Buku PARASITE REX - ulasan

Judul : Parasite Rex – Inside the Bizarre World of Nature’s Most Dangerous CreaturesPengarang : Carl ZimmerPenerbit : Touchstone, NYTahun : 2001Tebal : 249 hal.Buku ini sangat menarik dan menakjubkan; banyak hal-hal baru yang diungkapkan penulis tentang parasit yang selama ini tidak banyak kita ketahui.Selama ini kita mengenal parasit sebagai makhluk hidup yang menumpang hidup pada makhluk hidup
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Betawi Sepanjang Jalan Kenangan - ulasan


Judul : Batavia 1740, Menyisir Jejak Betawi
Penulis : Windoro Adi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : I, Agustus 2010
Halaman : 479 Halaman


Berbicara menangani etnis Betawi, tidak lagi sekadar berbicara mengenai pengaruh Arab maupun Cina. Kini persoalannya adalah bagaimana identitas etnis ini dapat bertahan seiring percepatan perubahan Jakarta yang enggan berhenti.
Jumlah pendatang yang tidak pernah surut, budaya asing yang terus menggempur, telah membuat identitas Betawi kian tidak terlihat. Padahal, semestinya, identitas budaya ini tetap kental meskipun Jakarta telah menjadi sebuah metropolitan.
Kira-kira, itulah yang ingin disampaikan Windoro Adi lewat buku ini. Ia seperti ingin memperlihatkan bahwa identitas Betawi perlahan-lahan memang tergeser dan terpinggirkan. Di sana-sini memang mencoba untuk bertahan, tetapi tetap saja menjadi bagian minor.
Sebut saja musik gambang kromong. Musik yang lahir dari kantong-kantong budaya Cina yang tersebar di sejumlah tempat di Jakarta ini, kini semakin tidak dihiraukan oleh generasi muda. Pertumbuhan kelompok musik gambang kromong dapat dipastikan jauh di bawah pertumbuhan kelompok musik pop.
Akhirnya seperti yang terlihat, pemain musik gambang kromong didominasi para pemain tua. Mereka tetap setia bermain gambang kromong bukan karena musik itu menghasilkan pendapatan yang lumayan, tetapi karena kecintaan mereka dalam memainkan musik tersebut.
Hal yang sama terjadi juga dengan lenong. Drama yang sarat komedi ini perlahan semakin jarang dilihat, baik di gedung kesenian maupun di televisi. Entah kenapa. Apakah karena kesenian ini dianggap kelas dua, sehingga kurang bernilai jual ketimbang kesenian lain seperti ketoprak misalnya.
Apakah mungkin hal tersebut disebabkan kesenian-kesenian ini belum dapat sepenuhnya tampil lebih berani, dalam arti keluar dari pakem agar lebih dapat diterima oleh masyarakat luas. Mungkin jawabannya "ya".
Jika demikian, mengapa kesenian Betawi kurang dapat beradaptasi? Padahal, sepanjang sejarah, seperti dikisahkan dalam buku ini, masyarakat Betawi sendiri sebenarnya terbentuk dari akulturasi sejumlah etnis, artinya ada sifat keterbukaan dan toleransi tersimpan di sana. Jika begitu, sebenarnya kesenian Betawi lebih dapat beradaptasi.
Kekurangpedulian otoritas terkait terhadap masalah ini menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pembiaran terhadap masalah yang terjadi terus memperparah masalahnya. Perkembangan kota Jakarta yang tidak dapat dihentikan dan cenderung tidak terkendali, membuat identitas Betawi kian pudar.
Ketidakpedulian otoritas terkait juga terlihat dalam bagaimana cara mereka memperlakukan peninggalan peninggalan sejarah. Banyak bangunan bersejarah di Jakarta yang memang tidak mendapatkan perhatian. Banyak gedung dinyatakan sebagai heritage kota, namun gedung-gedung tersebut dibiarkan begitu saja. Bahkan nasibnya seakan tidak dihiraukan, ketika bangunan tersebut diambil alih oleh pihak swasta. Parahnya banyak gedung yang dirobohkan kendati bangunan tersebut bernilai sejarah.
Selain itu, penulis buku ini juga ingin mengajak pembaca bernostalgia. Banyak cerita mengenai suatu tempat yang disampaikan dalam buku ini yang memang hanya tinggal cerita. Misalnya saja kawasan Rawa Belong. Dikisahkan dalam buku ini bahwa Rawa Belong pada suatu masa menjadi tempat yang terkenal seantero Jakarta.
Kondanganya tempat ini tentu saja tidak telepas dari keberadaan para jagoan silat yang berada di wlayah Rawa Belong. Tidak mengherankan jika kemudian Rawa Belong jadi pusat latihan silat di masa itu. Murid-muridnya pun datang dari berbagai daerah di Jakarta. Bahkan kemudian sejumlah guru silat legendaris lahir di sini.
Tetapi dimana jejak masa emas Rawa Belong saat ini? Hampir tanpa bekas. Kini kawasan Rawa Belong lebih terkenal dengan kawasan kuliner Betawi. Beberapa kedai nasi udik Betawi mangkal di sekitar kawasan ini. Sisanya adalah pertokoan biasa dan perkampungan mahasiswa.
Untung saja, tradisi seperti "buka palang pintu", yakni adu silat dalam penyambutan pengantin laki-laki, masih dapat ditemui di wilayah itu. Dengan begitu jejak Rawa Belong sebagai "gudang" jago cingkrik (silat Betawi) masih dapat dilihat.
Selain itu, buku ini juga menyinggung beberapa jenis makanan khas Betawi. Makanan yang tebilang klasik diulas dalam buku ini, mulai dari kembang goyang, tape uli, gemblong sampai cucur. Makanan ini memang kalah pamor dengan kue-kue yang dijual di pusat-pusat belanja. Tetapi kue-kue tradisional nan klasik tentu masih mendapat tersendiri di hati masyarakat.
Makanan khas Betawi yang diulas secara khusus dalam buku ini adalah nasi kebuli. Meskipun nasi kebuli mendapatkan sentuhan dari Yaman Selatan namun orang Betawi sudah memiliki racikan spesial yang telah pas di lidah orang Betawi. Di buku ini ditulis dimana saja pembaca dapat mencicipi nasi kebuli tersebut.
Kelebihan buku ini adalah kemampuan penulisnya untuk melakukan penelusuran dan pengamatan di lapangan. Apalagi sejumlah wawancara dilakukan dengan narasumber yang tepat. Inilah yang membuat buku ini semakin hidup, terutama bagi mereka yang berada di Jakarta. Dengan membaca buku ini, pembaca akan mengetahui lebih banyak kisah maupun sejarah di balik gemerlap dan kelamnya Jakarta.
Batavia 1740 bukan sekadar ikhwal Betawi, tetapi juga sebuah cara untuk melihat bagaimana sebuah kultur terbangun dan berproses. Apakah kemudian proses tersebut akan terhenti atau justru punah karena kemajuan jaman.***

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Cinta - ulasan

Cinta
Ollie @ 2010
Gagas Media – Juni 2010
198 hal.

Friya, adalah gambaran wanita karir kosmopolitan Jakarta. Hidupnya tak lepas dari yang namanya teknologi – masuk taksi langsung update status di Twitter, chatting via YM, BBM-an. Gemar shopping terutama saat sale meskipun pusing kalau mengingat angka di tagihan kartu kredit yang nyaris over limit. Ngopi di Starbucks is a must. Termasuk social smoker. Karir di kantor juga bagus dan tampaknya gambaran untuk promosi alias naik jabatan juga sangat cerah.

Berbeda dengan suaminya. Gary, adalah seorang pegawai negeri. Meskipun dulunya mantan anak band, mantan rocker, kesan itu sekarang sudah hilang, digantikan dengan sosok pegawai negeri yang patuh dan masih idealis. Berusaha untuk datang tepat waktu, berusah dekat dengan atasan, biarpun kadang dibilang penjilat. Naik jabatan juga salah satu hal yang ditunggu.

