangun untuk melakukan shalat malam dengan kesenangan jiwa di dalam surga."

[Faktor-Faktor yang Memudahkan Shalat Tahajjud]
-----------------------------------------------
1. Menjauhi perbuatan dosa dan maksiat
2. Tidak meninggalkan tidur siang karena itu adalah sunnah
Al Hasan al Bashri bila datang ke pasar dan mendengar hiruk pikuk orang orang di sana, ia berkata, "Aku mengira malam mereka adalah malam yang buruk (karena tidur nyenyak dan tidak bertahajjud), mengapa mereka tidak tidur tengah hari?"

3. Tidak memperbanyak makan
4. Tidak membebankan fisik di siang hari
5. Mengamalkan sunnah saat tidur

[Beberapa Gambaran Mengenai Qiyaamul Lail]
------------------------------------------
** Keadaan Salafush Shalih di Malam Hari **

9. Imam Malik bin Anas rahimahullah.
Al Mughirah berkata, "Aku pernah keluar pada suatu malam setelah orang orang benar benar telah tertidur, lalu aku melintasi Malik bin Anas, aku melihatnya tengah berdiri melakukan shalat. Tatkala dia selesai dari bacaan al Faatihah, dia mulai membaca surat at Takaatsur:

'Bermegah megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar benar akan melihat Neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah megahkan di dunia itu).'

Lalu dia menangis cukup lama dan kemudian dia pun mengulangi ayat ini dan kembali menangis. Apa yang aku dengar dan aku lihat dari sosok Malik ini telah membuatku melupakan keperluanku yang membuatku keluar untuknya. Tiada henti hentinya aku berdiri, sedangkan dia tetap mengulang ulang ayat tersebut dan menangis hingga terbit fajar. Tatkala dia melihat fajar telah jelas, barulah dia ruku'. Kemudian aku pulang ke rumahku, lalu aku berwudhu' dan kemudian pergi ke masjid, tiba tiba Malik sudah berada di tempatnya (di masjid) dan jama'ah ada di sekelilingnya. Tatkala memasuki waktu Shubuh, aku melihat pada wajahnya tampak cahaya dan keindahan darinya."

[PERSONAL VIEW]
---------------
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah gambaran shalat malam yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam, para shahabat dan juga para salafush shalih. Mereka begitu bersemangat, khusyuk, dalam melakukan shalat tahajjud. Ditambah lagi mereka begitu menghayati dan meresapi ayat demi ayat yang mereka baca. Begitu menghayatinya sampai sampai mereka menangis. Bahkan Imam asy Syafi'i menangis hingga beliau pingsan, sebagaimana diriwayatkan oleh al Hafizh Ibnu 'Asakir. Demikian pula keadaannya pada 'Umar bin 'Abdul 'Aziz rahimahullah, ketika membaca surat Al Qaari'ah. Dan lain lain.

Diri kita ini masih begitu sangat jauh bila harus beribadah seperti ibadahnya para salafush shalih. Bahkan tanpa pertolongan Allah, shalat malam pun masih terasa berat. Semoga Allah menolong kita agar bisa melewatkan malam dengan shalat tahajjud. Satu ibadah yang bisa mengangkat kita ke tempat yang terpuji, sebagaimana janji Allah dalam Surat Al Israa.

"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (Al Israa' : 79).

Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 11 November 2007



lintasberita

Lanjut Baca

Buku Suami Ideal - Resensi Islam

Judul : Suami Ideal
Pengarang : Muhammad Rasyid Al Uwaid
Penerjemah : Kathur Suhardi
Penerbit : Darul Falah - Jakarta
Cetakan : Kedua - Februari 2003
Halaman : 137 halaman

Buku ini menjelaskan ciri ciri atau karakteristik seorang suami ideal.
Disebutkan ada 34 ciri ciri seorang suami ideal bersama penjelasannya. Meski
demikian, yang disebutkan di buku ini hanyalah sebagian saja dari ciri ciri
seorang suami ideal. Boleh jadi karakteristik seorang suami ideal dalam
Islam melebihi dari jumlah yang disebutkan oleh penulis.

Ini sebagian ciri yang ada:

1. Tidak ringan tangan dan tidak melecehkan
Seorang suami yang ideal dalam pandangan Islam ialah yang menghormati
istrinya, tidak melecehkannya, bersabar menghadapinya dan tidak memukulnya.
Dalam hal ini dia mengikuti jejak Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam
yang sama sekali tidak pernah memukul seorang istri.


2. Tidak pelit mengucapkan kata kata yang baik
Suami yang ideal adalah yang memanfaatkan rukhshah (keringanan) dalam Islam,
dengan berkata dusta terhadap istri, untuk menyenangkan istrinya, memuaskan
hatinya dan memupuk rasa cintanya. Insya Allah seorang suami tidak akan
menyesali satu ungkapan cinta yang dia sampaikan kepada istrinya pada saat
tertentu, karena dengan begitu justru dia dapat memetik hasil yang baik,
mendorong istri semakin berbakti kepadanya dan memberikan apa pun yang dapat
dia berikan tanpa batas.

3. Mengajak istri taat kepada Allah
Seorang suami yang ideal adalah yang mengajarkan berbagai masalah agama
kepada istrinya dan menyuruhnya taat kepada Allah. Dia harus menampakkan
hasratnya ini dan juga keinginannya untuk memelihara istri dari neraka
Jahannam.

Firman Allah,
"Wahai orang orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka." (At Tahrim : 6)

Umar bin Al Khaththab bertanya, "Wahai Rasulullah, kami dapat memelihara
diri kami, lalu bagaimana cara kami memelihara keluarga kami?"
Beliau menjawab, "Hendaklah kalian menyuruh mereka, melarang meraka, dan
mendidik mereka."
Ali bin Abu Thalib, Qatadah dan Mujahid berkata, "Peliharalah diri kalian
dengan perbuatan kalian dan peliharalah keluarga kalian dengan nasihat
kalian."

4. Berbuat adil terhadap semua istri
Seorang suami yang mampu menikahi lebih dari seorang istri, dia harus
berbuat adil diantara mereka dalam hal tempat tinggal dan nafkah,
sebagaimana yang diperintah Allah.

