Dalam Mihrab Cinta I Novel Islami

Penulis : Habiburrahman El-Shirazy

Penerbit : Republika

Berat : 600 gram

Sampul : Hard Cover

Harga resmi : 60.000

Harga di Buku Murah : 45.000


Sinopsis

Novel Dalam Mihrab Cinta ini memang sudah cukup lama..

Namun, insya'Allah ceritanya akan selalu menggugaah.. dan membuat anda betah untuk membacanya berulang-ulang..

Karya Novelis No. 1 di Indonesia Habiburrahman El-Shirazy yang yang telah dilayar lebarkan pada 23 Desember 2010 di Seluruh Bioskop Indonesia..

Siang itu Pesantren Al Furqon yang terletak di daerah Pagu, Kediri, Jawa Timur geger. Pengurus Bagian Keamanan menyeret seorang santri yang diyakini mencuri. Beberapa orang santri terus menghajar santri berambut gondrong itu. Santri itu mengaduh dan minta ampun.

“Ampun, tolong jangan pukul saya. Saya tidak mencuri!” Santri yang mukanya sudah berdarah-darah itu mengiba.

“Ayo mengaku. Kalau tidak kupecahkan kepalamu!” Teriak seorang santri berkopiah hitam dengan wajah sangat geram.

“Sungguh, bukan saya pelakunya.” Si Rambut Gondrong itu tetap tidak mau mengaku.

Serta merta dua bogem melayang ke wajahnya. “Nich rasain pencuri!” teriak Ketua Bagian Keamanan yang turut melayangkan pukulan. Si Rambut Gondrong mengaduh lalu pingsan.

Menjelang Ashar, si Rambut Gondrong siuman. Ia dikunci di gudang pesantren yang dijaga beberapa santri. Kedua tangan dan kakinya terikat. Airmatanya meleleh. Ia meratapi nasibnya. Seluruh tubuhnya sakit. Ia merasa kematian telah berada di depan mata.

Di luar gudang para santri ramai berkumpul. Mereka meneriakkan kemarahan dan kegeraman.

“Maling jangan diberi ampun!”

“Hajar saja maling gondrong itu sampai mampus!”

“Wong maling kok ngaku-ngaku santri. Ini kurang ajar. Tak bisa diampuni!”

Ia menangis mendengar itu semua. Sepuluh menit kemudian pintu gudang terbuka. Ia sangat ketakutan. Tanpa ia sadari ia kencing di celana karena saking takutnya. Para santri yang didera kemarahan meluap hendak menerobos masuk. Tapi Lurah Pondok menahan mereka dengan sekuat tenaga. Pak Kiai, pengasuh pesantren masuk dengan wajah dingin.


lintasberita

Lanjut Baca

Buku Murah I Jangan Telat Menikah

Judul : Jangan Telat Menikah
Penulis : Riyadh al muhaisin
Kholid bin Ibrahim Ash-Shoq'abi,
Muhammad bin shalih Al-Utsaimin
Penerbit : Al-Qowam
Harga resmi : 19.000
Harga di Buku Murah : 17.500


Deskripsi :
Umat islam diperintahkan untuk segera menikah dan jangan menundanya bila sudah saatnya untuk menikah, karna dengan mengsegerakan untuk menikah maka umat muslim telah menyempurnakan setengah diennya. Namun, pada kenyataannya banyak sekali teman, tetangga atau kerabat kita baik dari Pria maupun wanita yang sengaja menunda nunda untuk menyempurnakan setengah diennya tersebut.

Oleh karena itu, buku ini hadir menyapa para pembaca semuanya agar Jangan sampai kita Telat untuk menikah jika kita sudah diberi kemampuan oleh Allah SWT. Dapatkan bukunya di Buku Murah Online.
lintasberita

Lanjut Baca

Sukses Menyusui Meski Bekerja


Berita tentang pelarangan iklan susu formula di bawah 1 tahun sudah lama berlangsung, bahkan saat ini sama sekali tidak dijumpai iklan tersebut di layar televisi atau media massa. Acungan jempol patut diberikan kepada Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih yang telah berjuang mengupayakan kesadaran tentang pentingnya ASI, salah satunya dengan pelarangan iklan susu formula. Susu formula yang awalnya hanyalah sebagai alternatif bagi ibu yang kesulitan atau tidak dapat memproduksi ASI, ternyata semakin lama malah menjadi kebutuhan primer para ibu untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi yang baru beberapa bulan lahir.