Tapi… bukan berarti mutasi ke Kupang masuk dalam salah satu agenda mereka berdua.

Di saat Friya nyaris dipromosikan untuk naik ke level manager, Gery juga mendapat kenaikan jabatan dan dimutasi ke Kupang. Friya dalam dilema, antara ikut suami dan meninggalkan segala kemewahan dan kenyamanan, atau tetap tinggal dan menjalani yang namanya long distance relationship? Dua orang terdekat memberi saran yang berbeda, toh akhirnya Friya memantapkan diri untuk ikut dengan Gary.

Di Kupang segalanya berbeda. Mulai dari lingkungan tempat tinggal yang masih tampak gersang, pergaulan dengan ibu-ibu pejabat yang full make up dan juga full gossip. Friya sering merasa di sini bukan tempatnya. Kenalan dengan cowok lain aja sudah dijadikan bahan omongan sama ibu-ibu pejabat yang ternyata iri sama Friya, belum punya anak jadi gosip empuk. Friya gak tahan.

Tapi, apa iya, Jakarta dan segala kenyamannnya adalah rumah yang tepat untuk Friya, meskipun ia harus jauh dari Gary?

Novel ini jadi salah satu penghibur gue di weekend ini selama di rumah. Gue nyaris membaca semua tulisannya Ollie sejak pertama dia nulis buku. Dan makin lama, tulisannya jadi makin dewasa. Kalo dulu tentang ABG, sekarang semenjak nikah, lebih banyak tentang kehidupan rumah tangga. Sesuatu yang sederhana aja, seperti pertanyaan, “jadi.. ke mana kamu akan pulang?”, bisa jadi sebuah cerita yang menarik. Love it, Ollie…

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Princess Academy - ulasan

Princess Academy
Shannon Hale @ 2005
Bloomsbury – 2007
314 hal.

Miri tinggal di sebuah pegunungan bernama Gunung Eskel. Penduduk setempat bekerja sebagai penambang batu dan hidup sangat sederhana. Miri hanya tinggal bersama Pa dan kakak perempuannya, Marda. Menurut cerita, Ma meninggal ketika Miri masih bayi. Sebenarnya Miri ingin ikut membantu Pa dan Marda bekerja di penambangan, tapi, menurut Pa, Miri masih terlalu kecil untuk ikut bekerja. Kehidupan lain di Gunung Eskel muncul ketika para pedagang datang untuk membeli batu-batu di Gunung Eskel.

Kehidupan di Gunung Eskel yang tenang dikejutkan dengan datangnya utusan dari kerajaan, yang membawa berita bahwa calon istri dari sang Pangeran ada di antara gadis-gadis Gunung Eskel. Orang-orang lembah, demikian kerajaan itu berada, digambarkan adalah orang-orang yang sombong. Mereka memandang rendah orang-orang Gunung Eskel, yang bahkan bukanlah merupakan provinsi, tapi hanya sebuah wilayah kecil. Ada beberapa gadis Gunung Eskel yang termasuk dalam kategori sebagai calon istri alias calon Putri. Tapi, nanti sang Pangeran-lah yang akan memilih sendiri satu di antara mereka. Sebelum itu, para gadis itu harus mengikuti serangkaian pendidikan di Akademi Putri Raja, mereka akan diajar membaca, tata krama, bahkan berdansa.

Beberapa gadis – terutama yang lebih tua dari Miri, terlihat ambisius. Sementara Miri, diam-diam merasa, bahwa orang-orang lembah tak akan membiarkan gelar itu jatuh ke tangan gadis gunung. Perseteruan, persaingan terjadi di antara para gadis. Guru mereka yang keras kerap memberikan hukuman. Miri yang paling berani menentang perilaku gurunya itu, tapi juga sering mendapat cibiran dari ‘saingannya’.

Di daerah itu, ternyata rawan penjahat. Mengetahui ada calon istri pangeran, sekelompok perampok, menyandera gadis-gadis itu. Mereka ingin uang tebusan yang besar biar sang calon putri bisa bebas.

Secara tak langsung, Miri juga ingin terpilih. Bukan karena ingin memperoleh gelar, tapi ia ingin, jika memberikan kehidupan yang lebih baik untuk Pa dan Marda. Tapi, ia juga tidak rela meninggalkan Gunung Eskel, karean ada yang diam-diam ia cintai.

Well… ini cerita yang simple dan udah sering kali ya. Tentang calon putri yang ternyata ‘tersembunyi’ di antara gadis-gadis desa. Awalnya gue menebak, ahh… pasti Miri deh yang jadi putrinya, karena dia kan tokoh utama, gadis yang paling menonjol, paling berani. Tapi ternyata, bukan…. Ada rahasia lain. Sebuah ‘fakta’ yang dari awal udah keliatan, tapi kita gak bakal memperhatikan karena focus cerita ada di Miri. Tapi, sayangnya, si calon putri itu, baru buka rahasia di ending cerita, dan bikin ending-nya jadi kurang ‘mengejutkan’. Yang bikin cerita yang udah terbangun pelan-pelan dari awal, jadi kurang gimana gitu. Tapi ya… gue termasuk ‘penggemar’ cerita putri-pangeran, dalam berbagai versi. Hehehe.. meskipun endingnya sih jelas.. happily ever after…

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Pembunuhan Putera Menteri - ulasan


Judul Buku: Six Suspects: Pembunuhan pun Mengenal Kasta
Penulis: Vikas Swarup
Penerjemah: Reni Indardini
Penerbit: Bentang
Cetakan: Pertama, Mei 2010
Tebal: 659 Halaman
Harga: Rp. 73.000.
Lazimnya novel yang mengisahkan misteri pembunuhan, pembaca akan tersugesti ikut menebak siapa pelaku dibelakangnya. Namun, ibarat menebak skor pertandingan sepak bola, suatu saat tebakan tersebut tepat, tetapi yang lebih sering melesat.
Salah satu resep umum kenapa novel bergenre seperti ini banyak disukai pembaca adalah kengototan penulisnya untuk menampilkan sosok pembunuh berikut motif yang melatarinya pada akhir cerita, sehingga mati-matian memperjuangkan agar kuriositas pembaca dapat bertahan hingga akhir cerita.
Demi kepentingan hal tersebut kemudian tersajilah jalinan cerita para tokohnya yang kompleks dan berliku, dibumbui dengan aneka informasi tetek-bengek mengenai kebudayaan maupun setting sosial kisah tersebut dilakonkan.
Berbeda dengan novel horor yang hanya menawarkan ketakutan, atau novel roman yang sekedar mengajak pembacanya untuk “mabuk” dalam kisah cinta maupun berurai air mata, sebuah novel investigatif dituntut untuk lebih “serius” dalam menyusun argumentasi, mengingat dalam setiap pembunuhan mesti ada “motif” dan “modus operandi”, dua hal yang harus diangkat si penulis sepresisi mungkin.