5. Menutupi kesalahan istri
Akhlak seorang suami yang ideal adalah yang mampu menutupi kesalahan
kesalahan istrinya, tidak menceritakannya kepada siapa pun, tidak kepada
keluarganya maupun orang lain. Diantara buah yang dapat dipetik dari akhlak
yang agung ini adalah :

- Memperkecil wilayah perselisihan antara suami-istri
- Membuat istri malu sendiri, membuatnya menyesali perbuatannya yang
melampaui batas karena membuka perselisihan dengan suami
- Mendorong istri melakukan hal yang sama, sehingga dia juga menutupi
kesalahan suami dan tidak menceritakannya kepada keluarganya atau kepada
siapa pun
- Menutup pintu bagi usaha Iblis yang hendak memperlebar perselisihan
diantara suami istri
- Mendatangkan dan menumbuhkan kasih sayang diantara suami istri

6. Menampakkan kelebihan istri dan kebaikan kebaikannya
Mengapa banyak suami yang tidak mau memuji istrinya dan tidak mau
memperlihatkan kebaikan kebaikannya? Sebagian diantara mereka ada yang
terlalu sibuk dengan aktivitas kehidupannya, sehingga di dalam benaknya
tidak pernah terlintas pikiran untuk memuji istrinya.
Bagaimana caranya untuk memuji seorang istri? Dengan mengatakan keutamaan
keutamaannya, tentang amal amalnya yang shalih, tentang tabiatnya yang baik,
tetapi jangan membicarakan kecantikan seorang istri dihadapan lelaki lain,
karena dilarang oleh Islam.

7. Mencegah perselisihan dengan istri
Untuk mencegah perselisihan dengan istri dapat ditempuh satu dari beberapa
cara berikut

- Suami mengalah dari medan perselisihan dan pertengkaran
- Memenuhi keinginan istrinya yang menjadi sebab perselisihan selagi tidak
membatilkan yang haq dan tidak membenarkan yang batil
- Bersikap diam dan tidak memancing amarah istri
- Berusaha membuat istri ridha dan puas dengan mencari pangkal perselisihan
atau berusaha mengalihkan perhatian dari perselisihan itu

8. Menghormati kerja istri di rumah
9. Cemburu kepada istri
Kecemburuan tersebut tidak boleh berlebihan yang menyebabkan berubahnya rasa
cemburu menjadi buruk sangka dan kesangsian

10. Membantu istri dan menyertainya
11. Meminta izin kepada istri dalam hal yang menyangkut haknya
Bukankah meminta izin kepada istri ini justru memuliakan wanita, menjaga
perasaan dan haknya?
12. Berhias untuk istri

13. Berlomba dengan istri
Pada suatu hadits dijelaskan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah berlomba lari dengan Aisyah. Apa yang terkandung dalam hadits
tersebut?

- Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak Ummul Mukminin Aisyah
untuk lomba lari hingga dua kali. Ini merupakan petunjuk bagi kaum lelaki
agar memiliki inisiatif pertama untuk meniru lomba ini. Sebab adakalanya
istri punya perasaan takut kepada suami sekiranya dia yang mengusulkannya
lebih dahulu.
- Ada baiknya jika suami tidak menunjukkan dirinya sebagai pemenang terus
menerus. Adakalanya dia perlu mengalah kepada istrinya.
- Bukan berarti suami harus mengalah terus kepada istrinya, dengan maksud
untuk menyenangkan hatinya, karena hal ini menghilangkan hakikat lomba lari
itu dan menghilangkan rasa kompetitif.
- Suami harus ingat bahwa lomba ini hanya dalam batasan canda dan memupuk
kasih sayang, bukan dalam arti yang sesungguhnya yang memancing amarahnya,
lalu berubah menjadi perselisihan, yang berarti hal ini bertentangan dengan
tujuannya.

14. Memprioritaskan pemberian kepada istri daripada yang lainnya
15. Sabar menghadapi istri
16. Menunjukkan kasih sayang ketika istri sedang haid atau nifas
17. Tidak perlu ragu meminta pendapa istri
18. Mengucapkan salam kepada istri
19. Mendahulukan ibu daripada istri
20. Berdoa bagi kebaikan istri
21. Menyimpan rahasia istri
22. Menyediakan tempat tinggal bagi istri

Firman Allah (yang artinya)
"Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kalian bertempat tinggal menurut
kemampuan kalian." (Ath Thalaq : 6)

23. Memilih istri yang baik
24. Membantu pekerjaan istri di rumah

[PERSONAL VIEW]
---------------
Itulah sebagian karakteristik seorang suami ideal yang bisa saya kutip meski
hanya sebagiannya dan dengan meringkasnya. Buku ini perlu sekali dibaca bagi
para suami dan juga bagi mereka yang belum menikah sebagai bekal ilmu buat
mereka. Boleh jadi kita sendiri masih jauh dari sifat ideal, tetapi harus
ada upaya untuk mendekati sifat ideal. Dengan upaya tersebut semoga kita
bisa termasuk orang orang yang memperbaiki diri. Semoga ini cukup menjadikan
ukuran kebaikan seseorang.

Ringkasan ini dibuat oleh Chandraleka
Di Depok 18 November 2006

Wassalamua'alaikum

Chandraleka
Independent IT Writer

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Untaian Mutiara Kehidupan Para Salaf - Resensi Islam



Judul : Untaian Mutiara Kehidupan Para Salaf
Penulis : Sholahuddin Abu Faiz bin Mudasim
Penerbit : Pustaka al Furqan
Cetakan : I, Shofar 1430 H
Halaman : xvi+144

"... Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah kisah itu agar mereka berpikir." (QS. al A'raaf [7]: 176).

Salah satu metode dalam belajar adalah dengan melalui kisah-kisah. Agar dapat diambil ibroh atau pelajaran dari kisah tersebut. Sehingga orang yang mendengar kisahnya dapat berpikir, merenung untuk mengambil hikmahnya. Salah satu buku yang menempuh metode ini adalah sebuah buku karya Ustadz Sholahuddin Abu Faiz yang memuat banyak kisah kisah. Ada sekitar 16 kisah yang memuat banyak faedah.