Permasalahan ini diperparah dengan banyaknya rumah sakit yang kontra dengan IMD [Inisiasi Menyusui Dini] dan ASI, sehingga ketika bayi baru lahir para teknisi kesehatan ini tidak sabar menunggu para ibu menyusui dini. Malah terkadang memberi susu formula pada bayi yang baru lahir tanpa sepengetahuan dari sang ibu – diambil dari wawancara “Pelarangan Iklan Susu Formula” di Metro TV.

Banyak alasan yang menjadi landasan para ibu tidak bersedia memberi ASI pada buah hatinya, diantaranya takut badan tidak menarik lagi, waktu yang minim karena bekerja, atau bisa malah tidak ada dukungan keluarga. Semua alasan itu sebenarnya bisa ditepis jika para ibu memahami dan menyadari betapa pentingnya ASI bagi sang bayi. Penelitian pun menyatakan bahwa kandungan ASI jauh lebih baik dibandingkan susu formula. Seperti yang dijelaskan pada buku Sukses Menyusui Meski Bekerja ini, bahwa pencernaan bayi yang baru saja lahir belumlah sempurna sehingga dibutuhkan ASI yang memiliki kandungan zat-zat yang lebih bersahabat.

Tidak dipungkiri bahwa saat ini banyak sekali ibu-ibu yang berkarir di luar rumah. Hal inilah yang seringkali menjadi alasan utama keengganan para ibu untuk memberikan ASI. Gak ada waktu, kilahnya. Mereka cenderung tidak mau ribet dengan segala tetek bengek per-ASI-an dan lebih memilih yang praktis-praktis saja. Sangat disayangkan.

Bersyukur bahwa ternyata masih ada ibu-ibu yang masih peduli dengan pentingnya ASI walaupun dalam kondisi aktif bekerja. Syasya Azisya, seorang perempuan yang bersedia menuangkan pengalaman, pengetahuan, dan segala informasi penting tentang ASI yang layak diketahui masyarakat. Pengalamannya yang pernah gagal memberi ASIX [ASI Eksklusif] kepada anak pertamanya tidak lantas membuat semangatnya kendur untuk memberikannya pada anaknya yang kedua. Dengan kesadaran penuh akan berlimpahnya manfaat dan keunggulan ASI membuatnya rela meluangkan waktunya yang padat untuk menyediakan ASIP [ASI Perahan] bagi sang putri.

Bukan hal mudah memang, apalagi jika tuntutan kerja meningkat. Namun, bukan hal mustahil untuk mewujudkannya. Satu poin yang harus diketahui para ibu berkarir ini jika ingin berkomitmen memberi ASI adalah manajemen waktu. Maka berbagilah sang penulis lewat bukunya tentang bagaimana memanajemen waktu sehingga sang buah hati tidak terlalaikan ASI-nya.

Sangat bermanfaat sekali memahami berbagai seluk beluk tentang ASI, baik bagi perempuan yang belum atau telah menikah, baik istri maupun suami. Tidak hanya berisi tentang manajemen ASIX, tapi buku ini juga memberikan gambaran pentingnya ASI, mitos-mitos tentang menyusui, segala peralatan yang mendukung ASIP, dan dilengkapi pula dengan kisah pengalaman beberapa ibu dalam berjuang untuk memberikan cairan cintanya pada sang buah hati.