Semua kriteria tersebut akan kita temukan dalam novel kedua Vikas Swarup ini. Sehingga tidak mengherankan bila Six Suspects telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa dan, sebagaimana novel pertamanya Q & A yang difilmkan dengan judul Slumdog Millionaire yang diganjar Piala Oscar pada 2009 lalu, novel ini pun akan segera diangkat ke layar lebar.
Enam Tersangka
Vivek “Vicky” Rai, pria tiga puluh dua tahun pemiik Rai Group of Industries dan putra Menteri Dalam Negeri Uttar Pradesh, terbunuh pukul 00.05, dalam sebuah pesta yang diadakan di rumah peternakannya di Mehrauli, pinggiran Delhi. Menurut forensik meninggal karena ditembak dari jarak dekat, pelurunya menembus dada dan jantung, kemudian keluar dari punggungnya.
Semasa hidupnya Vicky dikenal sebagai penjahat yang selalu lolos dari jerat hukum. Terakhir ia membunuh seorang bartender perempuan bernama Ruby Gill di depan lima puluh orang saksi mata, hanya karena sang bartender menolak melayani karena sudah jam tutup. Berkat kekuasaan ayahnya pengadilan, seperti biasa, memvonis bebas. Namun, berbeda dengan pembunuhan lain yang dilakukannya tanpa sepengetahuan publik, kasus ini bahkan memicu kerusuhan yang mengancam kursi sang ayah.
Arun Advani, seorang jurnalis investigasi, melaporkan bahwa di tempat kejadian perkara (TKP) polisi menemukan enam orang yang diduga sebagai pelaku, karena membawa senjata api. Keenam orang tersebut memiliki latar belakang sosial dan kepentingan yang beragam.       
Pertama, seorang birokrat, mantan Sekretaris Kepala Negara Bagian, bernama Mohan Kumar. Tipe pria brengsek yang mengalami post power syndrome setelah pensiunnya. Hidupnya berubah drastis setelah ia kerasukan, yang di klaim sebagai arwah Mahatma Gandhi. Ia menjadi seorang vegetarian, berhenti mabuk-mabukan, menjauhi wanita simpanannya bahkan menjadi penganjur nilai-nilai luhur Gandhi paling mumpuni, ketika mengalami trance.
Kedua, seorang pesohor top Bollywood bernama Sabham Saxena, yang mendadak jatuh miskin karena ditipu asisten pribadi dan adik angkatnya sendiri. Ia tersandung kasus pembunuhan seorang lelaki yang mencoba memperkosa adik kandungnya. Dihantui ketakutan atas tindakannya tersebut ia kemudian mendatangi Vicky Rai untuk minta pertolongan.
Ketiga, Eketi, seorang anak suku Onge di Kepulauan Andaman, yang ditugaskan mencari ingetayi, sebuah batu laut yang dikeramatkan berusia ribuan tahun dan dipercaya sebagai dewa pelindung suku tersebut. Atas perintah Nokai, sang dukun suku, Eketi melakukan perjalanan ke daratan India untuk mencari batu tersebut. Pencarian tersebut menuntunnya ke TKP.
Keempat, seorang pencuri spesialis telepon genggam bernama Munna. Ia berada di TKP dengan cara menyelundup, dicurigai sebagai pelaku dengan motif dendam mengingat pujaan hatinya, Ritu Rai, merupakan adik Vicky, yang kerap disiksa karena hubungan percintaannya dengan Munna yang miskin.
Kelima, seorang warga negara Amerika bernama Larry Page. Ia “tersesat” ke India demi pernikahan palsu dengan seorang perempuan India yang dikenalnya lewat surat dan foto melalui sebuah biro jodoh, bernama Sapna. Belakangan foto tersebut diketahui milik artis Sabham Saxena, salah satu tersangka.
Keenam, seorang politisi terkenal bernama Jaganath Rai, juga ayah Vicky Rai. Sebagai ayah dari korban seharusnya ia dapat melenggang bebas, namun bukti rekaman dari sadapan telepon, ia diketahui menyuruh seorang pembunuh andalannya untuk menghabisi sang anak, terlebih ia kedapatan membawa senjata api ke TKP.
Alur Memukau
Motif seseorang melakukan pembunuhan bisa saja beragam. Tapi, yang membuat novel ini menarik adalah keaneka-ragaman tersebut terpusat pada satu kasus pembunuhan. Tak dapat disangkal, kemampuan penulisnya dalam membuat alur cerita yang memukau dan penuh kejutan terbukti disini.
Di luar itu, novel karya diplomat India yang ditugaskan di Osaka-Kobe Jepang ini, juga memiliki beberapa nilai tambah. Pertama, pengetahuan penulisnya atas segala tetek bengek India, membuat Six Suspects bukan sekedar novel biasa. Penulisnya mampu menampilkan India lebih beragam dan eksotis, relatif berbeda dengan yang kita kenal dalam film-film Bollywood yang glamour, persis sinetron Indonesia yang jauh dari gambaran umum masyarakatnya. Kedua, karakter tokoh-tokoh di dalamnya begitu kuat, sehingga seolah-olah kita membaca novel yang berbeda-beda. Ketiga, pelaku pembunuhan yang diungkap akhir cerita, dijamin diluar dugaan pembaca manapun, sehingga membuat kita berdecak kagum akan kelihaian penulisnya dalam memainkan fakta.
Pada dasarnya sebuah novel memang merupakan karya fiksi yang disusun sedemikian rupa berdasarkan kekuatan imajinasi penulisnya. Namun ketika sampai ke tangan pembaca, maka ekslufisitas penulis tersebut akan menjadi “cair”, ketika harus berdialektika dengan pembaca maka terlihatlah sedikit “lubang” di dalamnya. Demikian pula dengan novel ini, bagaimana mungkin dalam sebuah pesta terbatas yang dijaga ketat aparat, ternyata masih terdapat enam orang yang membawa senjata api ke dalamnya. Meski Swarup berapologi dengan menyatakan bahwa para tamu yang membawa kartu undangan bebas masuk tanpa melalui pemeriksaan metal detector, disinilah kerancuan semakin menjadi-jadi, bukankah semua tamu yang hadir merupakan tamu undangan? Lalu kenapa harus diadakan pemeriksaan menggunakan metal detector?
Kendati demikian, ending dari novel ini dijamin akan mengejutkan pembacanya. Yang mampu menutupi sedikit “lubang” tersebut. Bahkan, Swarup mungkin mampu memporakporandakan semua asumsi pembaca yang sedari awal diarahkannya secara rapi. Membaca novel ini layaknya mengikuti kompetisi sepak bola yang diikuti enam tim berbeda, dan predikat pembunuh putra menteri sebagai “tropi” yang diperebutkan.

lintasberita

Lanjut Baca

Buku MENGUBAH BLOG MENJADI LADANG IKLAN - resensi



MENGUBAH BLOG MENJADI LADANG IKLAN
ISBN 979-27-5650-0
Pengarang JUBILEE ENTERPRISE
Penerbit ELEX MEDIA
Terbitan 26 2009
Kategori Panduan Membuat Blog
Ukuran 21 x 14 cm (Standar)
Status baru
Harga Rp. 34,800

Anda bosan dengan Adsense? Cobalah yang realistis. Apabila Anda mengelola sebuah blog yang ramai pengunjung, ubahlah agar blog itu mampu menayangkan iklan-iklan komersial dari perusahaan atau orang lain. lbaratnya, Anda membuat ladang banner advertising di blog Anda sendiri.

Berbeda dengan Adsense yang penghasilannya tak bisa diatur, iklan elektronik yang muncul di blog bisa Anda sesuaikan sendiri tarifnya. Dengan demikian, penghasilan yang bakal Anda keruk akan menjadi tak terbatas, sesuai dengan kebijakan Anda sebagai pengelola blog.
Buku ini mengupas teknik-teknik memodifikasi blog agar bisa menampilkan iklan-iklan banner dalam blog Anda. Buku ini mencakup pembahasan blog yang dibuat menggunakan Wordpress, Joomla, dan Drupal.

Setelah membaca buku ini, Anda akan tahu bagaimana caranya mengkomersialkan blog Anda dari sisi pendapatan iklan. Tentunya, pendapatan dari iklan lebih realistis dan terukur dibanding Adsense
lintasberita

Lanjut Baca

Buku TEKNIK MENGAMATI TREN DENGAN GOOGLE - resensi


ISBN 979-27-5694-4
Pengarang JUBILEE ENTERPRISE
Penerbit ELEX MEDIA
Terbitan 26 2009
Kategori Internet Application
Ukuran 21 x 14 cm (Standar)
Status baru
Harga Rp. 27,800

Tidak perlu menyewa "orang pintar" untuk memprediksi tren masa depan. Tanyakan kepada Google. Situs mesin pencari ini akan membeberkan sejumlah fakta yang tak terbantahkan tentang apa yang akan menjadi tren saat ini dan masa mendatang.