Kisah kisah tersebut adalah
1. Amal Baik Menjadi Jalan Keluar
2. Tragedi Ashabul Ukhdud
3. Matahari Tunduk Kepada Seorang Nabi
4. Penduduk Surga yang Terakhir
5. Penduduk Surga Bercocok Tanam, Adakah?
6. Tuduhan Keji Atas Nabi Musa 'Alaihissalam
7. Karomah Tiga Bayi Ajaib
8. Nabi Ibrahim 'Alaihissalam Tiga Kali Berdusta
9. Dajjal Malapetaka Akhir Zaman
10. Mayit Bangkit dari Kuburnya
11. Persaksian Binatang yang Terzalimi
12. Masuk Surga Karena Membuang Duri
13. Di Balik Wasiat Menjelang Kematian
14. Si Pembunuh Masuk Surga
15. Dialog yang Membawa Rahmat
16. Balasan Bagi Seorang Penipu

Dalam ringkasan buku ini saya kutipkan salah satu kisah dari buku tersebut. Yaitu dari kisah terakhir, "Balasan Bagi Seorang Penipu". Mutiara kisah yang ada padanya pun tidak saya sertakan semuanya. Semata mata untuk ringkasnya tulisan ini.

[BALASAN BAGI SEORANG PENIPU]
==================================
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Ada seorang laki laki yang pekerjaannya menjual khomr (arak) di dalam kapal, lalu ia mencampur khomr itu dengan air sedang bersamanya ada seekor kera. Tiba tiba kera itu mengambil kantong (uangnya) lalu naik ke tiang kapal, kemudian menumpahkan sebagian dinarnya ke laut dan sebagian dinar yang lain ke dalam kapal, hingga membuatnya menjadi dua bagian."
(HR. Imam Ahmad 2/306, dishohihkan oleh al Albani dalam Silsilah Ahadits ash Shohihah 6/628 no. 2844).

IBROH
--------
Sebuah kisah unik yang pantas menjadi pelajaran bagi kita tentang suatu kebiasaan jelek pada diri seorang pedagang. Demi meraup keuntungan yang banyak, ia hendak menipu manusia. Ia mencampur khomr dagangannya dengan air agar menjadi banyak dan akan menghasilkan uang yang banyak pula. Akan tetapi, seekor kera cerdik telah mengadilinya. Bergegas si kera mengambil kantong uang hasil dagangannya dan menumpahkan sebagiannya ke laut dan sebagian lagi ke dalam kapal. Barangkali itulah balasan yang pantas diterimanya tatkala di dunia ini. Dan di akhirat kelak dia akan mendapatkan balasan yang jelek karena penipuannya tersebut.
Praktik praktik yang demikian pun kerap kita jumpai di zaman kita sekarang ini, seorang pedagang mencampur barang dagangan yang baik dengan yang jelek, barang barang yang memiliki harga mahal dicampur dengan barang yang harganya murah, mereka mencampur susu dengan air, mencampur madu dengan larutan gula, mencampur bensin dengan minyak tanah atau mencampur minyak tanah itu sendiri dengan air agar menjadi banyak. Mereka adalah orang orang yang memakan harta manusia dengan cara yang batil, padahal harta yang mereka ambil itu adalah kemurkaan Allah yang mereka akan dibalas karenanya. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya tidaklah masuk surga daging yang tumbuh dari kemurkaan Allah dan neraka lebih pantas untuknya." (HR. Ahmad: 28/468).

Adz Dzahabi rahimahullah berkata: "Termasuk di dalamnya juga, harta yang diambil dari pemungut cukai, para perampok, pencuri, koruptor, dan pezina semuanya termasuk dosa dosa besar. Dan (begitu) pula seorang yang meminjam barang pinjaman kemudian mengingkarinya, seorang yang mengurangi timbangan atau takaran, seorang yang menemukan barang temuan tetapi tidak berusaha mengumumkannya tetapi ia memakannya, dan seorang yang menjual barang dagangan yang ada cacatnya kemudian ia menutup nutupinya. Demikian juga berjudi dan yang semisalnya. (Semuanya) adalah termasuk dosa dosa besar berdasarkan hadits di atas, sekalipun masih ada sebagiannya yang diperselisihkan."

Bila ada yang mengatakan mengapa laki laki tersebut dicela sebab mencampur khomr dengan air dan tidak dicela sebab berjualan khomr padahal khomr adalah sesuatu yang diharamkan oleh Allah? Maka jawabnya adalah bahwa khomr pada waktu itu bukanlah sesuatu yang haram dalam syari'at laki laki tersebut. Demikian pula pada awal awal Islam, khomr adalah minuman yang halal di kota Madinah. Kemudian setelah beberapa waktu peminumnya dicela tetapi belum sampai diharamkan, sebagaimana firman Allah:

"Mereka bertanya kepadamu tentang khomr dan judi. Katakanlah: 'Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya'" (QS. al Baqarah: 219).

Kemudian setelah beberapa waktu, meminum khomr diharamkan pada waktu seorang hendak melaksanakan shalat saja sekali pun masih diperbolehkan untuk memperjualbelikannya, sebagaimana firman Allah:

"Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan..." (QS. an Nisaa': 43).

Baru kemudian diharamkanlah khomr setelah itu secara tegas oleh Allah sebagaimana dalam firman Nya:

"Hai orang orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khomr, judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasih dengan panah adalah termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (QS. al Ma'idah: 90).

Diceritakan bahwa setelah turunnya ayat tersebut jalan jalan kota Madinah dibanjiri khomr.

MUTIARA KISAH:
=================
Kisah di atas merupakan peringatan keras dari praktik praktik penipuan yang umum terjadi dikalangan manusia, karena harta yang didapat dari praktik penjualan semacam itu dapat lenyap di dunia sebelum hilang pula nanti di akhirat. Sungguh Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam melarang keras praktik praktik penipuan, seperti dalam sabda beliau:

"Barang siapa yang menipu kami, maka dia bukanlah termasuk golongan kami." (HR. Muslim 1/69).


[PERSONAL VIEW]
=================
Banyak sekali praktek praktek kecurangan dan penipuan yang ada di masyarakat kita. Ada seorang pedagang yang berbuat curang dengan memainkan timbangannya, ada yang menutupi cacat barang dagangannya, dll. Saya mengira para pembaca pun pernah menjumpai atau bahkan pernah menjadi korban dari praktek praktek kecurangan seperti ini.