Judul : Sukses Menyusui Meski Bekerja
Penulis : Syasya Azisya
Penerbit : Gema Insani Press
Terbit : 2010
Tebal : 132 halaman

NB: Jazakillah khoir Mbak Syasya, bukunya sangat-sangat bermanfaat ^^


lintasberita

Lanjut Baca

Pixar


Tau Toy Story gak? Kenal a bug’s life? Gimana dengan Monster Inc? Atau Finding Nemo? Atau Wall-E? Jika Anda hanya terbengong-bengong mendengar nama-nama tersebut, maka Anda bukanlah penggemar film animasi, atau bahkan bukan seorang penyuka film? Yah, tak apalah. Walaupun Anda bukan penggemar film, sepertinya tetap layak untuk membaca sebuah buku yang menyimpan semangat, keberanian, dan optimisme ini. Pixar, sebuah indutri film yang sangat ternama terutama di dunia animasi.

Bagi pencinta film animasi, pastinya kenal dengan brand Pixar. Setiap kali berjumpa dengan film garapan Pixar, di awal sebelum film berlangsung pasti akan menjumpai logo wajib berbentuk lampu sorot yang melompat-lompat di atas huruf I hingga hilang tertekan sang lampu. Bingung? Ah, coba deh sekali-kali ke rental atau pedagang DVD untuk mendapatkan judul film-film di atas. Saya termasuk penyuka film animasi, walaupun tidak bisa dikatakan maniak. Minimal film-film yang disebutkan di atas sudah pernah saya pelototin di layar komputer. Yeah! Saya menonton hanya lewat VCD atau DVD.

Walaupun hanya menonton dari layar yang tak sebesar bioskop, saya sangat menikmati hampir semua film animasi. Tidak hanya yang diproduksi oleh Pixar, tetapi juga Disney, Warner Bros, DreamWorks ataupun Turner Broadcasting.

Film animasi menawarkan film kartun dengan gaya baru. Selain bentuk tokohnya yang sangat-sangat terlihat nyata, film animasi seringkali menyajikan kisah lucu yang sarat makna. Tidak sekadar seperti cerita Donal Bebek atau Mickey Mouse yang berdurasi pendek, film animasi selalu memiliki alur cerita yang tertata dan berdurasi panjang.

Seperti yang tertuang dalam kisah Monster Inc, salah satu film animasi terfavoritku. Film tersebut berkisah tentang perusahaan Monster yang mengumpulkan jeritan bocah-bocah dengan cara menakut-nakuti. Nantinya jeritan tersebut akan dijadikan asupan energi listrik bagi kota Monster. Salah satu monsternya yang sangat terkenal menyeramkan adalah James Sullivan. Konflik dimulai ketika seorang bocah cilik ternyata tidak takut dengan Sully, malah mengutit hingga masuk ke wilayah terlarang yaitu kota Monster. Upaya Sully menyelamatkan dan mengembalikan bocah ini ke bumi, menjadi salah satu plot menegangkan dan seru dalam cerita. Namun, yang membuat film animasi menjadi lebih spesial lagi adalah penciptaan tokoh serta segala gerak dan ekspresi yang terlihat sangat hidup.

Gebrakan film animasi dimulai sejak munculnya film Toy Story dan pelopor terciptanya film kartun dengan menggunakan teknologi secara total, tanpa menggunakan gambar-gambar hasil coretan tangan.

Sebelum memiliki nama besar, Pixar memiliki sejarah panjang. Pixar sendiri awalnya tidak bergerak di dunia film tetapi memproduksi berbagai software. Hanya karena ketidak-sengajaan John Lesseter, sang animator unggulan, membuat animasi pendek sebagai contoh hasil karya dari sebuah produk software, ternyata menuai sukses ketika animasi tersebut malah masuk nominasi Oscar.

Pixar pun mulai melirik bisnis film animasi sebagai salah satu peluang besar yang sayang untuk dilewatkan. Permasalahannya adalah Pixar telah lama mengalami kekurangan dana, sejak menjadi “anak” perusahaan Lucasfilm hingga kemudian berada di tangan Steve Jobs---sosok yang membeli Pixar dari Lucasfilm. Jatuh bangun. Pejuangan Ed Catmull, salah satu pencetus Pixar, ke sana- ke mari dalam mempertahankan Pixar patut diacungi jempol, terutama atas komitmen dan optimismenya terhadap masa depan film animasi.