Kunci kesuksesan bagi siapa pun adalah: mampu melihat apa yang terjadi di masa mendatang dan peka terhadap tren-tren saat ini. Untungnya, Anda tidak perlu menjadi orang yang memiliki indera keenam. Yang Anda butuhkan hanya internet dan Google. Semua itu tidak menuntut biaya mahal.

Buku ini wajib dimiliki oleh siapa pun, marketer, pengusaha yang ingin mencari peluang-peluang bisnis baru, para profesional yang ingin menciptakan produk dan jasa berbeda dan serba unik, wartawan, blogger yang ingin mengejar trafik, dan banyak lagi.
lintasberita

Lanjut Baca

Buku PEMROGRAMAN DASAR C-JAVA-C# - resensi


ISBN 979-1153-86-7
Pengarang ERICO DARMAWAN H.
Penerbit INFORMATIKA
Terbitan 26 2009
Kategori Teks Computer
Ukuran 21 x 14 cm (Standar)
Status baru
Harga Rp. 35,000

Buku ini Adalah Buku Pemrograman Dasar Dengan Penyampaian Yang Berbeda Dari Buku-Buku Pemrograman Lainnya. Selain Menggunakan Bahasa Sehari-Hari, Buku ini Juga berisi Ilustrasi¬ilustftasi Yang unik Dan Menarik untuk Membantu Pemahaman Serta Mengurangi Tingkat Kejenuhan Dalam Mempelajari Tiap Materinya.

Berbeda Dengan Kebanyakan Buku Pemrograman Lainnya, Buku Ini Menyediakan 4 Macam Soal Latihan, Yaitu Evaloasi Teori, Bug Buster (Mencari Kesalahan), Tracking (Menelusuri Program), Dan Latihan Membuat Program. Latihan Ini Diharapkan Dapat Memberikan Dasar Yang Kuat Bagi Para Pembaca untuk Menjadi Seorang Programmer.
Buku Ini Sangat Cocok Sebagai Panduan Bagi Mereka Yang Sedang Mengikuti Kuliah Pemrograman Dasar Ataupun Mereka Yang Ingin Mempelajari Ilmu-Ilmu Dasar Pemrograman Dan Mempersiapkan Dirinya Untuk Belajar Pemrograman Berorientasi Objek.

* Penjelasan dengan bahasa sehari-hari
* Dilengkapi dengan Ilustrasi pendukung yang menarik
* Menyediakan 4 Tipe Latihan
* Dilengkapi Tips-Tips Praktis
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Buku Pintar Internet - resensi


Judul : Buku Pintar Internet
Penulis : Darma, Jarot S., Shenia A.
Tebal : XII +420 hlm
Ukuran : 18 x 24 Cm
ISBN : 979 794 1728
Harga : Rp65.000,-

Apa saja yang bisa kita lakukan di internet? Apakah hanya chatting, membuat email, dan menjalin persahabatan? Tentu saja bukan hanya itu. Kita juga bisa mengoleksi/menyimpan foto, video, membuat blog, menyimpan dokumen, nonton TV, bertarung dengan orang lain di game online, termasuk mendownload lagu atau video.

Anda tidak perlu membeli banyak buku untuk menguasai semua hal tersebut. Karena hal-hal yang biasa Anda lakukan ketika mengakses internet, semua sudah dibahas secara lengkap dan step by step di buku ini.
lintasberita

Lanjut Baca

Buku 270 Tip dan Trik Mengoptimalkan Windows XP - resensi


ISBN : 979-794-137-X
Tebal : XII+ 278 hlm
Ukuran: 18 x 24 Cm
Harga : Rp55000


Dibanding sistem operasi sebelumnya, Windows XP memiliki beberapa keunggulan, antara lain: mudah dioperasikan (user friendly), driver yang terinstal lebih lengkap, lebih cepat, lebih stabil, dan lebih aman.

Namun, bukan berati tidak akan ada masalah yang muncul. Seiring dengan waktu dan cara pemakaian, bisa saja masalah itu datang tiba-tiba. Misalnya, komputer tiba-tiba restart sendiri, hang ketika digunakan, atau kecepatan yang mulai lelet. Bagi seorang ahli, masalah-masalah tersebut mungkin bisa diatasi dengan cepat. Berbeda dengan kita yang pemula. Karena solusi tidak segera didapatkan, pekerjaan menjadi terhambat dan ujung-ujungnya kita bisa menjadi stres.

Buku ini selain memberikan solusi berupa tip dan trik cara mengatasi permasalahan yang timbul dari penggunaan sistem operasi Windows agar sesuai dengan selera kita. Pembahasan langkah demi langkah dan gambar yang runtut, akan memudahkan pembaca dalam mengatasi setiap masalah.
lintasberita

Lanjut Baca

Buku 120 Tip dan Trik Menguasai Power Point 2007 - resensi


Judul : 120 Tip dan Trik Menguasai Power Point 2007
Penulis : Catur Hadi Purnomo
Tebal : X + 170 hlm
Ukuran : 15 x 23 cm
ISBN : 979-794-154-4
Harga : Rp29.500,-


Hal terpenting dalam melakukan presentasi adalah informasi yang kita bawakan sampai ke audience. Banyak hal yang harus presenter lakukan agar audience tetap memperhatikan dan tidak cepat bosan, salah satunya dengan tampilan materi presentasi yang menarik.

Jika bicara presentasi, Anda mungkin teringat PowerPoint, karena software pembuat materi presentasi ini cukup dikenal dan bisa diandalkan untuk membuat materi presentasi menjadi lebih menarik. Versi terbaru PowerPoint adalah versi 2007. Microsoft PowerPoint 2007 ini cocok untuk profesional atau pemula seperti Anda, karena selain cukup mudah digunakan, fitur-fiturnya pun sangat banyak.

Buku ini membahas bagaimana pekerjaan membuat presentasi menjadi lebih mudah, fitur-fitur yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, dan membuat tampilan materi menjadi lebih menarik.

Dengan buku in Anda akan menjadi mahir dan tampak seperti seorang profesional.
lintasberita

Lanjut Baca

Buku 117 Tip & Trik Microsoft Office 2007 - resensi


Judul 117 Tip & Trik Microsoft Office 2007
Penulis Catur Hadi Purnomo
Harga Rp36,000
Tebal 254 BW
Ukuran 15 x 23
ISBN 979 (10) 794-073-X
Tahun Juli '07


Microsoft Office 2007 sulit?

Gak juga. Pada dasarnya, perintah-perintah yang digunakan sama dengan versi sebelumnya.
Malahan, kita akan lebih dimanjakan lagi saat bekerja dengan Microsoft Office 2007.
Tampilannya lebih menarik dan cara mengakses perintahnya pun relative mudah dibandingkan
dengan versi sebelumnya.
Buku ini menyajikan tip dan trik Microsoft Office 2007
• Membuat settingan halaman satu dengan halaman lain berbeda.
• Member Enclose Characters pada suatu karakter.
• Membuat tab di dalam table.
• Menghitung dengan Microsoft Word 2007.
• Membuat rumus dan menyimpannya.
• Memasukkan tanggal, bulan, dan tahun dengan cepat.
• Memasukkan angka pecahan.
• Memberikan komentar.
• Mengelompokkan data (group).
• Mengatur Screen.
• Membuat Template.
• Menyimpan gambar di Clip Organizer.
• Menyimpan gambar animasi & Musik MP3 ke dalam Clip Organier.
• Memasukkan gambar animasi (GIF) dan music MP3 ke dalam slide.
lintasberita

Lanjut Baca

Buku THE VARIETIES OF SCIENTIFIC EXPERIENCE - A Personal View of the Search for God - ulasan