Hendaklah setiap orang mencari harta dengan cara cara yang halal agar memperoleh keberkahan. Harta yang sedikit tapi berkah insya Allah lebih baik daripada harta yang banyak tetapi diperoleh dari kecurangan, penipuan dan manipulasi. Buat para ibu, hendaknya ingatkan para suaminya agar mencari nafkah dengan cara yang halal. Ingatkan suaminya ketika melepasnya pergi mencari nafkah,

"Kami bisa bertahan dari lapar dan haus, tetapi kami tidak bisa tahan dari panasnya api neraka."


Semoga bermanfaat.

Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak
Malam bulan November tanggal 15, 2009 Jam 21.03 WIB
Semoga Allah menjaga kedua orang tuanya


lintasberita

Lanjut Baca

Buku Apa Kata Imam Syafi'i Tentang Meluruskan & Merapatkan Shaf Shalat - Resensi Islam

Judul : Apa Kata Imam Syafi'i Tentang Meluruskan & Merapatkan Shaf Shalat
Penulis : Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa
Penerbit : Pustaka Abdullah
Cetakan : Pertama, Juli 2007
Halaman : ii + 80

Bila kita perhatikan kondisi shaf shalat berjama'ah sekarang ini, kebanyakan
tidak rapat dan tidak lurus. Sehingga hampir di kebanyakan masjid di negeri ini
tidak mengamalkan sunnah yang mulia ini. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Bisa jadi salah satu sebabnya adalah karena kebanyakan kaum muslimin sendiri
tidak memahami bagaimana cara merapatkan dan meluruskan shaf.

Buku kecil ini memuat penjelasan tentang cara bagaimana meluruskan dan
merapatkan shaf dalam shalat. Dengan meluruskan dan merapatkan shaf semoga
menjadi jalan untuk persatuan kaum muslimin. Karena dalam hadits dijelaskan
bahwa shaf yang tidak lurus maka Allah akan jadikan perselisihan diantara kaum
muslimin.



Berikut saya kutipkan sebagian dari buku ini dengan meringkasnya.

[HADITS-HADITS SEPUTAR MASALAH SHAF]
------------------------------------

** HADITS PERTAMA:
Artinya: Dari Anas ia berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
Luruskanlah shafmu, dan hendaklah kamu merapatkannya; karena sesungguhnya aku
dapat melihatmu dari belakang punggungku.

Anas berkata: Dan saya melihat bahwa para Shahabat saling merapatkan bahu-bahu
mereka dengan bahu yang ada disebelahnya, dan mereka juga merapatkan kaki-kaki
mereka dengan kaki yang ada disebelahnya. (Muttafaq 'alaihi: Bukhari no. 725 dan
Muslim no. 434, tetapi lafazhnya agak sedikit berbeda dengan apa yang disebutkan
oleh Imam Syirazi di atas).

** HADITS KEEMPAT:
Artinya: Dan dari Nu'man bin Basyir, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
Hendaklah kamu benar-benar meluruskan shafmu, atau (kalau tidak; maka) Allah
akan jadikan perselisihan di antaramu. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
(Muttafaq 'alaihi: Bukhari no. 717 dan Muslim no. 436).

Dan dalam salah satu riwayat Muslim (disebutkan sebagai berikut):
Bahwasannya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam biasa meluruskan shaf shalat
kami, seakan-akan beliau meluruskan busur panah yang lurus, sehingga beliau
Shallallahu'alaihi wa sallam tahu bahwa kami telah memahami perintah beliau
Shallallahu'alaihi wa sallam untuk meluruskan dan merapatkan shaf itu.

Pada suatu hari ketika beliau Shallallahu'alaihi wa sallam keluar dari rumahnya
untuk mengimami kami shalat, dan beliau Shallallahu'alaihi wa sallam sudah
hampir akan bertakbir, maka beliau Shallallahu'alaihi wa sallam melihat seorang
laki-laki (dari kami) yang tidak meluruskan shafnya dengan memajukan dadanya
dari yang ada di sebelahnya di shaf itu; maka beliau Shallallahu'alaihi wa
sallam bersabda: Wahai hamba-hamba Allah! Kamu harus benar-benar meluruskan
shafmu, atau (bila tidak;) maka Allah akan menjadikan hati-hatimu berselisih.

[PERNYATAAN TEGAS PARA ULAMA SYAFI'IYYAH TENTANG
MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF SHALAT BERJAMA'AH]
-------------------------------------------------
KE-5: AL 'ALLAMAH IBNU HAJAR AL HAITAMI
Al 'Allamah Ibnu Hajar al Haitami di dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Bi Syarhil
Minhaj (V:119) menyebutkan:
Di dalam hal ini juga disunnahkan bagi setiap orang setelah dikumandangkannya
qamat untuk memerintahkan makmum meluruskan shafnya, terlebih lagi bagi seorang
imam, seperti dengan mengucapkan: "Luruskanlah shafmu, semoga Allah merahmatimu"
dan imam juga dianjurkan untuk melihat ke kanan dan ke kiri (untuk
memperhatikan, apakah makmum telah meluruskan dan merapatkan shaf atau belum?).
Apabila masjid tersebut luas, maka imam boleh menugasi seseorang untuk
memerintahkan makmum meluruskan dan merapatkan shaf mereka, dan orang itu
bertugas mengelilingi makmum atau juga dengan cara memerintahkan makmum dengan
suara yang dapat didengar oleh mereka yang berada di belakang. Dan siapa saja
dari makmum yang melihat terdapat kekosongan di shaf, maka disunnahkan baginya
untuk memerintahkan makmum yang lain meluruskan dan merapatkan shaf.

[PERSONAL VIEW]
---------------
Alhamdulillah, buku ini memberikan banyak faedah yang bermanfaat kepada kita.
Diantaranya adalah perintah dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam untuk
meluruskan dan merapatkan shaf. Dari ini pun kita mengetahui tentang bagaimana
cara merapatkan dan meluruskan shaf. Yaitu dengan merapatkan bahu dengan bahu,
lutut dengan lutut, dan kaki dengan kaki. Amat disayangkan bila kebanyakan kaum
muslimin meninggalkan sunnah yang mulia ini. Yaitu enggan merapatkan dan
meluruskan shaf. Maka dari itu tidak heran bila hati-hati kaum muslimin tidak
bersatu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
sallam. Maka dari itu patutlah kita untuk menghidupkan sunnah dalam merapatkan
dan meluruskan shaf. Yang dengan itu bisa menjadi jalan untuk persatuan kaum
muslimin.