Di buku ini diungkapkan tentang berbagai proses kreatif dari pembuatan film-film animasi. Bahkan riset-riset detail para pembuat animasinya mampu membuat saya terpukau, contohnya dimana salah satu animator rela menceburkan dirinya ke kolam demi melihat bagian baju mana yang melekat pada badan dan mana yang ‘bebas’. Itu baru hal kecil, belum lagi riset-riset yang dilakukan mereka supaya penonton tidak hanya menikmati sang tokoh, tetapi juga latar tempat. Misalnya, ketika harus menciptakan efek air pada film Finding Nemo yang mengharuskan mereka menyelam ke kedalaman laut dan menonton rentetan film yang memuat latar laut.

Berbicara tentang produksi film pasti tidak lepas dari dunia bisnis. Maka lewat tulisan Ni Ketut Susrini ini terlihat bahwa film-film garapan Pixar yang sebagian besar mendapat penghargaan bergengsi, ternyata menyimpan permasalahan kompleks. Bahwa ternyata di balik setiap pembuatan dan proses pendistribusian film-film Pixar terdapat ketegangan dan situasi panas yang sempat membuat Pixar dan Disney hampir ‘bercerai’. Bahkan menyebabkan tertundanya penayangan salah satu film animasi yang di kemudian hari tetap menjadi favorit para penonton, bahkan di Indonesia.

Setelah menuntaskan isi buku dengan gambar berbagai tokoh animasi di sampul depannya ini, saya akan lebih menghargai sebuah film animasi, tidak hanya lewat karena alur cerita yang apik, tetapi juga kerja keras dan perjuangan di balik layar.

Judul : Pixar
Penulis : Ni Ketut Susrini
Penerbit : B First
Terbit : Juni 2009
Tebal : 180 halaman

lintasberita

Lanjut Baca

Kabul Beauty School


Jika disebutkan tentang relawan daerah konflik, bidang apa yang terpikir dalam kepala Anda? Pasti sebagian besar akan menelurkan kata medis, pendidikan, psikologi, atau teknik. Tapi pernahkah terbayang di kepala Anda, seorang penata rambut dikirim ke daerah konflik? Jarang! Bisa jadi malah tidak pernah terlintas sama sekali di kepala. Sebagian dari kita juga akan bertanya-tanya, benarkah negara yang dilanda konflik membutuhkan seorang penata rambut? Mungkin hanya tawa kecil yang tersungging di bibir kita.

Hal yang sama sempat terpikirkan oleh Deborah Rodriguez sebelum sang ketua rombongan relawan Afghanistan memperkenalkan dirinya di sebuah forum para aktivis. Hasilnya? Sama sekali tidak disangka. Hampir seluruh tamu undangan menyambut riuh dengan iringan tepuk tangan yang meriah, mengalahkan sambutan untuk para tenaga medis atau lainnya. Dari sanalah, Debbie mulai memandang bahwa profesinya memang benar-benar dibutuhkan di Afghanistan, hingga kemudian dia mendirikan sebuah sekolah khusus perempuan yang dinamai Kabul Beauty School.

Kultur Amerika vs Afghanistan

Berada di sebuah negara dengan kultur yang sangat berbeda, membuat Debbie harus berusaha menyesuaikan diri. Sebagai warga Amerika yang kerap mengusung kebebasan, Debbie harus melihat kenyataan bagaimana para perempuan di Afghanistan sangat tertutup, tidak hanya dalam hal berpakaian tetapi juga keseharian. Sangat jarang sekali di jalanan ditemukan sosok perempuan sedang berjalan, kalaupun ada pastinya mereka mengenakan burqa dan dapat dihitung dengan jari.

Jika perempuan Afghanistan memilih pasrah dan malu memberontak ketika mereka mendapatkan pelecehan saat pergi ke pasar, maka Debbie langsung menghajar dan memukul pelaku ketika pantatnya dipegang pria berperawakan besar dan berwajah bopeng. Menundukkan pandangan pun masih sangat sulit dilakukan oleh Debbie yang selalu merasa ingin tahu dan langsung menatap sesuatu/ orang yang dianggapnya menarik.