Pengarang : Carl SaganPenerbit : The Penguin Press, NYTahun : 2006Tebal : 273 halaman, hard cover“ There is an enormous amount we do not know; there is a tiny amount that we do. But what we do understand brings us face-to-face with an awesome cosmos that is simply different from the cosmos of our pious ancestors.”Buku ini adalah kumpulan kuliah Natural Theology yang diberikan Carl Sagan di
lintasberita

Lanjut Baca

Buku HIS DARK MATERIALS TRILOGY - ulasan

Judul : 1. Kompas Emas : 486 hal2. Pisau Gaib : 406 hal3. Teropong Cahaya: 619 halPengarang : Philip Pullman (penerj. B.S. Tanuwidjaja)Penerbit : GPUTahun : Nov. 2006, Jan dan Feb. 2007Penghargaan: Whitbread Book of the YearBuku ini mengisahkan petualangan seorang anak perempuan bernama Lyra dan temannya Will, dalam membantu membebaskan dunia dari tirani Otoritas. Sesuai teori kuantum yang
lintasberita

Lanjut Baca

Buku THE FABRIC OF THE COSMOS - Space, Time, and the Texture of Reality - ulasan

Pengarang : Brian GreenePenerbit : Vintage Books, NYTahun : 2004 (1st ed 2003)Tebal : 541 halaman“ Yet, over the last three hundred years, as we’ve progresses from classical to relativistic and then to quantum reality, and have now moved on to explorations of unified reality, our minds and instruments have swept across the grand expanse of space and time, bringing us closer than ever to a world
lintasberita

Lanjut Baca

Buku THE SACRED DEPTHS OF NATURE - ulasan

Pengarang : Ursula GoodenoughPenerbit : Oxford Univ. PressTahun : 2000 (1st ed. 1998)Tebal : 182 halaman“ Humans need stories – grand, compelling stories – that help to orient us in our lives and in the cosmos. The Epic of Evolution is such a story, beautifully suited to anchor our search for planetary nsus, telling us of our nature, our place,our context. Moreover, responses to this story – what
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Elang - Kirana Kejora - ulasan

No. 234
Judul : Elang
Penulis : Kirana Kejora
Penerbit : Almira Managemet
Cetakan : I, 2009
Tebal : 300 hlm

Novel Elang adalah sebuah novel roman humanis yang menceritakan tentang kisah cinta segitiga antara Kejora Padma, seorang penulis novel dengan dua pemuda kembar fraternal (non identik) Elang Timur dan Elang Laut.

Tidak seperti hubungan saudara kembar pada umumnya yang hidup rukun dan memiliki kedekatan emosional yang saling mengikat, Elang Laut dan Elang Timur hidup dalam suasana penuh persaingan yang mereka lakoni semenjak kecil. Hal ini menyebabkan hubungan antara mereka tidak harmonis, masing-masing didominasi oleh perasaan untuk saling mengalahkan satu dengan yang lainnya. Hal ini terus terbawa hingga mereka dewasa dan mencintai wanita yang sama, Kejora Padma.

Sayangnya pertarungan untuk memperebutkan cinta Kejora harus kandas, tak ada yang menang karena akhirnya Kejora menikah dengan Abi, lelaki pilihan ibunya. Dari pernikahannya dengan Abi, lahirlah seorang putra yang dinamainya Laskar. Sayang rumah tangga Kejora tidaklah bahagia, dan ketika Abi meminta izin Kejora untuk menikah kembali, Kejora memilih untuk bercerai daripada dimadu.

Walaupun hati Elang Timur dan Elang Laut pernah terluka karena pernikahan Kejora dengan Abi, namun cinta mereka pada Kejora tak pernah lenyap. Perceraian Kejora dengan Abi membuka kesempatan bagi Elang Timur untuk kembali mendekati Kejora, bukan hal yang mudah karena masih ada Elang Laut yang tetap menjadi pesaing utamanya. Kejora pun sempat dilanda kebimbangan mana yang akan dia pilih untuk menjadi ayah bagi Laskar.

Jika hanya membaca sinopsis di atas tampaknya tak ada yang istimewa dalam novel ini, tapi tunggu dulu, walau inti ceritanya tampak sederhana tapi dibalik tema utama yang sederhana ini penulis dengan piawai meramu kisahnya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah cerita yang menarik dan sarat dengan konflik diantara para tokoh-tokohnya.

Dari segi penokohan, ketiga tokoh utama di novel ini tereksplorasi dengan baik. Timur dideskripsikan sebagai seorang imuwan sejati yang sukses secara materi. Ia tipe pria yang teguh pada prinsip dan pilihan hidupnya. Cintanya pada Kejora sudah final dan ia tak terus mengejar Kejora ketika diketahuinya bahwa Kejora telah bercerai dengan Abi.

Sedangkan Elang Laut digambarkan sebagai seorang seniman sejati yang setia terhadap jalan hidupnya. Sama seperti Timur yang tetap mengharap cinta Kejora, demikian pula dengan Laut, namun selayaknya seorang penyair, ia lebih mengungkapkan cintanya melalui karya-karyanya, berbeda dengan Timur yang mengungkapkan cintanya dengan tindakan dan kata-kata yang lugas.

Berbeda dengan karakter Timur yang terlihat sangat kokoh dan tegas akan pendiriannya untuk mencintai Kejora, karakter Laut terkesan lemah dan penuh keraguan, namun cintanya pada Kejora betul-betul mulia Ia mampu mencintai Jora meski tak harus memilikinya. Inilah cinta dalam level tertinggi yang mampu mengalahkan egonya.

Kedua bersaudara ini memang berbeda, namun merekapun memiliki kesamaan, sama-sama setia pada profesinya dan sama-sama memiliki kepedulian sosial terhadap lingkungannya.

Kejora sendiri digambarkan sebagai seorang penulis yang mulai menanjak kariernya, walau gagal dalam pernikahannya ia tak tenggelam dalam kepedihan ia bukanlah tokoh yang lemah, Kejora adalah sosok wanita yang tegar, berani mengambil sikap, bahkan ia berani menanyakan secara langsung kepada Laut bagaimana sesungguhnya perasaan cinta Laut pada dirinya.

Sejak dari awal pembaca akan disuguhkan oleh berbagai konflik antar tokoh-tokohnya. Persaingan abadi antar dua saudara kembar menjadi hal yang menarik dan rumit karena menyangkut soal cinta. Kejora sendiri dilanda kegalauan untuk memilih siapa diantara mereka yang merupakan pelabuhan terkahir hatinya, ia mencintai keduanya, haruskah ia mengorbankan salah satu pria yang dicintainya?

Dan yang juga menarik adalah sekujur novel ini tersaji dengan kalimat-kalimat puitis yang membuai pembacanya. Walau demikian penulis tampak tak terjebak untuk menggunakan metafora-metafora yang berlebihan yang kadang bisa membingungkan pembacanya. Dalam novel ini rangkaian kalimat-kalimat bersayap dan metafora-metafora yang digunakan masih bisa dimengerti dan dinikmati oleh pembaca awam sekalipun karenanya novel ini saya rasa memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi karena tersaji dengan indah, mengalir, mudah dipahami dan enak dibaca.

Plot ceritanyapun tertata dengan baik perlahan tapi pasti emosi pembaca akan meningkat seiring dengan meruncingnya konflik yang terjadi antar tokoh-tokohnya dan mencapai klimaksnya di akhir cerita. Hanya saja ada satu bagian yang bagi saya sedikit mengganggu yaitu saat menceritakan bagian kehidupan Elang Laut ketika berada di Lombok..

Bagian ini memang menarik karena penulis berhasil menangkap landskap alam dan realita sosial yang ada di Lombok. Namun dengan munculnya konflik-konflik baru seperti soal demo masyakarat Lombok yang tanahnya yang diserobot oleh pihak-pihak tertentu, saya koq merasa bagian ini seakan-akan terlepas dari inti novel ini sehingga terkesan seperti berdiri sendiri.