Demikian ringkasan ini, yang dibuat untuk meraih simpati Allah Jalla wa 'Ala.
Semoga terhitung sebagai upaya menghidupkan Sunnah disaat kebanyakan orang
meninggalkannya. Amiin.

Ringkasan buku ini dibuat oleh Chandraleka
di Depok, 04 November 2007

 

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Aku Ingin Menikah, Tapi ... - Resensi Islam

..:: Aku Ingin Menikah, Tapi ... ::..

Judul : Aku Ingin Menikah, Tapi ...
Pengarang : Salman bin Shafir Abdullah Asy Syahri
Penerjemah : Ust. Abu Ihsan Al Atsary
Penerbit : At Tibyan - Solo
Cetakan : -
Halaman : 80 halaman

Buku ini menjelaskan hambatan hambatan atau batu sandungan dalam melangkah ke jenjang pernikahan. Tidak semua penghalang - menuju pernikahan - disebutkan oleh penulis, tetapi hanya sebagiannya saja. Ada 20 batu sandungan yang disebut dalam buku itu, yaitu :

. Menyelesaikan studi
. Tingginya mahar
. Cacat
. Reputasi sebagai jejaka dan perawan
. Terlalu memilih milih pasangan
. Berlebih lebihan dalam menetapkan syarat dan biaya pernikahan
. Tidak ada keinginan menikahi duda atau janda
. Menolak kawin dengan pria yang punya istri
. Pandangan sinis masyarakat
. Gambaran negatif terhadap lembaga perkawinan yang disebarkan oleh musuh musuh Islam
. Ambisi mendapat bagian dari penghasilan seorang wanita
. Kemiskinan suami dan ketergantungannya
. Takut mengemban tanggung jawab
. Suka melancong ke luar negeri
. Kemandulan
. Keinginan menikah dengan penampilan yang mewah dan glamour
. Taklid kepada orang lain
. Menyerahkan keputusan dalam urusan ini kepada kaum wanita
. Tidak ada reaksi dari pihak yang berkompeten melakukan perbaikan untuk memperbaiki atau menyelesaikan atau meringankan masalah ini
. Kondisi kesehatan

Kemudian, ini sebagian isi yang bisa saya bawakan di ringkasan buku ini.

[Tingginya Mahar]
-----------------
Banyak orang tua yang memasang tarif mahar yang sangat tinggi untuk puterinya dengan harapan ia memperoleh uang yang banyak. Ia jadikan pernikahan puterinya sebagai lahan mencari keuntungan dengan mematok mahar yang sangat tinggi kepada paralelaki yang datang meminangnya. Oleh karena itu, aku ingin bisikkan ke telinga orang tua seperti ini: Bukankah puterimu yang miskin ini adalah buah hatimu? Bukankah engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala?

Lalu mengapa engkau tidak menjalankan hukum Allah dalam mengurus dirinya? Tidakkah engkau tahu bahwa tuntutan mahar yang tinggi itu akan membuat umurnya terbuang percuma? Apalagi menunda nunda pernikahan dapat membuatnya terjangkit penyakit penyakit kejiwaan yang biasa menimpa para perawan tua? Keberhasilan puterimu dalam membangun rumah tangga bukan dengan menuntut mahar yang tinggi. Namun dengan memilih suami yang shalih, taat beragama dan baik akhlaknya. Jangan jadikan puterimu sebagai barang dagangan untuk mengejar keuntungan materi, apalagi dengan mengorbankan kemaslahatannya. Janganlah sampai ia menjadi penyebab dirimu masuk naar. Ketahuilah bahwa engkau berdiri bersamanya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari tiada lagi berguna harta dan anak keturunan kecuali yang menemui Allah dengan membawa hati yang salim.

[Terlalu Memilih milih Pasangan]
--------------------------------
Banyak pemuda dan pemudi yang terlambat menikah karena terlalu berlebihan dalam memilih pasangan. Mereka terkungkung dalam khayalan dan ilusi, sementara umur terus bertambah. Kalaulah kita kembali kepada tata cara yang benar yang telah digariskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kita, tentu memadai dengan jerih payah kita dan niscaya kita akan mencapai tujuan dengan jalan yang paling mudah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menggariskan kepada kita manhaj yang lurus dalam memilih istri, demikian pula dalam memilih suami. Beliau tidak membiarkan para pemuda dan pemudi tenggelam dalam khayalan dan lamunan yang telah menjadi salah satu penghambat langkah menuju jenjang pernikahan yang sangat mereka butuhkan itu.

[Takut Mengemban Tanggung Jawab]
--------------------------------
Banyak muda mudi Islam yang menghindari pernikahan karena anggapan buruk yang menggelayut dalam diri dan benak mereka bahwa pernikahan itu adalah tanggung jawab, ikatan, dan beban. Sebagaimana yang telah kami sebutkan, hal ini merupakan akibat pengaruh budaya luar yang bertentangan dengan nilai nilai ajaran Islam, yang masuk melalui berbagai macam media, baik audio visual, media cetak atau media media lainnya. Ditambah lagi dengan langkanya tarbiyah yang baik yang diterima oleh muda mudi tersebut dari keluarga mereka yang menyebabkan mereka hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan lemah.

Yang terpikir oleh mereka hanyalah sebatas urusan makan, minum, permainan, mengikuti berita berita yang menyibukkan pikirannya seperti berita para selebritis atau membaca majalah majalah cabul. Sibuk mengikuti perkembangan berita para aktor dan artis, bintang bintang film dan lain sebagainya. Apakah muda mudi seperti mereka mampu mengemban tanggung jawab rumah tangga?

Sesungguhnya ulama tarbiyah menegaskan pentingnya peran keluarga dalam mendidik generasi muda, pentingnya mengemban amanah dan adanya rasa tanggung jawab. Sunguh pada diri Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam terdapat contoh dan suri tauladan yang baik bagi kita semua. Beliau mentarbiyah para sahabat agar mempunyai tanggung jawab. Beliau sengaja memilih Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu - yang pada saat itu masih berusia tujuh belas atau delapan belas tahun sebagai pemimpin pasukan yang di dalamnya terdapat para shahabat senior. Dan masih banyak lagi contoh contoh lain bagi muda mudi Islam supaya mampu mengemban tanggung jawab dengan sempurna sebagai hasil dari tarbiyah hasanah yang diberikan kepada mereka. Dan bagi para wali, hendaklah mendidik generasi muda dengan tarbiyah Islamiyah yang benar, menanamkan pada diri mereka sifat mandiri agar mereka tidak menjadi orang yang pemalas, pasrah dan acuh tak acuh.