Pernikahannya dengan seorang Afghanistan pun tidak dijalaninya dengan mudah. Kendala bahasa --Amerika dan Dari- agak sulit terpecahkan, sehingga ketika mereka ingin berbincang, dibutuhkan seorang penerjemah. Tapi bagi Debbie---yang selalu mendoktrin dirinya sebagai perempuan kuat--- tidak mudah menyerah untuk memahami dan menyesuaikan berbagai budaya yang terkadang menurutnya tidak masuk akal. Obsesi terbesarnya hanyalah ingin memberikan keterampilan para kaum perempuan Afghanistan, supaya mereka memiliki harga diri, dengan mendirikan Kabul Beauty School.

Kabul Beauty School

Di balik wataknya yang keras dan pemarah, Debbie memiliki jiwa perasa yang tinggi—terlihat dari kerelaan dia menjadi sukarelawan di Afghanistan. Hal ini membuatnya ingin selalu menolong siapa pun, terutama perempuan, yang tak jarang malah menciptakan kestresan bagi dirinya sendiri.

Hampir sebagian besar dari murid yang masuk kelasnya memiliki masalah keluarga yang berat, dan hampir kesemuanya mengalami KDRT. Dan bagi Debbie yang juga pernah mengalami pernikahan yang tidak menyenangkan, dia dapat sedikit merasakan bagaimana tidak nyamannya sebuah pernikahan, dimana salah satu pihak merasa dirinya lebih berkuasa. Mendirikan Kabul Beauty School bagi Debbie tidak hanya sekadar memberikan ilmu dan keterampilan, tetapi juga memberi harapan hidup bagi kaum perempuan di Kabul.

Dengan mengikuti kelas menata rambut dan belajar merias wajah, Debbie tidak berniat membuat kaum perempuan Afghanistan menjadi seorang pemberontak dan tinggi hati dengan kemampuannya bekerja di salon yang kerap berpenghasilan jauh di atas suaminya. Namun, dia berkeinginan supaya para perempuan ini menjadi lebih dihargai dan tidak terus-terusan mengalami penindasan atau menjadi pelampiasan emosi sang suami.

Memoar perjalanan dan pontang-pantingnya kehidupan Debbie di Afghanistan ini diceritakan dengan gaya santai. Walaupun kehidupan di Afghanistan dipenuhi dengan pemukulan dan eksploitasi perempuan, buku ini tidak lantas menjadi bacaan yang berat karena banyak sekali terselip celetukan Debbie yang mengundang tawa, meski terkadang beraroma sinisme.

Judul : Kabul Beauty School
Penulis : Deborah Rodriguez
Penerjemah : Gunardi dan Aan
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : 2009
Tebal : 430 halaman


lintasberita

Lanjut Baca

Sebening Cinta Ibunda I Jual Buku Islami

Gambar menyusul..

Penulis : Abu Umar Basyir

Penerbit : Shofa Media Publika

Harga resmi : 20.000

Harga di Buku Murah : 18.000

Sinopsis :

Benda hilang, seringkali terabaikan. Padahal hidup ini hanya rangkaian dari kelahiran, pertumbuhan, pernikahan (perceraian), dan kematian. Semua hal hanya berkutat seputar itu saja. Nilai-nilai hikmah seringkali tersembunyi dalam banyak hal seputar itu, dan hanya orang berhati bijak dan beriman tulus yang dapat menyoroti hikmah-hikmah itu secara transparan.

Kisah-kisah dalam buku ini adalah bagian dari hikmah-hikmah yang tersebunyi itu. Betapa kita kerap kali mengabaikan fantastika tersembunyi dalam peristiwa-peristiwa yang berpangkal dari kehamilan, kelahiran dan persalinan. Kenapa ? Karena semuanya dianggap terlalu biasa. Semua kita mengalaminya, setidaknya mengalami pernah dilahirkan, dan mengetahui banyak peristiwa kelahiran di mana-mana.