Setting cerita yang berlokasi di tiga tempat, Papua, Jakarta, dan Lombok menjadi nilai tambah sendiri bagi novel ini. Walau tak banyak setidaknya akan tertangkap realita sosial di tiga tempat tersebut. Melihat cover novel ini yang menggambarkan panorama pegunungan, tadinya saya menyangka settingnya akan banyak berkisah di Papua atau tem tempat-tempat eksotis lainnya, namun ternyata tidak, setting di Jakarta lebih mendominasi, andai kisahnya lebih banyak di Papua atau Lombok tentunya akan lebih menarik lagi.

Terlepas dari hal-hal di atas secara keseluruhan novel yang diangkat dari kisah nyata ini bagi saya tetaplah menarik, karenanya tak heran jika novel ini banyak diapresiasi dengan baik oleh para sastrawan-sastrawan tanah air ketika novel ini baru diluncurkan. Selain itu kabarnya novel ini juga akan segera diadaptasi ke layar lebar.

Akhir kata novel ini tak hanya menghibur pembacanya, ada banyak hal yang dapat kita maknai ketika membaca novel ini antara lain bagaimana kita harus berani mengambil pilihan dalam hidup kita serta memiliki komitmen untuk tetap setia menjalani kehidupan sesuai dengan pilihan yang telah kita ambil.

@htanzil

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Wicked #2 (Curse) - ulasan

Wicked #2 (Curse)
Nancy Holder & Debbie Vigué @ 2003
Meithya Rose Prasetya (Terj.)
Penerbit Matahati – 2010
305 Hal.

Pertempuran antara Dinasti Deveraux dan Dinasti Cahors sementara berakhir, tapi masalah belum selesai sama sekali. Jer menghilang setelah terbakar oleh Black Fire. Holly yakin ia masih hidup hanya saja keberadaannya masih sulit dilacak. Sementara itu, Nicole, saudara kembar Amanda, memilih pergi, kabur ke Eropa. Mencoba mencari keselamatan dan ketenangan, tapi ternyata tidak bisa. Nicole yakin, dalam perjalanannya, ada bayangan yang seolah mengikutinya, belum lagi rasa bersalah yang menghantuinya karena sudah meninggalkan kelompok penyihirnya.

Misi Michael Deveraux untuk mendapatkan kekuasaan Sihir Tertinggi tidak akan pernah tuntas, selama keturunan Dinasti Cahors masih hidup. Untuk itulah ia terus memburu kelompok sihir yang kini dipimpin oleh Holly. Dibantu teman-temannya, Holly terus belajar tentang ilmu sihir yang baru diketahuinya, semakin hari semakin kuat, tapi masih belum cukup kuat untuk melawan Michael Deveraux.

Kecelakaan-kecelakaan mulai dari yang kecil sampai yang meminta korban nyawa terus mengancam mereka. Kemana pun mereka kabur, tetap saja sihir Deveraux mengikuti mereka. Permusuhan yang disebabkan nenek moyang mereka tidak pernah tuntas sampai salah satu dari Dinasti yang ada mati dan habis.

Di Eropa, Nicole bertemu kelompok sihir lain yang melindunginya dalam perjalanannya. Tapi, ia harus berjumpa lagi dengan salah satu anak Michael, Eli. Ia harus menjadi tawanan Eli.

Di Amerika, Holly bersikeras mencari Jer, meskipun ditentang oleh Amanda. Tapi, Holly yakin, jika ia berhasil menyelamatkan Jer, mereka bisa melawan Michael Deveraux. Padahal, Michael Deveraux juga membutuhkan Jer, karena ia yakin Jer adalah titisan langsung Jean Deveraux.

Owww.. begitu rumit cerita di buku ini dan semakin suram. Kejar-kejaran dan perburuan Michael atas diri Holly masih terus berlanjut, sampai akhir buku ini belum juga tuntas. Tentu saja, masih ada sekuel selanjutnya.

Buku ini termasuk salah satu yang gue tunggu kelanjutannya, dan gue nyaris lupa apa isi cerita sebelumnya karena udah lumayan lama sejak buku pertamanya terbit. Makin gelap, apalagi kalo Holly lagi ada di pantai, pasti ada ‘bencana’ atau ‘penglihatan’ baru buat Holly. Gue seolah merasakan lautan yang biru… gelap… dan bikin merinding, gue jadi inget, Pantai Parangtritis yang airnya gelap dan terlihat ‘berbahaya’.

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Jika AKu Masih Hidup Esok Pagi [Soft Cover] - resensi


Rp 34.900,00


Duhai Tuhan Yang Mahabaik, yang menambatkan keyakinan di jiwa yang putih, yang melembutkan nuansa rasa, yang menguatkan taji-taji imajinasi.

Jika aku masih tetap hidup esok pagi, aku berjanji, apabila Engkau perhebatkan aku, Engkau permuliakan aku, Engkau tempatkan aku di aras utama tempat Semesta bekerja, aku bersungguh-sungguh berkuat upaya membuat Engkau tersenyum.

Jika aku masih tetap hidup esok pagi, akan aku cukupkan hari-hariku untuk
melayani dan membawa kualitas-kualitas ilahi ke bumi.

Jika aku masih tetap hidup esoknya lagi, aku akan berlayar menyebrangi samudera waktu untuk membenarkan semua ketulusan kasih sayang yang Engkau sambungkan ke dalam mata rantai suci para nabi.

Duhai yang Mahatahu, yang membelah sunyi, biarlah aku bawa tangisanku pergi
jauh bersama cinta-Mu.

Terima kasih Allah, Engkau selalu membukakan angkasa pemikiran baru di jiwaku.[]
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Kemanusiaan dan Kebermaknaan dalam Obituari - ulasan



Judul : Mengenang Hidup orang Lain, Sejumlah Obituari
Penulis : Ajip Rosidi
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia, Januari 2010
Halaman : vii + 489 Halaman


Membaca obituari selalu membawa seseorang kepada dua konsekuensi. Pertama, mengingat kembali jasa-jasa, kebaikan, ide-ide, bahkan kekurangan tokoh yang telah tiada. Kedua, mengingatkan bahwa manusia tidak abadi, ada saatnya ia harus berpulang ke alam baka.

Paling tidak, itulah yang dapat ditangkap dari kumpulan obituari yang ditulis oleh Ajip Rosidi ini. Dalam setiap obituari yang ditulisnya, Ajip secara lugas mengisahkan kelebihan-kelebihan dari tokoh-tokoh yang sedang dibicarakannya. Ia seperti ingin memperlihatkan bahwa tokoh-tokoh itu memang layak untuk dikenang, dihormati dan dihargai. Paling tidak, di mata Ajip, mereka bukanlah orang biasa, tetapi orang-orang yang mempunyai visi, integritas, berkepribdian, konsisten, serta setia terhadap idealisme.

Penghargaan Ajip terhadap tokoh yang ia kisahkan bukanlah sekadar asal sebut, tetapi didasarkan atas pengalaman pribadinya dengan tokoh bersangkutan. Hal ini terlihat dari cerita Ajip yang menyatakan bahwa ia kerap berkorespondensi, bergaul akrab bahkan berpolemik dengan mereka. Ini terjadi baik ketika Ajip masih mengajar di Jepang maupun ketika ia berada di Indonesia.

Inilah yang membuat obituari tokoh-tokoh dalam buku ini menjadi lebih kaya dan bernas. Ajip tidak hanya mengisahkan secara umum ketokohan mereka, tetapi juga menyampaikan hal-hal kecil yang bersifat human intersest dari para tokoh tersebut yang mungkin tidak diketahui secara umum.

Sebut saja ketika Ajip mengisahkan Suhamir, seorang arsitek dan ahli purbakala asal Bandung. Dalam tulisannya Ajip mengatakan bahwa tokoh ini adalah arsitek Taman Makam Pahlawan Cikutra di Bandung. Ironisnya, tidak banyak masyarakat Kota Kembang itu yang mengenal Suhamir. Padahal jasanya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Bandung. Menurut Ajip, Suhamir ikut pula merestorasi Candi Prambanan.