-----------------

[PERSONAL VIEW]
---------------
Jalan untuk menikah, boleh jadi tidak selamanya mulus. Ada saja hambatan hambatan yang pada intinya ingin mementahkan niat baik seseorang untuk menikah. Saya kira buku ini perlu dibaca oleh siapa saja yang ingin menikah tetapi menghadapi batu sandungan. Semoga dengan itu bisa diperoleh wawasan yang dapat membantu menepis halangan untuk menikah.

Kemudian, barengi juga dengan upaya mempermudah jalan untuk menikah. Diantaranya tidak mempersulit dalam masalah kriteria pasangan ideal, masalah mahar, syarat - syarat, dll. Sehingga sejalan dengan doa yang sering kita dengar diantara ikhwan dan akhwat yang akan menikah yaitu "semoga dimudahkan Allah". Bila kita ingin dimudahkan Allah dalam masalah pernikahan ini, maka sudah seharusnya kita berupaya juga dengan mempermudah diri dan tidak malah mempersulit diri. Dengan itu kita telah membuat jalan agar turun pertolongan Allah.

Ringkasan ini dibuat oleh Chandraleka
Di Depok 8 Oktober 2006

Wassalamua'alaikum

Chandraleka
Independent IT Writer

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Jadwal Waktu Shalat Abadi - Resensi Islam

... Ringkasan Buku ...
http://buku-ok.blogspot.com

Judul : Jadwal Waktu Shalat Abadi Menurut Al Qur'an dan As Sunnah
Penulis : Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin
Penerbit : Maktabah Al Hanif
Cetakan : Januari 2006
Halaman : 68

Allah berfirman (yang artinya):
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman". (An Nisa': 103).

Berdasarkan ayat yang mulia ini, perlu bagi kaum muslimin untuk mengetahui waktu-waktu shalat wajib. Alhamdulillah buku yang ditulis oleh Syaikh Utsaimin Rahimahullah sangat gamblang dan jelas memaparkan tentang waktu-waktu shalat tersebut. Dengan berdasar kepada Al Qur'an dan As Sunnah.

Berikut saya kutipkan sebagian dari buku tersebut semoga bisa menjadi penjelasan yang ringkas buat para pembaca. Pasal-pasal lainnya dalam buku tersebut tidak saya sertakan semata-mata untuk ringkasnya tulisan ini.

[PENJELASAN TENTANG WAKTU-WAKTU SHALAT]
-----------------------------------------
Alhamdulillah, Allah Ta'ala telah menjelaskan waktu-waktu ini dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya Shallallahu'alaihi wa sallam secara gamblang dan tuntas. Penjelasan yang terdapat dalam Kitabullah terdapat dalam firman-Nya Ta'ala (yang artinya):

"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Al Isra': 78).

Adapun dalil dari Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, telah disebutkan dalam Shahih Muslim dari 'Abdullah bin Amr bin al 'Ash Radhiyallahu'anhuma bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):

"Waktu Zhuhur jika matahari telah tergelincir sampai bayangan seseorang sama tinggi dengan seseorang itu selama belum masuk waktu 'Ashar. Waktu 'Ashar sampai matahari berwarna kuning. Waktu shalat Maghrib selama sinar matahari belum hilang. Waktu shalat 'Isya' sampai tengah malam. Waktu shalat Subuh mulai terbitnya fajar selama matahari belum terbit."

Dalam salah satu riwayat disebutkan:
"Dan waktu 'Isya' sampai tengah malam dan beliau tidak membatasi dengan ausath (tengah-tengah)."

Berdasarkan ayat dan Sunnah Nabawiyah yang mulia di atas baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, tampaklah dengan jelas bahwa waktu-waktu shalat wajib adalah sebagai berikut:

1. Waktu shalat Zhuhur mulai matahari zawal, yaitu matahari telah melewati tengah-tengah langit, hingga panjang bayangan sesuatu sama dengan tingginya.

Penjelasannya adalah bahwa apabila matahari semakin naik, maka bayangan sesuatu sedikit demi sedikit akan menjadi semakin pendek hingga matahari condong ke arah barat. Apabila matahari telah condong ke arah barat, maka bayangan itu akan kembali memanjang. Ini berarti waktu shalat Zhuhur telah masuk. Demikian pula apabila bayangan sesuatu itu kembali memanjang hingga menjadi sama dengan panjang sesuatu itu, berarti waktu shalat Zhuhur telah
keluar (habis).

2. Waktu shalat 'Ashar dimulai ketika panjang bayangan sesuatu sama dengannya sampai matahari menguning atau memerah.

Adapun waktu daruratnya adalah sampai matahari terbenam. Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwasannya Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda (artinya):

"Barangsiapa mendapatkan satu rakaat shala Shubuh sebelum matahari terbit, maka dia telah mendapatkan shalat Subuh, dan barangsiapa mendapatkan satu rakaat shalat 'Ashar sebelum matahari tenggelam, maka dia telah mendapatkan shalat 'Ashar". Muttafaq'alaih.

3. Waktu shalat Maghrib mulai terbenamnya matahari hingga hilangnya syafaq, yaitu cahaya kemerah-merahan.

4. Waktu shalat 'Isya yang akhir mulai hilangnya syafaq hingga tengah malam. Waktu shalat 'Isya' tidak sampai terbitnya fajar. Allah Ta'ala berfirman dalam al Qur'an (artinya): "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam", Allah tidak mengatakan: "sampai terbitnya fajar". As Sunnah juga telah menjelaskan bahwa waktu 'Isya' berakhir hingga tengah malam sebagaimana tersebut dalam hadits 'Abdullah bin 'Amr Radhiyallahu'anhuma.

5. Waktu shalat Fajar (Subuh) mulai terbitnya fajar kedua - yakni munculnya cahaya putih yang membentang di ufuk timur, yang sesudah itu tidak ada gelap lagi - sampai terbitnya matahari.

[PERSONAL VIEW]
---------------
Berdasarkan firman Allah (yang artinya):
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang-orang yang beriman". (An Nisa': 103).