Tapi, ternyata di balik semua peristiwa itu, seringkali muncul nilai-nilai yang di balik kesederhanaannya, mencuat berbagai hikmah yang mencengangkan
lintasberita

Lanjut Baca

Menjaring Pahala Saat Hamil dan Menyusui


Sebagian besar perempuan pasti menginginkan dari rahimnya lahir seorang anak yang kelak akan menjadi sosok yang soleh/solehah. Tidak hanya itu, seringkali muncul kebanggaan saat perempuan dapat memberikan keturunan. Hanya saja, tidak semua perempuan diberikan anugerah indah tersebut. Sehingga ketika seorang perempuan mendapatkannya, sudah selayaknya jika dia senantiasa bersyukur atas rahmad-Nya berupa kehamilan dan menyusui/ merawat anak.

Tak dipungkiri bahwa masa hamil dan menyusui merupakan tahapan hidup perempuan yang membutuhkan kesabaran yang tak terhingga. Terbayang bagaimana beratnya bunda menopang perut buncitnya hingga 9 bulan, terbayang juga bagaimana kesabaran dibutuhkan ketika seorang bunda berkomitmen memberikan ASI ekslusif selama 2 tahun kepada buah hatinya. Maka tidak salah jika Allah memberikan pahala syahid bagi bunda yang meninggal saat memperjuangkan kelahiran buah hatinya.

"Tidaklah menimpa kepayahan kepada seorang Muslim, sakit menahun, kesusahan, kesedihan, gangguan atau cedera hingga tertusuk duri kecuali Allah akan menghapus sebagian dosanya karenanya." [HR. Bukhari dan Muslim]

Janji Allah tidak akan pernah ingkar. Ya, sesuai dengan hadis tersebut tiada suatu kesusahan/ kesakitan sekecil apapun yang tidak mendapatkan imbalan, asalkan sang hamba berkenan untuk bersabar. Hamil dan menyusui memang melelahkan dan tidak mudah. Namun, semua akan menyenangkan jika para bunda mengetahui bahwa masa-masa tersebut menyimpan pundi-pundi pahala yang berlimpah.

Seorang bunda hamil pasti dituntut untuk selalu melakukan olahraga atau senam hamil agar janin dan ibunya terjaga kesehatannya. Upaya untuk menjaga kesehatan janin tak luput dari sarana mendapatkan pundi pahala karena saat itu bunda telah menunaikan salah satu hak janin, yaitu hak hidup. Gerakan olahraga yang kerap dianjurkan oleh orang tua, bahkan dokter/bidan adalah perbanyak sujud. Riset membuktikan bahwa sujud sangat bermanfaat bagi bunda hamil, terutama dalam mengatur posisi janin.

Rasulullah bersabda: “Seorang hamba berada dalam keadaan yang paling dekat dengan Tuhannya adalah di saat sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa di dalamnya,” [HR. Muslim] Dalam buku ini juga dipaparkan bagaimana mengatasi keguguran, cara mengurus bayi keguguran, dan pahala syahid pada bunda hamil.

Setelah melahirkan, masa-masa yang penuh anugerah berlanjut dengan menyusui, menyapih, dan mendidik buah hati. Pundi-pundi pahala pun semakin menggunung jika bunda dapat menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Banyak ilmu yang bisa diambil. Irfan Supandi tidak hanya menuturkan tentang pahala yang dapat diraih seorang istri, tetapi juga sang suami di kala kekasihnya dalam kondisi hamil dan menyusui.

Judul : Menjaring Pahala Saat Hamil dan Menyusui
Penulis : Irfan Supandi
Penyunting : Farid Ikhsan Asbani
Penerbit : Pro U Media
Terbit : 2009
Tebal : 134 halaman
Harga : Rp. 18.000


lintasberita

Lanjut Baca

Children of Roses


Jika engkau mencabut tanaman dari tanah aslinya, ia akan mati. [h.163]

Kalimat di atas saya ambil karena memang sangat menggambarkan isi dari novel “Children of Roses”. Berlatarkan kehidupan perang Gaza yang dideskripsikan cukup apik, penulis menuangkan berbagai adegan monolog yang beraroma filsafat dalam cerita. Menarik, sekaligus ‘nendang’.