Catatan menarik dari Ajip mengenai Suhamir adalah, ia salah satu orang turut merencanakan pembuatan kampus Universitas Gadjah Mada (hal.254) yang honorariumnya dari pemerintah Republik Indonesia belum dibayarkan, setidak hingga tulisan tersebut dibuat pada tahun 1967.
Menurut Ajip, alasan Suhamir tidak mau menerima bayaran tersebut karena sejumlah petugas yang tidak malu-malu meminta komisi jika honorarium tersebut dicairkan. Dengan alasan tidak mau ikut-ikutan “bermain kotor”, Suhamir akhirnya memilih untuk tidak mengambil uang yang kala itu jumlahnya sangat besar.

Keluasan pergaulan Ajip dengan orang-orang yang berpengaruh dan disegani dari berbagai kalangan, juga ikut membuat obituari yang ditulisnya semakin berwarna. Apalagi ia sanggup merangkai kisah dari tokoh yang ditulisnya dengan tokoh-tokoh lain sehingga obituari yang ditulisnya sanggup mengajak pembaca melihat dan menelusuri ketokohan seseorang dengan lebih luas.

Inilah yang membuat sebuah obituari tidak melulu menjadi sebuah kisah yang bersifat individual, tetapi juga menjadi sebuah kenangan tentang banyak orang. Dengan begitu obituari menjadi lebih hidup dan sarat makna karena di dalamnya terdapat kisah interaksi antara manusia yang mencirikan kemanusiaan itu sendiri. Obituari seperti ini tidak hanya inspiratif tetapi juga menyadarkan arti kemanusiaan siapa saja yang membacanya.

Meksipun obituari yang ditulis oleh Ajip dalam buku lebih bersifat penghormatan, namun Ajip tidak segan untuk melakukan kritik terhadap tokoh yang ditulisnya. Ajip seperti tidak memiliki beban untuk melulu mengatakan hal yang manis terkait dengan seorang tokoh. Sebaliknya, dengan lugas Ajip menyampaikan kritiknya terhadap seorang tokoh.

Lihat saja ketika Ajip menulis obituari Pramoedya Ananta Toer. Dalam tulisannya Ajip tidak hanya menyayangkan Pramoedya yang tidak kunjung memperoleh penghargaan Nobel kendatipun sudah dicalonkan sebagai penerimanya, namun juga ia mengritik aksi Pramoedya yang menguliti seniman penandatangan Manifesto Kebudayaan lewat ruang Lentera dari surat kabar Bintang Timur.

Seniman lain yang juga terkena kritik oleh Ajip adalah Dodong Djiwapradja. Penyair Sunda yang pernah dianggap memiliki haluan politik yang kekiri-kirian. Bagi Ajip, di satu sisi Dodong bukanlah sastrawan yang produktif. Malah ia dikatakan sebagai penulis yang tidak punya motivasi untuk menulis sehingga ilmunya tidak dapat diamalkan saecara maksimal. Padahal Ajip berulang kali mencoba memotivasinya untuk menulis. Kritik ini tentu saja bukan bentuk ketidaksukaan Ajip kepada Dodong, tetapi cerminan Ajip yang menyayangkan kemampuan dan potensi dari sahabatnya itu.

Pada tulisan lain, Ajip juga tidak segan mengritik Prof.Dr. Fuad Hassan yang ketika menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan memecat dengan tidak hormat Riyono Pratikto dari Universitas Padjadjaran, Bandung, karena dituduh terlibat Gestapu. Dalam tulisan tersebut, dengan sedikit sinis, Ajip mengritik bagaimana mungkin Fuad Hassan yang katanya memiliki minat yang besar terhadap sastra, kesenian, filsafat serta berkawan dengan para seniman dapat dengan mudahnya menandatangani surat pemecatan Riyono, yang juga seorang penulis produktif, tanpa melihat kembali secara baik latar belakang yang sesungguhnya (hal. 398).

Ajip memang seorang yang lepas bila mengemukakan pendapatnya. Ia berbicara langsung apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Ketidaksukaannya pada seseorang ataupun perilaku seseorang selalu ia tuliskan apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan ataupun “bumbu-bumbu” lain.

Sebagai budayawan, Ajip tampaknya mempunyai perhatian khusus terhadap dunia sastra ataupun budaya. Tidak mengherankan jika dalam kumpulan obituari ini berkali-kali Ajip mempersoalkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sastra maupun kebudayaan. Tengok saja tulisannya yang berjudul Arenawati, Sasterawan Negara (hal.414). Dalam tulisan ini secara tidak langsung ia ingin mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak terlalu peduli dengan dunia sastra ataupun sastrawannya.

Dalam tulisan itu Ajip memuji pemerintah Malaysia yang justru mengangkat Arenawati, sastrawan asal Indonesia, menjadi Sasterawan Negara di negeri itu. Kata Ajip, beruntung Arenawati menjadi warga negara Malaysia. Pasalnya, walaupun Arenawati berhasil menulis karya yang lebih hebat dari La Galigo, belum tentu ia mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia.

Pengalaman Ajip yang sangat kaya, juga membuat obituari yang ditulisnya memiliki spketrum yang meluas. Obituari yang ditulisnya tidak hanya bicara soal seseorang, tetapi juga sanggup menyentuh persoalan-persoalan lain, baik itu di bidang kebudayaan, ekonomi maupun politik. Tidak heran jika satu dua kali kita akan terhenti sejenak untuk merefleksikan tulisan Ajip (bahkan ada yang ditulis 40 tahun lalu) dan memproyeksikannya dengan kondisi riil yang ada pada masa kini. Pendek kata, obituari yang ditulis oleh Ajip berdimensi ke masa depan, dalam arti sanggup untuk memotret realitas masa lalu dan memproyeksikannya pada kekinian.

Kekurangan kecil tentang buku ini adalah, beberapa kali ditemukan sejumlah singkatan pada beberapa artikel, seperti “al.” dan “kl”, mungkin artinya “antara lain” dan “kurang lebih”. Tidak jelas apakah singkatan itu dibiarkan untuk mempertahanakan orisinalitas, atau karena memang terlewat begitu saja oleh editor.

Pertanyaan ini muncul karena banyak dari obituari dalam buku ini ditulis pada tahun 1960-an ketika penggunaan Bahasa Indonesia di surat kabar belum terlalu mendapat perhatian seperti sekarang. Singkatan tersebut sesekali membuat pembaca terhenti sejenak untuk mencoba mengartikannya. Meskipun demikian, hal itu tidak mengganggu substansi dari tulisan yang ada.

Hal yang pasti, obituari yang disampaikan oleh Ajip diformulasikan sedemikian rupa sehingga pembaca ditarik ke sebuah ujung yang mempertanyakan eksistensi dirinya di dalam dunia. Eksistensi ini boleh dikatakan bersifat paradoks. Di satu sisi eksitensi manusia diperhitungkandan diperjuangan, namun di sisi lain eksistensi seakan menjadi semu karena pada akhirnya manusia harus mati.