Maka sudah seharusnya kita mengetahui waktu-waktu shalat yang diwajibkan Allah kepada kita kaum muslimin. Penjelasan tentang waktu-waktu shalat tersebut ada pada ayat yang lainnya
yaitu Surat Al Isra': 78 dan perinciannya ada pada hadits-hadits diantaranya hadits dari 'Abdullah bin 'Amr bin al 'Ash Radhiyallahu'anhuma yang telah disebutkan di atas.

Alhamdulillah, dari membaca buku karya Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin ini, kita bisa memahami bahwa tidak mungkin seorang muslim hanya berpegang kepada Al Qur'an semata. Tetapi harus juga berpegang kepada As Sunnah (hadits). Kalau seorang muslim hanya berpegang kepada Al Qur'an semata, tentu dia akan kebingungan dengan waktu-waktu shalat yang diperintahkan dalam Al Qur'an. Penjelasan yang rinci tentang waktu-waktu shalat tersebut ada pada Sunnah Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam. Berkata Syaikh 'Utsaimin dalam buku ini

"Keduanya -yakni Al Qur'an dan Sunnah- berasal dari sisi Allah Ta'ala." (hal. 14).

Kemudian Syaikh membawakan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam (artinya):

"Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi al Kitab (al Qur'an) dan sesuatu yang serupa dengan itu bersamanya (yakni as Sunnah)." (Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan sanad shahih).

Demikian, semoga ringkasan ini bermanfaat. Amiin.
Terima kasih kepada Maktabah al Hanif atas ijinnya membuat ringkasan ini.

Ringkasan buku ini dibuat oleh Abu Isa Hasan Cilandak
di Depok, 05 Syawal 1429 H / 05 Oktober 2008


lintasberita

Lanjut Baca

Buku ..:: Al Masaa il 7 :: Memilih Pasangan - Resensi Islam

..:: Al Masaa il 7 ::..

Judul : Al Masaa'il 7
Pengarang : Abdul Hakim bin Amir Abdat
Penerbit : Darus Sunnah Jakarta
Cetakan : Pertama - Oktober 2006
Halaman : 312 halaman

Al Masaail 7 hadir dengan membahas masalah masalah seputar muamalah dan hukum
hukum seputar masalah pernikahan. Untuk masalah pernikahan, ada banyak masalah
yang diulas yang umumnya terjadi di masyarakat dan perlu diketahui oleh ummat
Islam, sebagiannya yaitu :

Masalah 190
Disyariatkannya Nazhar (Melihat Perempuan Yang Akan Dipinang), Dan Apa Yang
Dilihat Ketika Nazhar


Masalah 191
Apa Yang Dilarang Dan Dibolehkan Dalam Masalah Meminang Pinangan Orang Lain
Sesama Muslim?

Masalah 192
Setelah Nazhar atau Dinazhar Tidak Jadi Meminang (Khitbah) Atau Tidak Jadi Nikah

Masalah 193
Membatalkan Pinangan

Masalah 194
Seorang Wanita Menawarkan Dirinya Untuk Dinikahi Oleh Laki Laki Yang Menjadi
Pilihannya

Masalah 195
Seorang Menawarkan Anak Perempuannya Atau Saudara Perempuannya Kepada Laki Laki
Shalih Yang Dia Pilih Untuk Dinikahi Oleh Laki Laki Itu Walaupun Laki Laki
Pilihannya Itu Telah Mempunyai Istri

Masalah 196
Tidak Sah Nikah Tanpa Wali Bagi Gadis Maupun Janda

Masalah 197
Sulthan Adalah Sebagai Wali Bagi Wanita Yang Tidak Mempunyai Wali

Masalah 198
Apabila Walinya Yang Menikahinya Sendiri

Masalah 199
Apabila Wali Tidak Mau Mewalikan Atau Menghalangi Pernikahan

Masalah 200
Hukum Khotbah Nikah Tidak Wajib

Masalah 201
Perintah Kepada Para Pemuda Yang Telah Mampu Untuk Segera Menikah

Masalah 202
Orang Yang Tidak Mampu Menikah

Masalah 203
Memilih Pasangan

Masalah 204
Kawin Paksa

Salah satu topik bahasan yang menarik diantara topik topik lain yang memang
menarik untuk diketahui adalah

[M A S A L A H 2 0 3 : M E M I L I H P A S A N G A N]
Oleh Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat
--------------------------------------------------------

Dari Abi Hurairah, dari Nabi shallallahu'alaihi wa sallam beliau bersabda:
"Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena
kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah
yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi." Hadits Shahih.
Telah dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5090) dan Muslim (no. 1466) dan yang selain
keduanya.

Hadits yang lain:

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Aku pernah menikahi seorang wanita pada
zaman Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Lalu aku bertemu Nabi
shallallahu'alaihi wa sallam, maka beliau bertanya (kepadaku): "Ya Jabir, apakah
engkau telah menikah?"

Aku menjawab : "Ya"

Beliau bertanya lagi : "Dengan perawan atau janda?"

Aku menjawab : "Dengan janda."

Beliau bertanya lagi: "Kenapa tidak perawan saja yang engkau dapat bermain
dengannya?"

Aku menjelaskan : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa orang
saudara perempuan, maka aku khawatir dia masuk diantaraku dan di antara saudara
saudara perempuanku."[1]

Beliau bersabda: "Kalau begitu (alasanmu) bagus. Sesungguhnya perempuan itu
biasanya dinikahi karena agamanya, karena hartanya, karena kecantikannya, maka
hendaklah engkau memilih yang beragama pasti engkau akan beruntung."

Hadits Shahih. Telah dikeluarkan oleh Muslim sesudah hadits Abu Hurairah.