Dikisahkan seorang pemuda Palestina, Wail, yang lebih memilih meninggalkan tanah airnya dan kematian 'abadi' untuk meraih kesempatan hidup yang menurutnya lebih manusiawi di Amerika. Perjumpaannya dengan Jean, perempuan Amerika yang cinta mati kepada Wail hingga rela ‘ngambek’ demi memaksa orang tuanya membawa Wail keluar dari Jalur Gaza. Peluang ini yang kemudian oleh Wail dimanfaatkan setelah dia merasa muak dengan kehidupan di ranah penuh peperangan tersebut.

Wail pun rela menentang pikiran, hati nurani, dan cintanya dengan Negeri Palestina. Bahkan lebih memilih meninggalkan ibu, Ali dan Hayat, keluarga yang sangat-sangat dia cintai demi mendapatkan limpahan dolar dengan cita-cita kelak ingin memboyong mereka dari kesengsaraan hidup. Namun, seperti yang diduga, keinginan Wail mendapat tentangan dari keluarganya yang menilai hidup adalah jihad. Mati syahid lebih berharga dibandingkan kehidupan itu sendiri.

Wail sendiri memandang bahwa kehidupan adalah anugerah yang tidak bisa begitu saja ‘dibuang’. Ada masa depan dari kehidupannya yang dinilainya lebih layak dan manusiawi dibandingkan mendengar peluru-peluru berdesing, melihat bocah-bocah dilindas truk, pemuda-pemuda bersimbah darah. Keputusan Wail pun semakin bulat, dan menilai keluarganya nanti akan tahu bahwa keputusannya tidaklah salah.

Namun, seiring perjalanannya menuju ke Amerika, pergulatan hati dan pikiran terus mengikuti, bayangan saudara dan sahabat perjuangannya terus mengintai hingga membuat hatinya melakukan pertempuran monolog yang nyaris membuatnya stres, bahkan tak ayal membuatnya mencoba mencekik lehernya sendiri. Rasa frustasi atas pemikiran dan pertanyaan-pertanyaan yang menumpuk di kepalanya pun semakin mengalir saat dia duduk bersama seorang peneliti dan penulis asal Amerika, Helen Gern, yang telah jatuh cinta dengan dunia Arab.

Kegundahan hati inilah yang terus berkecambuk dalam hati Wail. Palestina adalah tanah airnya, ketika beranjak pun, Palestina tetap akan menghantui dimanapun dia berada. Kepedulian, kecintaan, dan nasionalisme terus membombardir pembenaran-pembenaran semu yang dilakukan oleh Wail.

Hampir 95% buku ini berisikan monolog Wail dan dialog tentang kehormatan, politik Israel, hakikat hidup, kematian, jihad, peperangan dan cinta. dan hampir semuanya mengandung kestresan dan kebingungan tokohnya atas pilihan yang dia ambil. Saya sendiri terkadang juga dibuat agak ekstra keras menyerap berbagai pemikiran dan pertanyaan yang berhamburan dari Wail maupun dialognya dengan Helen Gern. Namun, saya juga menikmati perdebatan isi kepala Wail, antara pembenaran yang diciptakannya dengan kenyataan nasionalisme yang harus diembannya.

Namun, sepanjang kenikmatan membaca buku, saya dibuat bingung dengan alur cerita. Alurnya maju-mundur, terutama di beberapa bagian saat Wail diinterogasi tentara Israel, saya bingung dengan ‘posisi’ cerita ini, apakah sebelum atau sesudah Wail memutuskan ke Amerika? Saya juga tidak menangkap alasan, mengapa Wail begitu sangat "berharga" di mata tentara Israel sehingga dalam proses interogasi nyawa Wail harus tetap dipertahankan. Saya hanya menangkap penjelasan bahwa Wail berbeda dari teman-temannya yang lain. Berbedanya dimana?

Kebingungan ini sedikit mengganggu saya, tapi terlepas dari itu emosi dan kegundahan yang dibangun penulis pada tokoh-tokohnya bisa saya tangkap dan rasakan.

Judul : Children of Roses
Penulis : Jehad Rajby
Penerjemah : Ibnu Mahrus
Penerbit : Edelweiss
Terbit: Cetakan Pertama, Februari 2009
Tebal : 240 halaman

lintasberita

Lanjut Baca
 
Copyright (c) 2010 Buku Bagus by Dunia Belajar