Namun tentu saja Ajip tidak ingin menawarakan pesimisme terhadap kehidupan. Sebaliknya, ia ingin mengajak setiap orang untuk berbuat lebih banyak agar hidupnya lebih bermakna, bagi diri sendiri maupun orang lain.***

lintasberita

Lanjut Baca

Buku Kesehatan & Kecantikkan - resensi


Klik gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Buku Mini - resensi


klik pada gambarnya untuk lebih jelas
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Buku Pintar Keluarga - resensi


klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Anak Cerdas - resensi


Klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Kecerdasan Anak - resensi


klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Kreatif - resensi


klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Manage Your Boss ( Seri Pengembangan Diri ) - resensi


Klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Kiat Sukses ( Seri Pengembangan Diri) - resensi


Klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Panduan Praktis Keluarga - resensi


Klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Seri Kecantikan & Kesehatan Keluarga - resensi


lintasberita

Lanjut Baca

Buku Best Seller Duniakli - resensi


klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku The STARBUCKS EXPERIENCE - resensi


Klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Seri Bisnis & Manajemen ( The Toyota Way ) - resensi


klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Seri Biografi & Fiksi - resensi



Klik pada gambar untuk jelasnya
lintasberita

Lanjut Baca

Buku Sejarah,Sosiologi & TIK - resensi


Sejarah
Pengarang: MATROJI
Jl. 1 03-33-185-0 Rp.30,000
Jl. 2 03-33-186-0 Rp.28,000

Pengarang Machi Suhadi dkk
81-33-046-0 Jl.1 Rp. 39.000
81-33-047-0 Jl. 2 Rp. 39.000
81-35-006-0 Jl. 3 Rp. 35.000

Sosiologi
Pengarang: TIM MITRA GURU
Jl. 1 81-33-061-0 Rp.27,000
Jl. 2 81-33-062-0 Rp. 27.000
Jl. 3 81-33-063-0 Rp. 27.000



TIK
Pengarang:HENRY PANDI
Jl. 1 03-38-004-0 Rp.26,000
Jl. 2 03-38-005-0 Rp.26,000
lintasberita

Lanjut Baca

Buku IPA Kimia,Master Kimia,siap Olimpiade Matematika, PAI,Penjaskes - resensi

03-34-034-0
IPA KIMIA Jl. 1 Rp.21,000
Pengarang: MICHAEL PURBA
03-34-035-0 Jl. 2 Rp.21,000

P
engarang Lutfi
81-34-004-0 Jl. 1 Rp. 28.000
81-4-005-0 Jl. 2 Rp. 23.000


Master Kimia SMP
03-32-182-0
Rp.15,000
Pengarang: SRI WAHYUNI





03-24-029-0
Rp.17,000
Pengarang:KURNIAWAN






Pendidikan Agama Islam
Pengarang: TIM ABDI GURU
Jl. 1 03-30-019-0, Rp.28,000
Jl. 2 03-30-020-0 Rp.28,000






Penjaskes
Pengarang: ROJI
Jl. 1 03-33-194-0 Rp.30,000
Jl. 2 03-33-195-0 Rp. 30.000
lintasberita

Lanjut Baca

Buku IPS,IPA Terpadu, PPKn, Matematika - resensi

IPS Terpadu Jilid 1A
03-33-200-0
Rp.28,000
Pengarang: TIM ABDI GURU
Tahun: 2007
ISBN: 9789790151437

Jilid 2A
81-33-051-0
Rp.25,000
Pengarang: SRI PUJIASTUTI
Tahun: 2007


IPA Terpadu jl. 2A81-34-030-0
Rp.45,000
Pengarang: MIKRAJUDDIN
Tahun: 2007
ISBN: 9797344622

Jl. 1A 81-34-028-0
Rp. 39.500
Jl. 1B 81-34-029-0
Rp. 35.500
Jl. 2B 81-34-021-0 Rp. 36.500
Jl.3A 81-34-032-0 Rp. 45.000
Jl. 3B 81-34-033-0 Rp. 38.000

PPKn
Sri Tutik C.
81-33-0550-0 Jl. 1 Rp. 22.800
81-33-056-0 Jl. 2 Rp. 27.000
81-33-057-0 Jl. 3 Rp. 22.800


81-34-022-0
Rp.52,000
Pengarang: TATAG E.
Tahun: 2007
ISBN: 979734665-X
81-34-020-0 Jl. 2 Rp. 42.800
81-34-024-0 Jl. 3 Rp. 39.000
lintasberita

Lanjut Baca

Buku The Miraculous Jorney of Edward Tulane - ulasan

The Miraculous Jorney of Edward Tulane (Perjalanan Ajaib Edward Tulane)
Kate DiCamillo @ 2006
Bagram Ibatoulline (Ilustrasi)
Dini Pandia (Terj.)
GPU - November 2006
208 Hal.

Edward Tulane, ada sebuah boneka kelinci yang terbuat dari porselen. Dibuat berdasarkan pesanan khusus seorang nenek sebagai hadiah untuk cucu perempuannya bernama Abilene Tulane. Telinganya terbuat dari bulu kelinci yang halus, mempunyai kumis yang Edward tahu bukan dari kumis kelinci, salah satu hal yang tidak mau ia bayangkan sama sekali.

Edward Tulane sangat disayangi oleh Abilene. Ia diberi pakaian yang sangat bagus dan mewah. Busana-busananya terbuat dari sutra dan satin yang halus, dilengkapi dengan topi dan sepatu yang bergaya. Bukan itu saja, ia juga mempunyai jam saku emas yang selalu diputar Abilene untuk menandakan kepulangannya dari sekolah. Demikian istimewa perlakuan Abilene terhadap Edward, sampai-sampai ia jadi ‘sombong’. Edward benci kalau disebut ‘benda’, ‘boneka’, atau ‘barang’. Menurutnya, ia lebih daripada itu.

Semua tampak nyaman, damai tapi membosankan. Sampai ‘bencana’ yang akan mengubah ‘perjalanan hidup’ Edward pun datang. Bermula dari perjalanan dengan kapal laut, ia ‘diajak’ oleh Abilene sendiri. Tapi, di kapal ada dua anak yang mengejek dirinya, sehingga terjadi pertengkaran antara Abilene dan kedua anak laki-laki itu. Akhirnya, Edward terlempar dari kapal, terjun bebas ke lautan yang luas, dan akhirnya tenggelam dalam gelapnya dasar laut selama berbulan-bulan.

Petualangan baru pun dimulai. Pertama ia diambil oleh seorang nelayan dan diberikan kepada perempuan tua baik hati bernama Nellie, tapi karena seorang anak perempuan yang cemburu, Edward ‘dijebloskan’ ke tempat pembuangan sampah. Kemudian ia ditemukan oleh seekor anjing, yang membawanya menjadi ‘gelandangan’ bersama Bully. Itu pun tak bertahan lama, ia harus kehilangan lagi kebaikan seseorang, dan malah diambil oleh perempuan yang menjadikannya sebagai alat untuk menakut-nakuti burung. Untuk seorang anak laki-laki bernama Bryce menyelamatkannya dan ia memperoleh limpahan kasih sayang baru dari seorang anak perempuan yang sakit-sakitan, adik Bryce bernama Sarah.

Nama Edward pun berganti-ganti setiap ia pindah tangan. Mulai jadi ‘kelinci perempuan’ bernama Susanna, lalu ‘kelinci buronan’ bernama Malone dan akhirnya di tangan Sarah, ia bernama Jangles.

Setiap ‘perpindahan tangan’ menyisakan rasa perih di hati Edward. Karena tanpa ia sadari, ia menyayangi para pemiliknya itu. Sesuatu yang tidak pernah ia ‘berikan’ kepada Abilene. Dan ia sangat sedih ketika harus kehilangan kasih sayang dari mereka yang merawatnya dengan penuh sayang.

Gue beli buku ini gak sengaja. Gara-gara lagi diobral aja. Ceritanya simple aja. Gue tuntaskan dalam waktu sehari. Semalem gue ajak Mika liat-liat buku ini, dan dia seneng ngeliat gambar-gambarnya si Edward. Mika bilang, “Wow… kelincinya jatuh ke laut.” Atau, “Wow, dia duduk di meja makan.” Tadinya mau gue bacain, tapi Mika lebih tertarik liat gambar-gambarnya.

Gue bayangin Edward kaya’ kelinci ‘aristokrat’ lengkap dengan jas, kemeja, celana panjang, sepatu… ditambahlah jam tangan saku emasnya itu.

lintasberita

Lanjut Baca
 
Copyright (c) 2010 Buku Bagus by Dunia Belajar