FIQIH HADITS
------------
Di dalam dua buah hadits yang mulia ini Nabi telah menjelaskan kepada kita akan
adat atau kebiasaan laki laki menikahi wanita karena salah satu dari empat
perkara yang tersebut di atas. Kemudian Nabi shallallahu'alaihi wa sallam telah
memberikan petunjuk kepada kita untuk memilih yang tertinggi dan yang termulia
yang akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu pilihlah yang
beragama. Yang dimaksud dengan yang beragama ialah wanita yang shalihah
sebagaimana hadits selanjutnya setelah ini dari hadits 'Abdullah bin 'Amr.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa laki laki tidak boleh memilih wanita yang
cantik dan seterusnya sebagaimana yang tersebut di hadits. Tidak demikian! Ini
adalah sebuah kesalahan di dalam memahami hadits. Akan tetapi maksudnya -Insya
Allah Ta'ala- seperti ini: Misalnya ada seorang laki laki memilih seorang wanita
yang cantik parasnya. Kemudian dia melihat, apakah pilihannya seorang wanita
shalihah? Apakah agamanya dan akhlaqnya secantik wajahnya? Kalau jawabannya
adalah "ya", maka dia boleh melanjutkan pilihannya. Kiaskanlah dengan
keistimewaan yang lainnya! Tetapi kalau jawabannya "tidak", maka dia dihadapkan
kepada dua pilihan yang salah satunya harus dia tentukan dan tetapkan. Imma dia
melanjutkan pilihannya, berarti dia telah mendahulukan kecantikan dari
keshalihan. Imma dia membatalkan pilihannya, berarti dia telah mendahulukan
keshalihan (yakni agama) dari kecantikan. Atau ketika akan memilih dia
menentukan sesuai dengan apa yang dia mau -atau katakanlah olehmu sesuai dengan
seleranya- : Saya akan memilih wanita yang cantik, yang tinggi, yang putih, yang
begini dan begitu dan seterusnya. Pilihan yang seperti ini dibolehkan dan agama
tidak pernah melarangnya, karena memang berjalan bersama dengan adat atau
kebiasaan yang berlaku pada manusia. Oleh karena itu Nabi kita yang mulia
shallallahu'alaihi wa sallam mengatakan : "Wanita itu biasa dinikahi karena
empat perkara :..."

Akan tetapi tetap saja penentuan akhirnya ada pada agama sebagaimana Nabi
shallallahu'alaihi wa sallam mengakhiri dan menutup sabdanya: Maka pilihlah yang
beragama!

Dari sini Nabi yang mulia shallallahu'alaihi wa sallam telah memberikan
pengarahan dan petunjuk serta nasehat yang sangat besar, bahwa: Janganlah kau
kalahkan agamamu dengan segala macam kecantikan dan harta benda duniawi. Padahal
sebaik baik kesenangan, kemewahan, harta benda dunia dalah wanita shalihah.
Maknanya, kalau pilihanmu jatuh kepada wanita shalihah, berarti engkau telah
memiliki harta benda dan kesenangan dunia yang terbaik. Istimewa kalau wanita
shalihah pilihanmu itu adalah seperti yang kau ingini. Demikian juga hukum ini
berlaku kepada setiap muslimah yang akan menjatuhkan pilihannya kepada laki laki
muslim.

Dari 'Abdullah bin 'Amr (ia berkata): Sesungguhnya Rasulullah shallallahu'alaihi
wa sallam telah bersabda: "Dunia ini adalah kesenangan, dan sebaik baik
kesenangan dunia ialah wanita shalihah."

Hadits shahih. Telah dikeluarkan oleh Muslim (no. 1467).

Hadits yang mulia ini sebagai tafsir dari apa yang dimaksud dengan sabda beliau
shallallahu'alaihi wa sallam: Pilihlah yang beragama! Yaitu wanita yang
shalihah.

Demikian juga dengan wanita, maka hendaklah dia memilih laki laki yang shalih
yang akan menuntunnya ke jannah dan menjaganya dari api jahannam. Perhatikanlah
sabda Nabi shallallahu'alaihi wa sallam di bawah ini:

Dari Sahl bin Sa'ad As Saa'idiy, ia berkata: Ada seorang laki laki lewat
dihadapan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam maka beliau bertanya kepada
laki laki yang sedang duduk di sisi beliau: "Bagaimana pendapatmu tentang orang
ini?" Maka laki laki (yang lagi duduk di sisi beliau itu) menjawab: "Dia adalah
seorang laki laki dari orang yang paling mulia (yakni karena kekayaannya).
(Orang) ini, demi Allah, layak sekali kalau dia meminang (pasti) akan (diterima
pinangannya kemudian) dinikahkan, dan kalau dia meminta tolong (pasti) akan
ditolong, dan kalau dia berkata (pasti) akan didengar."

Sahl bin Sa'ad As Saa'aidiy berkata: "Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
sallam diam (tidak menjawab). Kemudian lewat lagi seorang laki laki (yang lain),
maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam kembali bertanya kepada laki laki
yang sedang duduk di sisi beliau: "Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?"

Maka laki laki itu menjawab: "Wahai Rasulullah, ini adalah seorang laki laki
dari orang orang faqir kaum muslimin. (Orang) ini patut kalau dia meminang
(pasti) tidak akan dinikahkan, dan kalau dia meminta tolong (pasti) tidak akan
ditolong, dan kalau dia berkata (pasti) tidak akan didengar."

Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Orang ini lebih baik
sepenuh bumi dari yang seperti orang itu (yakni orang yang sebelumnya)."

Hadits shahih. Telah dikeluarkan oleh Bukhari (no. 5091 & 6447).

-------------------

Demikian masalah 203 yang ditulis oleh Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat.

[PERSONAL VIEW]
Dari pembahasan tersebut kita mengetahui bahwa tidak terlarang bila kita mencari
pendamping hidup yang cantik / ganteng, dst, sepanjang tidak melupakan masalah
agama orang yang kita pilih. Karena inilah yang paling penting, agar kita tidak
merugi nantinya.

Mengingat pentingnya pembahasan tentang pernikahan ini, alangkah baiknya bila
suatu saat Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat menuliskan suatu buku khusus yang
memuat panduan bagi para ikhwan dan akhwat yang membahas jalan menuju
pernikahan. Yaitu apa apa yang perlu dipersiapkan dan ditempuh untuk menuju
pernikahan sesuai Al Qur'an dan Sunnah Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam. Bila
pada buku beliau Menanti Buah Hati, tema pembahasan adalah seputar persiapan dan
pendidikan anak, maka perlu juga dibuat suatu buku khusus pra pernikahan, yang
membahas hal hal yang perlu diketahui sebelum pernikahan.

Wassalamua'alaikum

Ringkasan buku ini dibuat oleh :
Chandraleka
Independent IT Writer

lintasberita

Lanjut Baca
 
Copyright (c) 2010 Buku Bagus by Dunia Belajar